Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang ibu yang memiliki perhatian terhadap dunia kesehatan melalui surat elektronik. Saya senang jika melihat masyarakat – siapa pun mereka – peduli akan kesehatan, sehingga kita bisa saling bertukar pandangan tentang banyak hal untuk kesehatan yang teramat berharga.
Dalam surat terakhirnya dia menanyakan pendapat saya mengenai kejadian alergi antibiotik yang sedang marak saat ini. Pertama-tama saya agak kaget, marak?, demikian dalam hati saya. Karena kata marak menyiratkan kejadian ini tidak hanya sekali dua kali saja muncul di masyarakat, dan saya menjadi agak malu karena tidak tahu hal-hal yang justru melejit di lingkungan profesi yang akan saya geluti. Saya tahu saya tidak dapat berkilah dalam kesibukan yang tak berjudul dalam kehidupan saya.
Mungkin ini juga pertanyaan yang banyak ditanyakan oleh masyarakat kita. Dan tidak hanya masyarakat umum, praktisi medis pun kerap merembukkan masalah ini. Semisal jika kita bertanya, “bukankah antibiotik seharusnya sudah aman? mengapa bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat mengonsumsinya?”
Gambaran paling umum memang munculnya ruam, namun itu tidak selalu karena penggunaan antibiotik.
Untuk melihat hal ini lebih jauh, mungkin beberapa pendahuluan kita perlukan.
Poin-Poin Esensial Seputar Antibiotik
Saya rasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang antibiotik (antibakterial), karena masyarakat telah mengenalnya sebagai obat untuk melawan infeksi bakteri (namun antibiotik tidak efektif untuk infeksi virus).
- Meskipun dokter mencoba untuk menggunakan antibiotik untuk infeksi bakteri yang spesifik, mereka terkadang memulai terapi antibiotik tanpa menunggu hasil tes yang mengidentifikasi bakteri spesifik tersebut.
- Bakteri dapat membangun/membentuk kekebalan terhadap antibiotik.
- Meminum antibiotik sebagai diinstruksikan oleh dokter, bahkan setelah gejala-gejala sakit tidak ada lagi, merupakan hal yang esensial dalam penyembuhan infeksi dan untuk mencegah berkembangnya kekebalan (terhadap antibiotik) pada bakteri.
- Antibiotik bisa memiliki efek samping, seperti rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan pada wanita bisa timbul infeksi jamur pada vagina.
- Beberapa orang bisa menjadi alergi pada antibiotik.
Memilih Suatu Antibiotik
Tiap-tiap antibiotik efektif hanya untuk melawan bakteri-bakteri tertentu saja. Dalam memilih antibiotik untuk mengobati seseorang dengan infeksi, dokter memperkirakan bakteri yang mana kiranya paling mungkin menyebabkan infeksi. Sebagai contoh, beberapa infeksi disebabkan oleh hanya oleh beberapa tipe bakteri. Jika satu antibiotik diprediksi efektif untuk melawan semua tipe bakteri tersebut, maka uji lebih lanjut tidak diperlukan. Jika infeksi mungkin disebabkan oleh berbagai tipe bakteri yang berbeda atau bakteri yang diprediksi tidak mempan terhadap antibiotik tertentu, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri dari sampel urine, darah, atau jaringan dari orang tersebut. Bakteri yang menginfeksinya kemudian diuji untuk ketepatannya terhadap berbagai jenis antibiotik (sehingga bisa ditemukan antibiotik mana yang paling cocok guna melawan bakteri tersebut).
Efek Samping Antibiotik
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya. Penggunaan antibiotik tidak selamanya bebas dari masalah. Terdapat efek samping yang bisa ditimbulkan dari penggunaannya, mulai dari efek samping ringan hingga reaksi alergi yang berat.
Obat | Penggunaan umum | Efek samping |
Aminoglikosida:
Amikacin Gentamicin Kanamycin Neomycin Netilmicin Streptomycin Tobramycin |
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli dan spesies Klebsiella | Kehilangan pendengaran
Pusing Kerusakan ginjal |
Karbapenem:
Ertapenem Doripenem Imipenem-cilastatin Meropenem |
Gangren, sepsis, pneumonia, infeksi paru dan saluran kencing, infeksi oleh bakteri yang diduga resisten/kebal terhadap antibiotik lainnya, dan (kecuali untuk ertapenem) infeksi Pseudomonas | Kejang (khususnya imipenem)
Bingung |
Cephalosporin, Generasi Pertama:
Cefadroxil Cefazolin Cephalexin |
Utama untuk infeksi kulit dan jaringan lunak. | Rasa tidak nyaman pada saluran cerna dan diare
Mual Reaksi alergi |
Cephalosporin, Generasi Kedua:
Cefaclor Cefoxitin Ceforozil Cefuroxime Loracarbef |
Beberapa infeksi saluran napas, dan, untuk cefoxitin, infeksi perut. | menyerupai generasi sebelumnya |
Cephalosporin, Generasi Ketiga:
Cefixime Cefdinir Cefditoren Cefoperazone Cefotaxime Cefpodoxime Ceftazidime Ceftibuten Ceftizoxime Ceftriaxon |
Diberikan per oral (diminum): dapat melawan berbagai bakteri dalam spektrum luas bagi orang-orang dengan infeksi ringan hingga sedang, termasuk infeksi kulit dan jaringan lunak. Diberikan melalui injeksi: Infeksi yang serius (seperti pada meningitis atau infeksi yang diperoleh di rumah sakit) |
menyerupai generasi sebelumnya. |
Cephalosporin, Generasi Keempat:
Cefepime |
Infeksi serius (termasuk infeksi oleh Pseudomonas), khususnya pada orang yang memiliki sistem imun yang melemah dan infeksi karena bakteri yang telah kebal terhadap antibiotik lainnya | menyerupai generasi sebelumnya |
