Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Kisah Tragis Koas Narsis

Ini adalah si Adjie, mari kuceritakan kembali hari-hari terakhir stase mata di RSUD Cilacap seminggu yang lalu. Walau hari itu hari pendek, seperti biasa kami ikut dalam apel pagi sekitar jam 7.20 pagi, dan ini apel terakhir yang kami ikuti, kami tidak tahu kalau hari Sabtu ternyata apel pagi dimulai pukul 07.00. Selesai apel pagi, ternyata poliklinik sudah lumayan ada beberapa pasien yang mengantre lengkap dengan rekam medisnya. Kami memutuskan menunda sarapan dan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, sehingga nanti bisa langsung diteruskan pada staf (yang pada saat itu dr. Sutama Sp.M). Hmm…, ternyata pasien bertambah banyak, akhirnya berlanjut bersama kegiatan poliklinik hingga selesai sekitar tengah hari. Kemudian kami bercakap-cakap dengan para perawat senior yang memang belum meninggalkan poliklinik karena mereka harus menyelesaikan administrasi terkait kegiatan poliklinik hari tersebut. Mereka berbincang tentang berbagai karakter dokter muda yang pernah bertugas di RSUD Cilacap sebelumnya, tentu beberapa aku kenal di antara mereka, seperti si Inu yang unik. Kemudian kulihat si Adjie sedang membuka-buka komputer di meja kerja, kuperhatikan ia sedang membuka Google Earth dan mencari-cari sesuatu di dalam peta kota Cilacap. Aku tahu yang ia cari adalah sebuah rumah mewah menyerupai Capitol House di negeri paman sam sana. Mungkin ia dengar dari si Niar tentang lokasi aneh itu, sehingga ia menjadi begitu antusias melihatnya, hah…, namun aku yang ga begitu pedulian sih nyantai saja. Karena saking lelahnya, aku tidak berpikir lagi untuk pergi makan siang, aku pulang ke “paviliun” yang disediakan dan dengan begitu cepatnya sudah…

Tiba-tiba ada suara memanggilku, dan mengajakku jalan keluar mencari makan. Aku terbangun dan melihat jam di arlojiku, wah sudah jam 6 sore lebih. Sepertinya daerah sekitar pun sudah gelap. Bergegas mandi karena hari sudah larut, dalam pikiranku aku merasa lebih baik karena tidak makan semenjak pagi dan setelah istirahat, mungkin sudah terjadi detoksifikasi dalam tubuhku, makanan di sini terlalu yang kebanyakan lauk membuatku agak “korosi”, walau aku tak tahu pasti bagaimana hal itu terjadi. Sejam kemudian, kami berdua meninggalkan rumah, tampaknya dokter muda yang sedang stase bedah belum juga pulang. Kami memutuskan untuk makan kakap saus tiram di warung Pak Evi di depan seberang rumah sakit, mungkin satu kakap akan cukup untuk berdua (ini juga menghemat dana karena harganya yang mahal). Gila…! kami menunggu 45 menit dan pesanan kami belum juga datang, padahal hanya memasak satu ekor kakap, wah… lelah juga nih menunggu, kalau begini aku sih ingin pindah tempat makan saja, ini lebih baik, pemilik warung juga tidak memberitahu apapun, entah dia lupa atau bagaimana, sementara tamu juga tidak begitu banyak, selain kami ada 6 orang lagi, itu pun sudah hampir selesai dengan santap malam mereka. Si Adjie sudah tampak sangat kesal. Dia kuminta mengecek ke dapur, dan kembali dengan mengatakan bahwa menu kami baru saja disiapkan… (ha..ha.., dalam pikirku terus hampir sejam dari tadi ngapain saja?) Anehnya si Adjie juga ga membatalkan pesanan, kalau aku sih sudah kubatalkan. Aku tidak bisa berkompromi menghadapi hal-hal yang tidak becus macam ini, tidak peduli jika rumah makan memiliki menu yang lezat, namun pelayanan tamu sungguh sangat mengecewakan. Saat kuprotes pun mereka tidak menunjukkan wajah bersalah atau menyesal atau pun meminta maaf, wah-wah, ini benar-benar sisi lain yang buruk dari orang-orang Cilacap kupikir. Jika kuberikan rating warung makan seafood Pak Evi di depan RSUD Cilacap mendapat nilai E minus.

Kamudian, jam 21.30, selesai makan malam, si Adjie masih terlihat kesal. Ia mau jalan-jalan katanya, karena aku merasa tidak enak hati (he he sudah menyarankan tempat makan yang tidak berkualitas), oke…, aku pun mau menemaninya jalan-jalan. Namun sudah malam, kota kecil Cilacap tidak tampak berbeda dengan Yogyakarta di malam hari, namun entah mengapa aku merasakan kehidupan yang “mati” di kota ini. Aku bertanya pada si Adjie ia hendak ke mana, kemudian ia mengeluarkan handphone barunya.  Aku melihat sebuah map kecil, oh…, rupanya ia menggunakan GPS untuk jalan-jalan malam (wong edan). Aku membuntutinya dari belakang, ia senang sekali karena sudah masukkan koordinat bujur dan lintang rumah mewah yang mau ia kunjungi dari GoogleEarth. Sesekali ia memastikan sambil tersenyum-senyum kecil ke dalam GPS di mana posisi kami sekarang (wuih…), akhirnya setelah dua puluh menitan berjalan kaki di negeri yang asing, kami berbelok di Jalan Sawo, belokan terakhir (sebenarnya aku lebih menduga itu sebuah gang – kok maksa sekali ya dibilang jalan – seperti Gang Kinanti dan Sitisonya di daerah Barek – Kampus UGM). Si Adjie sudah mulai tanpa sadar langkah kakinya menjinjit kesenangan, ia melihat bangunan besar yang megah (walau dalam kegelapan cuma hitam legam), ia akhirnya dapat mewujudkan mimpinya berfoto di depan rumah yang mewah itu, ia segera melirik ke handphone canggihnya, heh…, dia tampaknya terperanjat, rupanya benda yang sudah terseok-seok karena menggunakan GPS dari tadi sudah kehabisan baterainya…, dengan wajah lesu ia beranjak… akhirnya ia tak bisa memperoleh foto dirinya di depan Capitol House versi kecil, he he…, malangnya nasibmu. Seharusnya foto itu menjadi seperti ini jika ia berhasil. Yup, berkuranglah satu kesempatannya menambah foto yang bisa dipandanginya di hadapan monitor komputer.

Iklan


2 tanggapan untuk “Kisah Tragis Koas Narsis”

  1. Haridivanandha Avatar
    Haridivanandha

    He he, kisah-kisah heroik kalian sebagai koas mahapatho sudah kami dengarkan (dan rencananya dibukukan) hue hue he he…, semoga mengilhami adik-adik kita di masa mendatang agar tidak maruk dan bisa berpuas diri seperti kalian :p

    Suka

  2. eh,perawatnya crita apa tentang aq ma niar?hahahah,kasian si aji

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: