Kisah ini mengenai seseorang yang kecanduan madat (napza). Ia tidak mampu menghentikan kebiasaannya ini, seakan-akan ia berada dalam suatu kondisi yang membuatnya tidak sadar dan kehilangan kendalikan atas segala tindak tanduknya. Ia memang begitu tertarik dengan berbagai cara guna menghilangkan kecanduannya ini, namun tampaknya belum satu pun dari cara-cara itu yang berhasil.
Suatu ketika datanglah seorang suci (Sadhu) ke daerah tempat tinggalnya. Orang-orang sekitar berkumpul guna mendengarkan apa yang disampaikan oleh Sadhu tersebut. Sang Sadhu memberikan berbagai nasihat bagi mereka yang meminta, dan menghibur mereka yang bersedih atas kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, dan berbicara di hadapan orang banyak. Orang malang dengan kecanduan itu pun datang padanya dan meminta petunjuk.
Sadhu berkata padanya, jika ia terus-menerus kecanduan maka kesehatannya akan semakin buruk, dan karena itu ia harus berhenti dari semua itu. Sadhu bertanya padanya, berapa banyak madat/candu yang ia gunakan setiap harinya. Dan diperlihatkankah madat dalam gumpalan yang biasa ia habiskan setiap hari. Sadhu lalu mengambil sejumlah kapur tulis yang sama berat dengan gumpalan itu. Pencandu itu diberi tahu bahwa ia boleh terus mengonsumsi madat setiap harinya namun tidak boleh menghabiskan lebih banyak madat dari pada berat kapur yang diberikan Sadhu padanya.
Orang yang kecanduan itu langsung senang, karena ia masih boleh mengonsumsi madatnya. Namun Sang Sadhu kemudian mengingatkan bahwa setiap hari dia harus menulis Om (aksara suci untuk nama Tuhan) sebanyak 3 kali di tembok atau papan dengan kapur tulis yang diberikan padanya.
Si pencandu pulang dan melakukan apa yang disarankan oleh Sadhu, demikianlah semakin hari kapur itu semakin mengecil karena digunakan terus, dan akibatnya madat yang dikonsumsi si pencandu pun semakin hari semakin sedikit . Pada akhirnya dia terbebas sama sekali dari madat.
Adaptasi dari Chinna Katha I.14
Tinggalkan Balasan