Chepalosporin, Generasi Kelima:
Ceftobiprole |
Infeksi kulit yang mengalami komplikasi, termasuk infeksi kaki pada penderita diabetes, karena bakteri yang telah kebal, seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, and methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) | |
Fluroquinolones:
Lomefloxacin Trovafloxacin |
Sepsi, infeksi saluran kencing, prostatitis bakterial, dan gonorrhea | Mula (jarang) Gelisah, tremor, dan kejang Peradangan dan ruptur tendon Ritme jantung tidak normal Diare dan peradangan usus besar terkait antibiotik (kolitis) Dengan Trovafloxacin, kadang kerusakan hati yang fatal |
Glycylcycline:
Tigecycline |
Infeksi perut dengan komplikasi dan infeksi kulit dengan komplikasi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus (termasuk yang kebal terhadap methicilin), dan yang anaerob. | Ketidaknyamanan perut Sensitif terhadap sinar matahari Pewarnaan permanen pada gigi fetus/janin jika digunakan pada masa akhir kehamilan atau pada anak di bawah usia 8 tahun |
Makrolida:
Dirithromycin Troleandomycin |
Infeksi streptokokus, infeksi syphilis, infeksi saluran napas, dan penyakit Lyme | Mual, muntah dan diare (terutama pada dosis yang tinggi) Jaundice (kuning) Ritme jantung abnormal |
Monobactam:
Aztreonam |
Infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif | Reaksi alergi Dapat digunakan pada pasien yang memiliki alergi pada antibiotik seperti penicillin, cephalosporin, dan carbapenem |
Penicillin:
Dicloxacillin Nafcillin Penicillin G Piperacillin Ticarcillin |
Infesksi yang luas, termasuk infeksi streptokokus, infeksi syphilis, dan penyakit Lyme | Mual, muntah, diare Alergi dengan reaksi anafilaksis yang serius Kerusakan otak dan ginjal (jarang) |
Polypeptide:
Bacitracin Colistin Polymyxin B (polipeptida biasa dalam bentuk olesan langsung ke kulit atau mata, jarang dalam bentuk injeksi) |
Infeksi mata, kulit dan saluran kemih | Kerusakan ginjal dan saraf (bila diberikan dengan injeksi) |
Sulfonamida:
Sulfamethizole |
Infeksi saluran kemih (kecuali untuk Sulfasalizine, Sulfacetamide, dan Mefanide) Untuk Mefenide, secara khusus hanya untuk luka bakar permukaan |
Mula, muntah dan diare Alergi (termasuk kemerahan pada kulit) Kristal dalam urine (jarang) Penurunan hitung jumlah sel darah putih dan keping darah Sensitif terhadap sinar matahari Kemungkinan menambah risiko pendarahan jika digunakan bersama dengan Warfarin |
Tetracycline:
Oxytetracycline |
Syphilis, infeksi Clamidia, penyakit Lyme, infeksi mikoplasma, infeksi riket | Ketidaknyamanan saluran cerna Sensitif terhadap cahaya matahari Pewarnaan pada gigi anak di bawah usia 8 tahun atau pada fetus/janis jika digunakan pada akhir masa kehamilan |
Chloramphenicol | Thypoid (deman tifoid), infeksi samonella lainnya, meningitis | Penurunan hitung jumlah sel darah putih yang parah (jarang) |
Clindamycin | Infeksi streptokokus dan stafilokokus, infeksi saluran napas, abses paru | diare dan peradangan usus besar terkait antibiotik (kolitis) |
Daptomycin | Infeksi kulit dengan komplikasi, infeksi dalam aliran darah, beberapa infeksi katup jantung (endokarditis) oleh karena bakteri yang telah kebal, termasuk MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) Tidak digunakan apabila infeksi melibatkan paru |
Ketidaknyamanan pada saluran cerna Kelemahan dan nyeri otot |
Ethambutol | Tuberkulosis | Gangguan pandangan |
Fosfomycin | Infeksi kandung kemih | Diare |
Isoniazid | Tuberkulosis | Mual dan muntah Kekuningan |
Linezolid | Infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang telah resisten terhadap banyak antibiotik lainnya | Mual Nyeri kepala Diare Anemia, hitung jumlah darah putih dan keping darah rendah Rasa bebal dan geli pada tangan dan kaki (neuropati perifer). Gangguan pandangan Bingung, agitasi, tremor, dan juga koma pada orang yang juga menggunakan SRRI (selective serotonin-release inhibitors) |
Metronidazole | Vaginitis yang disebabkan oleh spesies Trichomonas or Gardnerella serta infeksi pelvis dan abdominal | Mual Nyeri kepala (biasanya jika obat diminum bersama alkohol) Serasa mengecap logam Neuropati perifer Urine berwarna gelap |
Nitrofurantoin | Infeksi saluran kemih | Mual dan muntah Alergi |
Pyrazinamide | Tuberkulosis | Disfungsi hati Gout (kadang-kadang) |
Quinupristin-dalfopristin | Infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif yang kebal terhadap antibiotik lainnya | Nyeri otot dan persendian |
Rifampin | Tuberkulosis dan Lepra | Kemerahan Disfungsi hati Ludah, keringat, air mata dan urine berwarna merah-oranye |
Spectinomycin | Gonorrhea | Alergi Demam |
Telithromycin | Peumonia yang didapat di masyarakat, ringan hingga sedang | Gangguan pandangan Kerusakan hati (kemungkinan fatal) Pemburukan gejala pada orang-orang dengan myasthenia gravis (kemungkinan fatal) |
Vancomycin | Serius infeksi disebabkan oleh MRSA dan bakteri kebal antibiotik lainnya | Gatal Reaksi alergi Penurunan hitung sel darah putih dan keping darah |
Bagaimana Mencegah Alergi Antibiotik?
