Bait yang tak pernah ada dasar asa terliar sekali pun
Berjingkrak riang bak cahaya tajam di kelebatan sukma
Turun senja menguak muram sirna semua
7 untai awan serentak bisu dalam kosong
Suka, duka, tawa, sedih, yang hendak menyongsong
Remuk redam bersama ruang waktu menyisakan hampa
Baru cinta dapat tumbuh dan mengisi dalam nada napas kebebasan
Diberikan sebagai hadiah akhir bulan pada “Puisi Cinta Satu Bait” dan tanda terima kasih karena telah menguak kembali keinginan menulis dalam bahasa puisi, bahasa indah yang menyimpan sejuta makna dan pemaknaan yang berbeda bagi setiap insan yang membacanya dengan seksama.
Semoga dunia sastra dapat kembali menemukan kreativitasnya bak gairah ufuk Timur yang merah merona. Semoga kejelian dan kepedulian dapat tertuang dalam bahasa yang apik dan kuat. Dan kita belajar lagi dari salah satu harta tak terkira negeri ini – tanah puisi.
Tulisan ini tidak berada dalam lisensi creative commons di blog ini sebagaimana yang tertera dalam pembatasan. Silakan merujuk pada halaman “puisi cinta satu bait” untuk mengonfirmasi lisensi atas puisi ini.
Tinggalkan Balasan