SUNYI NEGERI
(Serangkai kata ‘tuk Pertiwi kini)
Bertajuk sunyi di tepian negeri
Menatap pertiwi bagai bunda yang kan berpaling pergi
Halus redam dalam buaian halau pasti
Segala ada dan segenap menjadi tiada
Ada suara di relung dada
Menjadi rasa asa yang bergelung rupa pada
Aku tiada memijak rumput nan pasti
Kepada ia berharap sua kembali
Akan masa lalu negeri yang sunyi
Beribu gelombang datang menghempas kata
Hanya seruak kata akan beta
Walau mereka jua anak cucu negeri kita
Seluruh hujaman menjelma gelap menjadi kabut
Tarik dorong ataukah turut
Oleh mereka kering pula dibuatnya laut
Tempat orang-orang menderma hidup
Seakan tanpa hujan mereka kuyup
Angin gelombang tak kenal henti bertiup
Negeri tua di tangan yang muda
Indahnya sunyi kini durja gempita
Entah apa yang kau rayakan dan rakyatkan
Suaramu telah menelan hening selamanya
Bukan negeri becermin senja
Karena tiada yang lahir bertongkat tua
Aku tak kan bicara tak jua berkata-kata
Karena sunyi inilah seluruh tahta
Yang terwariskan lembut indah pada kita
dan seperti sukma merindukan sunyi itu
.-= via´s last blog ..Sepetik ttg amarah =-.
SukaSuka
Mungkin bisa berjalan-jalan di pedesaan yang ramah 🙂
SukaSuka
he..he..ya betul sesekali tampaknya memang perlu biar g penat dgn rutinitas ya…
ehm, di bali msh ckp byk sih pedesaan yg ramah, sepertinya memang hrs sengaja meluangkan waktu he..he..
.-= via´s last blog ..KINTA =-.
SukaSuka
Menulis itu menyenangkan, apa pun yang kita tulis, bukankah demikian…? Seperti berjalan-jalan, kita bisa sekadar melihat-lihat sekitar, terkadang dengan segera langkah kecil dapat menjadi berlari-lari, tak pernah tahu apa yang akan ditemui…Menulis seperti puisi membiarkan segalanya mengalir dengan sendirinya, apa yang akan tertumpahkan berikutnya tak pernah kita ketahui…, namun itulah kehidupan…, dengan tinta yang memberi warna-warni kebebasan 🙂
SukaSuka
suka bikin puisi iah?ei juga suka…hhehe
SukaSuka