Kembali pada alergi antibiotik sebagai topik. Sebagaimana kita lihat pada tabel di atas. Berbagai antibiotik memiliki efek sampingnya masing-masing, mulai yang ringan hingga berat, dan beberapa efek samping itu sendiri berupa reaksi alergi hingga reaksi anafilaksi.
Banyak orang mengatakan pada dokter bahwa mereka alergi terhadap antibiotik ketika mereka mengalami efek samping yang tidak berhubungan dengan alergi. Pembedaan sangatlah penting dalam kasus-kasus ini, karena orang yang alergi terhadap antibiotik tertentu tidak boleh diberikan obat itu atau antibiotik lain yang berkarakter mirip. Namun, orang yang mengalami efek samping ringan bukan karena alergi biasanya boleh minum obat yang sejenis bahkan obat yang sama. Dokter dapat membantu menentukan signifikansi reaksi-reaksi yang tidak menyenangkan yang dikarenakan antibiotik.
Jadi ketika Anda berkunjung ke dokter, ceritakanlah juga selain kondisi yang Anda derita ketika itu, juga obat-obatan yang pernah Anda konsumsi sebelumnya, lalu adakah gejala yang tidak menyenangkan timbul. Dokter bisa membantu menentukan dari apa yang disebut history taking, apakah Anda menderita alergi pada obat (dalam hal ini antibiotik) tersebut ataukah itu hanya efek samping tidak terkait alergi.
Dokter bukan cenayang yang bisa mengetahui pasti bahwa setelah seseorang mengonsumsi suatu antibiotik dia akan alergi atau tidak. Jadi ketika seorang dokter bertanya pada Anda, apakah Anda alergi terhadap suatu obat, itu berarti ingin mengetahui apa kita pernah mengalami reaksi alergi pada obat tersebut. Informasi ini penting, oleh karena diagnosis berlebihan terhadap suatu reaksi alergi bisa mengarahkan suatu terapi yang tidak perlu dengan antibiotik yang lebih mahal dan bisa memicu perkembangan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik itu sendiri. Sedangkan di sisi lain, jika terjadi reaksi alergi karena informasi yang ada begitu minim, kita akan berhadapan dengan situasi yang benar-benar tidak menyenangkan.
Walau dokter memiliki langkah-langkah dalam menangani terjadi reaksi terhadap alergi obat, namun pencegahan jauh lebih. Dan satu-satunya pencegahan adalah dengan menghindari obat yang memicu reaksi alergi pada kita.
Dan harus diingat, tidak semua orang alergi terhadap obat yang sama. Jadi pengalaman pada orang lain belum tentu dapat diterapkan pada diri kita, walau ada kecenderungan alergi sejenis muncul dalam garis keluarga. Dan tidak semua pasien yang merasa alergi terhadap obat memang memang mengalami alergi.
Ketika kita mendapatkan resep dari dokter, sebaiknya kita memahami dengan baik dan benar obat-obat apa saja yang diresepkan, apa namanya apa kegunaannya dan apa efek samping yang mungkin muncul. Dan jika efek samping ternyata muncul nantinya, apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai pertolongan pertama. Komunikasi yang baik antara dokter, pasien dan pihak-pihak lain yang terkait adalah kunci untuk mencegah terjadinya alergi antibiotik, serta penanggulang yang cepat dan tepat jika seandainya terjadi.
Ada baiknya Anda memiliki dokter atau klinik langganan. Dalam hal ini bukan maksud saya menyinggung bisnis kesehatan. Namun dalam penggunaan istilah langganan di sini saya menekankan pentingnya suatu rekam medis pribadi Anda. Dokter, klinik maupun pusat pelayanan kesehatan lainnya selalu memiliki rekam medis bagi pasien mereka. Di rekam medis ini tercatat riwayat kesehatan anda, termasuk riwayat pengobatan Anda, dan jika di sana juga tercatat riwayat alergi, maka akan sangat membantu dokter dalam memberikan terapi yang sesuai. Sehingga di luar negeri Anda mungkin akan sering mendengar istilah “your doctor”, yang kalau di sini mungkin bisa merujuk pada dokter langganan anda.
Hindari pembelian antibiotik secara bebas. Dalam istilah yang umumnya adalah obat warung, sebagaimana yang disebutkan oleh Cak Moki dalam blognya tentang obat warung. Bukan apa-apa, hanya saja jika dosis dan terapi yang Anda pilih di warung tidak tepat, risikonya bukan saja hanya penyakit yang sebenarnya tidak sembuh namun ada banyak efek samping yang tidak menyenangkan bisa Anda dapatkan.
Lalu perlu diingat, jangan menggunakan antibiotik atau meminta peresepan antibiotik untuk kasus-kasus infeksi virus, seperti influenza atau batuk pilek misalnya.
Kita perlu bijaksana dalam mengelola dan menjaga kesehatan kita.
Referensi:
55 tanggapan untuk “Apa Anda Alergi Antibiotik?”
Malam dok, izin bertanya dok, dok reaksi alergi injeksi gentamicin kira kira muncul dalam rentan waktu berapa lama dok? biasanya berapa persen seseorang alergi terhadap injeksi gentamisin? Terima kasih dok sebelumnya
SukaSuka
Hi Nia, umumnya semua jenis reaksi alergi muncul dengan segera. Sangat jarang ada reaksi alergi muncul setelah 24 jam. Biasanya dalam 15 menit kita sudah bisa melihat reaksinya. Oleh karena itu, setiap obat injeksi yang belum diketahui riwayat alerginya akan dilakukan tes alergi terlebih dahulu.
Untuk persentase berapa orang yang alergi terhadap suatu obat. Saya kurang tahu.
SukaSuka
Gini Dok, Saya sudah minum resep 1 metronidazol 3×1 itu selama 5 hari dan saat minum obat itu saya pusing terus menerus, demam dan radang tenggorokan. Yang meresepkan obat ke 2 juga dokter. Jadi sudah ada konsultasi
SukaSuka
Jika memang belum membaik, dapat meminta rekomendasi rujukan ke dokter ahli. Biasanya radang tenggorokan sederhana, dengan atau tanpa antibiotik akan sembuh dengan segera. Dan jika ada infeksi bakteri ringan, dengan antibiotik spektrum luas umumnya akan membaik. Jika ini belum membaik, layak dipertimbangkan konsultasi ke dokter ahli.
