Sunyi Negeri

SUNYI NEGERI

(Serangkai kata ‘tuk Pertiwi kini)

 

Bertajuk sunyi di tepian negeri

Menatap pertiwi bagai bunda yang kan berpaling pergi

Halus redam dalam buaian halau pasti

Segala ada dan segenap menjadi tiada

Ada suara di relung dada

Menjadi rasa asa yang bergelung rupa pada

Aku tiada memijak rumput nan pasti

Kepada ia berharap sua kembali

Akan masa lalu negeri yang sunyi

Beribu gelombang datang menghempas kata

Hanya seruak kata akan beta

Walau mereka jua anak cucu negeri kita

Seluruh hujaman menjelma gelap menjadi kabut

Tarik dorong ataukah turut

Oleh mereka kering pula dibuatnya laut

Tempat orang-orang menderma hidup

Seakan tanpa hujan mereka kuyup

Angin gelombang tak kenal henti bertiup

Negeri tua di tangan yang muda

Indahnya sunyi kini durja gempita

Entah apa yang kau rayakan dan rakyatkan

Suaramu telah menelan hening selamanya

Bukan negeri becermin senja

Karena tiada yang lahir bertongkat tua

Aku tak kan bicara tak jua berkata-kata

Karena sunyi inilah seluruh tahta

Yang terwariskan lembut indah pada kita

Diterbitkan oleh Cahya

A writer, a tea & poet lover, a xanxia addict, an accidental photographer, - a medical doctor.

5 tanggapan untuk “Sunyi Negeri

      1. he..he..ya betul sesekali tampaknya memang perlu biar g penat dgn rutinitas ya…

        ehm, di bali msh ckp byk sih pedesaan yg ramah, sepertinya memang hrs sengaja meluangkan waktu he..he..
        .-= via´s last blog ..KINTA =-.

        Suka

  1. Menulis itu menyenangkan, apa pun yang kita tulis, bukankah demikian…? Seperti berjalan-jalan, kita bisa sekadar melihat-lihat sekitar, terkadang dengan segera langkah kecil dapat menjadi berlari-lari, tak pernah tahu apa yang akan ditemui…Menulis seperti puisi membiarkan segalanya mengalir dengan sendirinya, apa yang akan tertumpahkan berikutnya tak pernah kita ketahui…, namun itulah kehidupan…, dengan tinta yang memberi warna-warni kebebasan 🙂

    Suka

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: