Harta Yang Terindah

Dikisahkanlah, bahwa selama perang dahsyat di Kurukshetra yang berlangsung selama delapan belas hari, Vyasa yang malang – perasaannya begitu terkoyak oleh sesal yang sedemikian hebatnya, karena dua keluarga yang berperang adalah garis keturunannya. Ia tidak tahan melihat pembantaian yang besar-besaran ini, ia pun meninggalkan lokasi perang saudara ini.

Suatu hari dalam rasa sesal dan sedih yang mendalam, Vyasa meninggalkan medan yang terendam darah itu dengan segera, di mana pembunuhan besar-besaran akan terjadi lagi pada hari berikutnya.

Dengan bergegas, ia melihat seekor laba-laba berlari sama tergesa-gesanya di atas pasir.

Mengapa engkau begitu tergesa?” Tanya Vyasa.

Laba-laba itu berlari melewati jalan, dan mendaki pada gundukan rumah semut, dari tempat yang paling tinggi yang ia bisa capai itu ia menjawab, “Tidakkah kau tahu bahwa kereta perang Arjuna akan lewat di tempat ini! Jika aku sampai tergilas rodanya, habislah riwayatku.”

Vyasa tertawa mendengar jawaban si laba-laba, “Tidak ada mata yang basah jika engkau mati! Dunia tidak akan kehilangan jika engkau tewas, engkau tidak akan meninggalkan kekosongan jika engkau lenyap.”

Laba-laba itu amat tersinggung mendengar kata-kata Vyasa, ia merasa terhina, dengan gemetar dalam amarah ia pun berteriak, “Demikiankah menurutmu petapa sombong! Pikirmu akankah kehilangan besar bagi dunia jika engkau mati, sementara aku sama sekali tidak dihiraukan? Aku pun mempunyai istri dan anak-anak yang aku cintai. Aku pun memiliki rumah dan persediaan makanan. Aku pun melekat pada kehidupan dengan penuh ketabahan seperti kalian. Aku pun merasa lapar, haus, sedih, bahagia, sakit dan gembira sertanya pilunya jika berpisah dengan sanak keluarga. Dunia sama berartinya dalam diriku dan bagiku, seperti halnya juga bagi manusia dan makhluk lainnya.”

Vyasa tertunduk dan pergi diam-diam, sambil menggumamkan bait “Saamaanyam ethath pasubir naraani” – bagi semua bentuk kehidupan manusia maupun hewan, hal-hal itu adalah sama.

Tetapi ia berkata pada dirinya sendiri, “Rasa ingin tahu yang mutlak akan menjadi kerinduan yang mendalam akan keindahan, kebenaran dan kebaikan, kesadaran akan adanya persatuan mendasar, seperti sewujud kebijaksanaan yang merupakan harta terindah manusia.” – Vyasa pun melanjutkan perjalanannya.

  Copyright secured by Digiprove © 2010 Cahya Legawa

21 tanggapan untuk “Harta Yang Terindah”

  1. Islam pun mengajarkan untuk menyayangi binatang.
    Dalam percakapan antara pertapa dan laba-laba diatas, mengilustrasikan bahwa kehidupan binatang selayaknya manusia, yaitu berkeluarga. Sehingga menjadi pertimbangan bagi kita sebelum membunuh atau menyakiti binatang.

    Suka

    • Aliaz,

      Hewan dan tumbuhan bagian dari semesta yang luas, saya kira apa pun agamanya, mestilah menjaga alam ini agar lestari. Sekarang sepertinya kepedulian ini menurun sejalan dengan eksplorasi manusia terhadap alam yang menghasilkan eksploitasi berlebihan 😦

      Suka

  2. “Rasa ingin tahu yang mutlak akan menjadi kerinduan yang mendalam akan keindahan”

    iya kalau untuk keindahan, tapi kalau untuk urusan orang lain itu namanya kepo 😀

    Suka

    • Pak Huang,

      Privasi rasanya terbentuk dari pengertian kita akan diri kita sendiri yang memerlukan ruang untuk sendiri walau sejenak 🙂

      Suka

    • Suzan,

      Makasih, maaf belakangan ini saya hiatus ngeblog. Jadi lambat memberikan balasan tanggapan dan juga belum sempat jalan-jalan di dunia maya.

      Suka

  3. Perenungan spesial dari wiracarita universal sbg suluh kehidupan. Setiap mahluk memiliki kebutuhan yang sama di dunia material. Secara spiritual menjadi sempurna ketika ada KeBIJAKSANAan dan KeSADARan akan hakikat diri sesungguhnya sebagai Abdi Sejati-NYA…

    Suka

    • TuSuda,

      Iya Dok, pun demikian kebijakan dan kesadaran mestilah murni mengalir dari manusia itu sendiri, ada sebuah kehidupan yang dibangun di atas kesadaran – begitulah yang pernah saya dengar.

      Suka

  4. Seperti itu kali ya, gambaran manusia yang merasa lebih dari yang lainnya. Jangankan terhadap hewan, terhadap sesama manusia yang dirasanya ada ‘dibawahnya’, seringkali membuat mata sedikit menyipit, sinis dan melecehkan.

    Suka

    • Mbak Isnuansa,

      Kadang kita tidak tahu mengapa, karena diri kita sendiri pun bisa menjadi seperti itu juga dengan seketika. Kita bisa dengan mudah meremehkan seseorang, apalagi jika berseberang pemikiran. Belajar setiap saat akan hal-hal seperti ini, mungkin bagi saya sendiri bisa sedikit banyak membantu mengenal adanya sifat ini dalam diri saya.

      Suka

  5. tulll…. saya setuju, mungkin bagi si A benda B tidak ada nilainya tapi bagi orang lain itu sangat berarti. intinya saling menghargai di dalam perbedaan

    Suka

    • orangefloat,

      Justru terkadang dari keberagaman kita bisa saling mengenal dan menghargai lebih jauh dan belajar turut serta membangun keharmonisan 🙂

      Suka

  6. Kehidupan ini memang benar2 menyimpan banyak makna yg indah.
    Impian akan kebersamaan dalam wujud dan sifat, senantiasa dirindukan oleh makhluk, terutama manusia. Namun apakah itu akan bisa terwujud….mungkin waktu dan nurani yg akan menjawabnya.

    Uraian yg indah dan mengusik diri utk berpikir lebih dalam. Terimakasih utk tulisan yg bagus dan berisi ini. Salam hangat, salam damai selalu…

    Suka

    • Hary4n4,

      Untuk menemukan sesuatu, saya rasa paling tepat adalah bagi kita untuk menemukannya langsung sendiri – meski itu termasuk membuka hati 🙂

      Terima kasih kembali.

      Suka

  7. Secara tersirat saya menangkap, bahwa siapapun kita tentu ingin dihargai, Dan seringkali kita dilecehkan oleh orang yang merasa derajnya lebih tinggi.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.