SukaSuka
Siang dok, tadi pagi saya sudah ke puskesmas. Saya sudah bilang kalo saya minum metronidazol, dan pusing mual. Sekarang diresep clotrimoksazol 2×2 , Anti mual Domperidon, Parasetamol dan vitamin, utk 3 hari. Tapi saya blm minum. Takut ga cocok lagi.
saya ingin tes darah & urin tapi takut nya antibiotik dapat mempengaruhi hasil tes darah dan urine, utk isk.
Menurut dokter, sebaiknya berapa hari saya berpuasa minum obat jika mau tes darah/urin, utk cek ginjal..trims
SukaSuka
Obat antibiotik tidak untuk dihentikan begitu saja. Jika hendak melakukan tes, dapat langsung dilakukan. Untuk tes urin sederhana, antibiotik mungkin dapat berpengaruh, namun untuk fungsi ginjal akan dinilai sendiri.
SukaSuka
Sy sudah stop ranitidinnya. Sekarang perut bawah saya nyeri & punggung pegel banget. Lalu warna urin kemerahan. Apa krn warna kapsul yang diminum, jadi warna urin berubah? Saya takutnya karna gangguan ginjal. Tolong dijwb ya dok. Trims.
SukaSuka
Untuk mengetahui apakah itu darah atau gangguan ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan mungkin sejumlah pemeriksaan penunjang. Saya merekomendasikan untuk pemeriksaan ke klinik pratama terdekat.
SukaSuka
tanya lagi dok,
kalo muntah2 setelah minum ranitidin itu knapa ya? kan tadi siang saya minum ranitidin trus muntah2. setelah itu saya minum norit(karbon aktif) trus 1,5 jam kmudian saya minum antibiotik. menurut dokter, sebaiknya berapa jam jarak waktu antara minum norit dan antibiotik tsb. trims..
SukaSuka
Memang ada laporan efek yang tidak diharapkan dari ranitidin di mana < 1% pasien mengalami mual atau muntah. Jika tidak cocok dengan ranitidin, sebaiknya konsumsi dihentikan dan konsultasi dengan dokter yang meresepkan.
Untuk antibiotik dan karbon aktif tidak masalah dengan jarak tersebut. Karbon aktif biasanya lebih dilaporkan berinteraksi mengurangi penyerapan obat jenis lainnya, seperti digoxin, acetylcystein, digoxin, etc.
SukaSuka
Dua hari yang lalu saya ke rumahsakit karena isk dan keputihan. Dokter meresepkan obat untuk 7 hari yaitu metronidazol 3×1 ;urinter 2×1 ;cetirizine 1×1 dan ranitidine 2×1. setiap beberapa jam minum obat tersebut saya merasa pusing banget, demam dan mual. Jadi setiap pusing saya minum paracetamol.
1. ini gejala alerghi/overdosis antibiotik?
2. saya sebaiknya tetap minum terus obatnya atau cukup minum 3 hari saja karena setiap minum jadi pusing.
3. Riwayat alergi saya: ciprofloxacin, levofloxacin, diklofenak, aspirin dan tremenza..Trims
SukaSuka
Hi Nana, reaksi alergi umumnya paling ringan ditandai dengan ruam. Namun beberapa obat seperti antibiotik memang memiliki efek samping bagi mual dan gejala tidak nyaman pada saluran cerna. Jika gejala ini muncul, coba konsultasi kembali ke dokter yang meresepkan obat untuk pertimbangan selanjutnya.
SukaSuka
Dok saya alergi antibiotik cefadroxil, ruam merah dan gatal muncul setelah pemakaian setengah dosis dr yg diresepkan dokter. Apa saya boleh menghentikan minum antibiotik tersebut apa harus dihabiskan? sebelumnya saya gejala tipes kemudian diberi antibiotik tersebut
SukaSuka
Boleh, dihentikan dulu. Dan disarankan kembali ke dokter yang meresepkan obat untuk minta obat pengganti.
SukaSuka
Apa ada bengkak di sekitar mata/bibir? Kesulitan bernapas? Apa sampai ada BAB/diare dengan darah?
Ada obat lain yang diminum selain Clindamycin?
Jika memang merah dan gatal, saya sarankan agar kembali pada dokter yang meresepkan obat, untuk dinilai ulang.
SukaSuka
dokter saya freddy…..
kemarin saya makan aspirin mata saya bengkak dokter trus makan paracetamol sama amoxilin juga jadi bengkak matanya…kira2 karna apa yah dokter?
SukaSuka
Anda mungkin alergi dengan obat-obat tersebut. Saya dapat sarankan kembali ke dokter yang meresepkan obat untuk mendapatkan obat pengganti.
SukaSuka
Dok, suami saya alergi amoxicilin, antibiotik apa yang bisa diminumnya selain amoxicilin dok? Mohon jawabannya ya dok. Terima kasih.
SukaSuka
Tergantung pada kasusnya Bu. Setiap kasus memiliki pendekatan terapi antibiotik yang berbeda-beda. Selama bukan golongan penicillin, maka bisa diberikan selama juga tidak alergi.
SukaSuka
Mas bro.aku mau tanya sy mengkonsumsi cefixime setelah itu sy gelisah emang efek sampingnya menyebabkan gelisah? thanks…
SukaSuka
Indra, cefixime tidak menyebabkan gelisah psikologis.
Tapi jika gelisah yang dimaksud sedikit nyeri kepala dan tidak enak di perut (seperti kembung atau mual), itu mungkin efek sampingnya.
SukaSuka
Saya ingin bertanya dok. Setelah pemakaian dexamethasone, saya menjadi alergi gatal2 merah, panas dan muncul bentol berair. Setelah 3 minggu akhirnya sembuh gatal gatalnya. Namun bentol berairnya tak kunjung selesai. Satu sembuh tumbuh lagi satu dan terus berair, bagaimana ya dok penangannya?sampai brp lama air itu akan habis?
SukaSuka
Bima, apa obat yang dikonsumsi hanya dexamethasone? Apa tidak ada obat lain? Lalu kenapa minum dexamethasone, apa sakitnya?
Karena dexamethasone adalah obat antialergi dan anti-inflammatory. Jadi jarang sekali menyebabkan reaksi alergi.
Coba periksa ke dokter atau spesialis terdekat, siapa tahu kondisi kulit itu bukan karena dexamethasone tapi sakit lain yang perlu penanganan berbeda. Atau kondisi sakit yang dengan dexamethasone justru memburuk.
SukaSuka
Tadinya saya terkena eksim dok. Lalu dokter kulit memberikan saya obat racikan tablet yg komposisinya dexamethasone,loratadine,ctm. Dan obat salep racikan .namun selama konsumsi obat saya merasa badan saya menjadi panas seperti terbakar. Saya pikir ah mungkin hanya efek samping sementara.eksim saya pun sembuh, setelqh bbrp minggu kmudian baru saya merasakan gatal2 dan panas di badan . Gatal2nya sembuh eh muncul bentol bentol yg kemudian pecah mengeluarkan air dan nanah . Skrg alhamdulilah dok sudah sembuh dengan sendirinya, bekasnya kulit jadi sepertikoreng hitam.
SukaSuka
Dok mau nanya,sekitar 2 hari yg lalu saya terkena flu kemudian oleh dokter diresepkan asam mefenamat 500mg,erythromycin 250mg,ambroxol 30mg,dexamethasone 0.5mg namun 3 x minum ulu hati saya jadi sakit,apakah saya harus menghentikan obatnya?dan apa yg harus saya lakukan untuk meredakan sakit ulu hati saya.terimakasih
SukaSuka
Ari, itu gejala dispepsia.
Untuk sementara saya dapat sarankan untuk menghentikan konsumsi asam mefenamat & dexamethasone.
Jika dengan menghentikan kedua obat itu sudah cukup, maka tidak perlu menambah terapi untuk dispepsia. Jangan lupa mengikuti pola diet/makan untuk penderita dispepsia, saya rasa banyak artikel di internet yang mengulas hal ini.
Dan jika keluhan menetap, saya sarankan kembali diperiksa oleh dokter. Apakah memerlukan modifikasi pengobatan atau tidak.
SukaSuka
terimakasih atas jawabannya dan bagaimana dengan obat yg lain ambroxol dan erythromycinnya apakah boleh dikonsumsi kembali sampai habis?atau dihentikan juga?
padahal saya minum obatnya setelah makan itu dok.
terimakasih.
SukaSuka
Ari,
Erythromycin adalah antibiotik, karena sudah mulai diminum, maka dihabiskan atau paling tidak dikonsumsi selama 3 hari berturut-turut sesuai dosis anjuran – agar tidak memicu resistensi bakteri. Memang efek samping menimbulkan rasa tidak nyaman di perut, tapi semua antibiotik rerata punya efek serupa.
Sedangkan ambroxol adalah obat batuk golongan ekspektoran. Jika sudah tidak batuk berdahak dalam jumlah yang banyak, maka tidak perlu dilanjutnya. Tapi jika masih batuk berdahak, boleh dilanjutkan.
SukaSuka
terimakasih sekali jawabannya sangat membantu 🙂
SukaSuka
Dok.. saya baru pap smear dan terima hasil tanggal 2.. dan saya diberi obat metronidazole dan cream untuk miss v. Tapi saya bingung karna saya merasa saya telat haid udah seminggu dan mungkin saya hamil.kira2 disaat saya terapi minum metronidazole..paginya saya bisa tes kehamilan gak ya dengan tespek? Klo saya hamil.. apa saya harus stop konsumsi obatnya atau diteruskan? Karna konsumsi hanya 7 hari ? Dan apa bahayanya untuk janin apabila ternyata saya hamil? Terimakasih
SukaSuka
Jika positif hamil, konsultasikan kembali dengan dokter Anda. Antibiotik diteruskan atau diganti/dihentikan, akan diputuskan bersama-sama dokter Anda dengan menimbang keuntungan dan kerugiaannya.
Metronidazole adalah antimikrobial yang keamanannya berada pada level B untuk kehamilan.
SukaSuka
saya mau tanya sedikit pak, sehari setelah saya minum SANPRIMA telapak tangan dan telapak kaki saya jadi merah-merah. apa itu salah satu tanda alergi thd obat tersebut? terima kasih:)
SukaSuka
Putri, mohon maaf, saya sedang tidak memegang katalog obat, bisa disampaikan kandungan apa yang ada di dalam obat itu?
Jika tidak ada diduga faktor luar lainnya, semisal zat iritan atau alergen. Bisa jadi memang alergi obat yang bersifat ringan.
SukaSuka
mw tanya pak kemaren saya minum obat antibiotik sulfamethoxazole 800mg trimethoprim 160 mg karena infeksi saluran kencing tapi setelah minum obat itu penis jadi bengkak apa karena alergi obat atw infeksinya? trima kasih
SukaSuka
Alergi akibat obat yang diminum manifestasinya tidak umum pada satu tempat seperti penis saja. Biasanya diawali gatal dan kemerahan pada badan, juga jika ada bengkak akan paling kentara pada bibir dan kelopak mata.
Saya tidak bisa melihat hubungannya juga dengan infeksi saluran kemih meski tidak menutup kemungkinan, sebagaimana halnya tidak menutup kemungkinan disebabkan reaksi radang yang sama sekali baru. Silakan diperiksa kembali ke dokter yang meresepkan obat sebelumnya.
SukaSuka
oh terimakasih ya, pak! untuk sarannya.
soal obat remactane, maksud saya “rimactane” saya salah ketik!
saya mau lanjut bertanya soal luka saya, pak! luka saya itu terus menerus mengeluarkan air, hingga orang tua saya kewalahan karena airnya sampai mengalir cukup deras bagaimana cara menghentikannya, sehingga luka saya lekas sembuh?
serta, bagaimana caranya mengobati ruam merah serta bengkak (khususnya dimata yang sangat mengganggu) agar segera kembali seperti semula..
mungkinkah ada sayuran atau buah tertentu yang dapat mengobati penyakit saya ini?
-terimakasih-
SukaSuka
Anggun, untuk reaksi alergi, Anggun perlu menemui dokter, dengan pemeriksaan yang tepat mungkin kondisi tersebut bisa dibantu dipulihkan dengan obat-obatan golongan kortikosteroid – yang tentunya tidak bisa diberikan di luar resep dokter.
Sayuran dan buah juga konsumsi protein yang tepat bisa membantu tubuh “menyembuhkan” dirinya sendiri.
SukaSuka
maaf.., numpang tanya, pak! saya anggun umur 13 tahun
sebelumnya saya mau cerita dulu!!
sekitar 3 minggu yang lalu saya mengalami kecelakaan dan luka parah.., setelah diobati dengan beragam salep, salah satunya pibaksin luka saya kering., saat keluar dari rumah sakit, saya diberi obat imunos yang saya gunakan terus-menerus hingga saya mengalami alergi.
1 minggu setelah kecelakaan, saya terkena cacar, dan berkonsultasi dg dokter. dokter menyarankan saya untuk minum acyclovir, cacar saya mulai membaik dan mengering.
diminggu berikutnya, saya kembali mengunjungi dokter untuk check-up, saya disarankan untuk minum asthin. diminggu itu, luka saya sudah sembuh, bahkan ada yang mengelupas. tapi sebagian masih basah, sehingga ibu saya membelikan saya obat remactane tujuannya agar luga saya lekas sembuh (ini diluar resep dokter). keesokan harinya setelah minum remactane, luka saya memang mengering..
Akan tetapi., setelah minum tablet ke-2, saya mengalami gatal disekitar luka yang berujung pada pembengkakan disekujur tubuh saya, dan yang paling terlihat, dibagian mata, kelopak mata saya bengkak hingga saya sulit membuka mata. luka saya yang sudah kering bahkan yang sudah mengelupas kembali berair dan terus menerus mengeluarkan air seperti nanah berwarna kuning namun tidak pekat.
nampaknya saya mengalami alergi, kakak saya menyarankan untuk minum jus wortel. ini berefek positif pada kelopak mata saya yang bengkak.
ibu saya pun menghentikan semua pemakaian obat (acyclovir, imunos, asthin, dan remactane)
—
kiranya, obat apa yang bisa mengobati alergi saya ini?
-terimakasih karena sudah membaca kiriman saya-
🙂
SukaSuka
Anggun, kasusmu mungkin agak rumit.
Pertama luka kecelakaannya seberapa parah, jenis lukannya apa, dan perawatannya apa? Kalau luka hanya kecil, tersayat, mungkin hanya perlu disinfeksi, sedikit jahitan dan antibiotik untuk profilaksis saja. Dan saya rasa, pemberian obat bisa dihentikan dalam 1-2 minggu jika memang tidak ada keluhan lagi. Jika ada indikasi pemberian pibaksin (mucopirin), apakah ada kelainan yang lainnya?
Saya rasa cacar dan kecelakaan tidak berhubungan secara langsung. Dan memang tepat jika diberikan acyclovir. Infeksi cacar sebenarnya termasuk self-limited, dalam artian bisa sembuh sendiri jika daya tahan membaik, namun obat antiviral yang tepat seperti acyclovir tentu akan sangat membantu. Dan jarang acyclovir menyebabkan efek pembengkakan pada seluruh tubuh, apalagi jka sampai kondisi cacar membaik.
Kalau remactane saya tidak pernah dengar, kecuali yang dimaksudkan adalah rimactane (rimfampin) yang merupakan salah satu obat untuk infeksi tuberculosis (TB). Dan ya, golongan rimfampin memang memiliki efek samping seperti ruam, gatal hingga pembengkakan. Anggun mungkin alergi terhadap obat golongan rimfampin, coba ditanyakan pada dokter yang merawat – sehingga alergi dapat dipastikan, dan dicatat untuk bisa dihindari pada kemudian hari. Dan tentu saja jika tubuh mengalami reaksi alergi obat, luka yang belum sembuh bisa memburuk. Jika obat yang menyebabkan alergi dihentikan konsumsinya, maka reaksi alergi akan berhenti dengan sendirinya, namun tetap ada baiknya memeriksakan diri ke dokter.
Untuk acyclovir memang bisa dihentikan jika cacarnya sudah sembuh. Untuk imunos dan asthin (untuk sistem pertahanan tubuh), bisa diganti dengan makanan bernutrisi dan bergizi, misalnya banyak konsumsi buah dan sayur. Sedangkan tubuh sendiri akan perlu cukup protein untuk membentuk kembali sel-sel yang rusak pada luka. Jadi intinya, luka tidak disembuhkan dengan obat, namun dengan menjaga pola makan yang sehat dan menjaga higienitas daerah luka sedemikian hingga tidak terinfeksi.
SukaSuka
asw.
Selamat malam…
Saya mau tanya, anak sy umur 3thn sedang radang tenggorokan diberi antibiotik oleh dokter.
Pada saat hari kedua setelah bangun pagi, anak sy gatal2 seperti alergi, hingga malamnya semakin banyak dan hampir kseluruh tubuhnya kemerahan.
Apakah itu bs disebut alergi thd antibiotik?
Dan apa yg sebaiknya sy harus lakukan?
Terima kasih atas jawabannya dan sarannya..
Wslm
SukaSuka
Mirna,
Ada kemungkinan itu adalah ruam karena alergi antibiotik, namun juga tidak menutup kemungkinan sesuatu kondisi sakit dengan ruam. Untuk amannya, hentikan dulu antibiotik untuk sementara waktu, dan kembali konsultasikan ke dokter untuk diperiksa dan ditentukan apakah itu alergi atau bukan. Jika memang alergi, kemungkinan antibiotik akan dihentikan seterusnya atau diganti dengan antibiotik dari jenis lain sesuai dengan perkembangan kondisi anak.
Demikian, semoga dapat membantu.
SukaSuka
maaf mo nanya ttg antibiotik …
kmrn2 saya melakukan cabut gigi kemudian dikasih clindamycin 300mg dan grafamic 500 apakah saya bisa dikatakan alergi terhadap antibiotik tersebut?, krn kulit wajah saya terasa kasar dan anehnya jika menjelang sore saya merasa demam namun tdk ada ruam dan tdk terasa penas, seingat saya pun saya tdk megganti bedak ataupun pelembab wajah saya dan sebelumnya pun saya tdk punya riwayat alergi obat apakah cuma hanya karena cuaca yg tdk mendukung?
terimakasih
SukaSuka
Ari, saya juga mendapatkan obat serupa saat cabut gigi 🙂 – jangan khawatir, obat tersebut rerata cukup aman digunakan.
Clindamycin adalah antibiotik yang kadang memberikan efek samping cukup sering pada saluran cerna, misalnya terasa mual atau hingga diare. Efek yang lebih parah biasanya memunculkan reaksi alergi yang lebih kuat, namun jarang pada mereka yang tidak memiliki alergi obat. Sedangkan grafamic (asam mefenamat) adalah obat antiperadangan non-steroid, sehabis cabut gigi kan muncul reaksi peradangan tubuh karena karena luka yang timbul saat cabut gigi, reaksi ini bisa berupa nyeri, demam, ataupun terasa membengkak di sekitar area gigi yang dicabut, jadi Ari wajar merasa demam – dan fungsinya obat antiinflamasi adalah mengurangi inflamasi sehingga menekan gejala-gejala tersebut pada akhirnya.
Jika luka menyembuh dengan kemampuan tubuh sendiri, otomatis radang akan berkurang, dan badan akan merasa lebih baik lagi. Ari bisa membantu dengan konsumsi makanan yang sehat dan bervitamin tinggi, seperti sayuran dan buah-buahan :).
Faktor cuaca mungkin memberikan kontribusi, namun jika bukan sesuatu yang ekstrem – maka saya rasa tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Semoga lekas membaik ya.
SukaSuka
wah terimakasih penjelasannya sangat membantu saya. syukur kalo gt jika tdk ada yg perlu dikhawatirkan. ^_^
sekali lagi terimakasih atas penjelasannya.
SukaSuka
Maaf, boleh nanya sedikit ttg antibiotik…
Saya mengalami penyakit GO, waktu itu ketahuan saat donor darah di PMI sekitar bulan November 2010. Saya ingat kebelakang, bahwa saya memang pernah berhubungan badan terakhir dengan pasangan saya sekitar bulan Oktober. seminggu kemudian saya cabut gigi saya, dan mengalami infeksi. Oleh dentist saya diberi resep LINCOCIN 2X sehari 1 tablet. Saat obat kedua, kulit telinga leher dan punggung merah2 dan panas. Akhirnya saya disuruh berhenti minum antibiotik tersebut dan diganti dengan antibiotik CLYNDAMICIN.
Infeksi gigi saya sembuh, namun seperti yang saya ceritakan diawal munculah penyakit GO yang saya ketahui hampir lebih dari sebulan saya berhubungan sex. Saya lalu minum Doxcycline 2x sehari hingga 15 hari. Saya pikir GO saya sembuhsetelah terapi antibiotik tersebut. Namun seminggi atau lebih, gejala GO muncul lagi karna saya tak mau menunggu lama, maka saya minumin CIPROFLOAXACIN hingga 3 hari (6 kaplet) dan dihari ketiga saya periksa ke dokter kelamin, oleh dokter diberi resep AKILEN (Ofloxacin) dengan dosis 2X sehari selama 3 hari & disuruh banyak minum.
Saya lalu meminum obat tersebut dengan tambahan sehari lagi (2 kaplet-total 4 hari) dan minum Doxicycline selama 5hari (saya berpikir sebagai terapi supaya bakterinya mati).
Dan anehnya, penyakit GO itu muncul lagi sekitar seminggu atau lebih setelah obat habis, dan langsung saya minumin lagi dengan Ofloxacin 400mg hingga pada hari kelima saya kembali ke dokter tersebut.
Oleh dokter, saya disuruh meneruskan minum obat tsbt hingga 10 hari (sambil dimarah-marahin karna diobatin sendiri). Nah menurut anda kasus saya bagaimana, karna dokter suruh saya kembali ke dia jika saya masih belum sermbu? Lalu dokter bilang, klo masih muncul lagi maka saya disuruh tes resistensi antibiotik… Saya jadi trauma, bisa kasih saran?
SukaSuka
William,
Pertama GO tidak akan hilang jika: pengobatan tidak melibatkan pasangan (dalam hal ini istri). Jika pun William di sini melakukan pengobatan, tapi tetap berhubungan badan dengan istri, infeksi akan tetap terjadi (saling menginfeksi), dan pada saat terapi pun mesti saling abstain dalam berhubungan badan, silakan baca tulisan blogdokter tentang hal ini: http://www.blogdokter.net/2008/05/25/gonorrhea/.
Kedua, karena terapi yang kurang tepat (self-therapy), muncul kasus-kasus di mana GO menjadi resisten/kebal terhadap antibiotika yang umum digunakan. Tentu saja kasus seperti ini akan menyulitkan terapi selanjutnya, yaitu memilih antibiotika yang tepat melalui uji resistensi antibiotik.
Saran saya tidak akan berbeda dengan dokter, jika tidak sembuh dengan terapi saat ini (terapi sekarang jangan dihentikan, atau potensial menimbulkan resistensi antibiotik). Silakan kembali ke dokter untuk pemeriksaan resistensi antibiotik, jangan lupa usahakan beserta pasangan anda, sehingga terapi bisa dilakukan secara baik dan terkontrol.
SukaSuka
kalo tetracycline pada pengurangan rasa sakit akibat skit gigi, kok jadnya mual ya?mang tetracycline buat sakit gigi jg bisa y?
SukaSuka
hastanto,
Maaf sebelumnya, tetracycline adalah golongan antibiotik bukan pain relief atau-pun pain killer yang dapat mengatasi rasa sakit (termasuk sakit gigi). Fungsinya untuk melawan infeksi bakteri, tidak untuk mengurangi rasa sakit.
Memang ada efek samping mual, muntah hingga bisa menyebabkan diare dengan pengobatan tetracycline yang diminum (per oral).
SukaSuka
bila kita memang alergi pada suatu antibiotik,disini anak saya berusia 1 th dia alergi terhadap sulfamethoxazole(sanprima syrup 60 ml.)di wajahnya agak kemerah pada pemakaian ke 4 ,saya langsung hentikan,apakah kemerahan akan hilang sesudah obat di hentikan,dan apakah antibiotik itu tidak apa2 bila saya hentikan sebelum habis,tp kondisi anaknya saya sudah tidak panas.
SukaSuka
meita,
Pemberian antibiotik tidak selalu berkorelasi dengan gejala yang timbul Bu, misalnya dalam kasus ini demam. Harus diketahui dulu alasan medis dokter saat meresepkan antibiotik. Kalau antibiotik itu profilaksis, mungkin tidak masalah dihentikan jika gejala sudah mereda, tapi jika terapeutik perlu dipertimbangan pemeriksaan kembali oleh dokter jika dicurigai terjadi alergi saat penggunaannya.
Maksudnya, agar terapi tidak putus di tengah jalan dan agar di masa kemudian bisa dicegah pemberian antibiotik yang mungkin menimbulkan reaksi alergi. Dan perlu diperhatikan, apakah tanda kecurigaan alergi memang muncul akibat antibiotik atau ada hal lain yang mungkin memicunya.
Jika akibat antibiotik biasanya reaksi alergi (jika bukan reaksi akut/parah) akan menghilang pasca penghentian obat. Namun agar lebih amannya, saya sarankan Ibu Meita memeriksakan kembali putra ibu ke dokter.
– semoga informatif –
SukaSuka
Broo Legawa, sedikit melenceng nih tapi masih ada hubungan dengan alergi. aku menderita alergi dingin (menurutku sudah akut) sudah 4 bulanan ini setiap ada respon terhadap udara dingin pasti dah tubuh ini mulai kepala, mata, bibir badan sampai kaki bentol2 seperti kena ulat bulu. masalahnya aku mengkonsumsi obat tiriz (pernah diresepka oleh seorang dokter kulit) setiap habis aku beli lagi karena kakau tidak inim 2 hari aja pasti kumat lagi gatalnya. Yang jadi pertayaan apakah berbehaya mengkonsumsi tiriz dalam jangka panjang ? 😕 . Makasih temans.
SukaSuka
Mas Sugeng,
Jika tidak salah Tiriz itu merk dagang untuk golongan obat Cetirizine HCl, sejenis antihistamin untuk terapi alergi, angioderma dan urtikaria.
Tidak ada bahaya yang serius dengan konsumsi jangka pendek, kecuali memang obat ini bisa menyebabkan kantuk – jadi dihindari saat mengerjakan tugas yang membahayakan jika kita lalai.
Biasanya tidak diberikan jangka panjang, karena alergi tidak selalu datang setiap saat. Konsepnya alergi pasti ada yang memicu, dan pemicu itu harus ditemukan.
Memisahkan pemicu alergi dari pasien adalah penanggulangan alergi yang paling baik. Dan antihistamin hanya bersifat pertolongan untuk mengurangi gejala.
Karenanya tidak banyak laporan tentang penggunaan cetirizine jangka panjang.
Coba ditengok di Panduan Obat Alergi atau Penggunaan dan Efek Samping Antihistamin
.-= Cahya´s last blog ..Nang Olog tak Punya yang Sukla =-.
SukaSuka
Makasih Broo, langsung ke TKP 😆
SukaSuka
Knapa metronidazole tidak boleh diberikan pada wanita hamil trimester pertama? apa hubungannya dgn fetus?
SukaSuka
Drg. Farkhanah,
Dulu saya rasa ada pro kontra dengan pemberian metronidazole pada wanita hamil dan menyusui. Beberapa penelitian seperti yang disampaikan oleh Drug Safety Site bahwa metronidazel bisa menyebabkan cacat lahir, walau hal sifat teratogeniknya sulit dibuktikan sebagaimana disebutkan di Oxford Journaln of Antimicrobial Chemotherapy.
Namun pada buku DOI disebutkan bahwa metronidazole memiliki efek mutagenik (sementara juga metronidazole dapat dengan cepat melewati sawar plasenta serta diekskresikan melalui ASI), maka dikontra-indikasikan pada kehamilan trimester I, pemakaian pada trimester selanjutnya hingga masa menyusui hanya dibatasi pada penderita yang pengobatan paliatif lokalnya belum dapat mengatasi gejala. (DOI edisi 11 tahun 2008, hal. 404 tentang keterangan obat standar).
Kira-kira demikian Bu Dokter, CMIIW.
.-= Cahya´s last blog ..Ponsel di Pinggang dapat Melemahkan Tulang? =-.
SukaSuka