Dari TUGZip ke PeaZip

Dulu saya kesulitan mencari peranti lunak pengarsip (file archive manager), ini saya perlukan karena pada banyak orang yang senang menyimpan datanya dalam bentuk terarsip seperti dalam bentuk ZIP, RAR, TAR, 7Z, dan lain sebagainya. Banyak sekali manfaat program-program yang mampu melakukan hal ini, namun mungkin yang diketahui kebanyakan orang tidak sebanyak itu.

Saya dulu hanya tahu ada dua program yang cukup baik, pertama adalah WinZIP dan yang lainnya adalah WinRAR, tapi kedua peranti lunak tersebut adalah peranti proprietary berbayar. Kita harus membeli lisensinya untuk bisa menggunakannya secara legal, dan terbilang harganya tidaklah murah. Meski demikian, banyak yang masih menggunakannya, namun tentu secara tidak legal, alias bajakan.

Ketika saya menulis “Murah Meriah Dengan Microsoft Windows”, saya termasuk orang yang berusaha mencari alternatif peranti lunak yang murah, berkualitas, dan bermanfaat dengan baik. Saya berharap bisa melakukan penghematan lisensi pembelian perangkat lunak dengan tetap tidak mengurangi fungsi dari perangkat lunak yang menjadi alternatif.

Dulu saya “jatuh hati” pada TUGZip sebagai pengganti atau alternatif dari program WinZIP dan WinRAR, karena fungsi dan GUI-nya yang sederhana. Di masanya program ini memenangkan beberapa penghargaan. Dan baiknya, program ini sepenuhnya gratis (free) tanpa biaya pembelian lisensi.

Berikut saya kutipkan dari halaman beranda TugZip:

TUGZip is a powerful award-winning freeware archiving utility for Windows® that provides support for a wide range of compressed, encoded and disc-image files, as well as very powerful features; all through an easy to use application interface and Windows Explorer integration.

Saking sederhananya, setidaknya satu dua tahun terakhir saya bertahan menggunakan TUGZip. Namun sepertinya program ini tidak diperbaharui lagi, padahal ada beberapa bugs yang masih saya temukan, walau bukan isu yang segera mesti diatasi, tapi rasanya lama kelamaan agak kurang nyaman juga. Jika Anda ingin mencobanya, Anda bisa mengunduhnya di Website TUGZip.

Saya pun beralih pada alternatif lain yang dikembangkan secara berkelanjutan. Saya kemudian memilih PeaZip, berbeda dengan TUGZip yang masuk ke kelas peranti lunak berlisensi gratis (freeware) maka PeaZip digolongkan ke dalam peranti lunak terbuka (open source), sehingga setiap orang bisa turut serta mengembangkan peranti lunak ini.

Sampai saat ini sudah satu bulan saya mencoba menggunakan PeaZip, dan saya belum menemukan bug(s) – dalam artian program ini cukup stabil di komputer yang saya gunakan. Tersedia dalam berkas instalasi dan berkas portable. Mendukung baik Windows maupun Linux.

Jika Anda tertarik mencoba PeaZip silakan mengunduh di halaman  PeaZip di SourceForge.Net. Program ini cukup ringan digunakan, dan saya merekomendasikannya untuk penggunaan kebutuhan mendasar bagi keperluan pengarsipan berkas.

45 tanggapan untuk “Dari TUGZip ke PeaZip”

  1. bli, untuk peazip 4.1. sepertinya ada bug yang lumayan fatal. saat saya mau membuka virtualbox installer (yang saya zip) tiba2 peazip meminta password untuk membuka arciver, padahal saya tidak pernah memberi password ke arciver virtualbox saya. akhirnya, archiver saya yang menjadi korban. akhirnya saya kembali menggunakan bandizip 😦

    Suka

    • Melvin, ada tiga alasan utama setahu saya mengapa Peazip meminta password, pertama karena berkas terarsip memang menggunakan kata sandi – yang mungkin ini tidak terjadi dalam kasusmu. Kedua, ada entri dan direktori yang keliru, salah atau hilang di dalam arsip. Ketiga, mungkin kita tidak beruntung, arsip itu memang rusak (corrupted) karena sesuatu hal, sehingga bukan karena Peazip arsip rusak, tapi karena arsip rusak dan enkripsinya menjadi tidak dikenali, Peazip meminta password. CMIIW.

      Suka

    • oh begitu. software yang saya compress pake freearc (dalam bentuk zip) ternyata korup. sebenarnya yang saya suka dari peazip, ya 2 in 1 (file manager dan arciver manager). pertama saya mengenal software arciver lewat izarc. namun sekarang pake peazip 🙂

      Suka

  2. hingga detik ini sih saya masih setia dengan WinRAR walau hasil download 😳 tappi kayanya saran Anda menarik juga 🙄 okelah sayamau coba :mrgreen:

    selamat malam & selamat beristirahat

    -salam hangat-

    Suka

    • Hariez,

      Selamat mencoba Mas, syukur-syukur cocok 🙂 – Saya sendiri belum membandingkan fungsinya dengan program-program berbayar seperti WinRAR, karena saya rasa hanya perlu kebutuhan dasar.

      Suka

  3. wah.. klo sy make winrar.. dulu make winzip 12, ganti krn kek nya lebih ringan winrar.. tp aq coba dulu yg itu.. hehe

    salam hangat.. 🙂

    Suka

    • muhammad zakariah,

      Iya, temen-temen saya juga lebih banyak yang pakai WinRAR ketimbang Winzip, ga tahu juga sih kalau alasan mereka pribadi.

      Suka

  4. Sampai sejauh ini saya menggunakan WinRar dan 7Zip, sudah memenuhi kebutuhan saya.
    Backup data permanen, saya lebih mengandalkan external drive tanpa perlu dikompres sehingga tidak ribet pada saat digunakan.
    Tinggal colokan pada USB…running. 😉

    Suka

    • Pak Aldy,

      Kalau dari pengalaman, beberapa teman lebih suka membuat backup data dalam berkas terarsip/terkompresi, selain menghemat ruang bisa melindungi dari virus dan kerusakan setelah perlindungannya ditambah – dengan kata kunci misalnya (katanya) 😀

      Tapi hanya untuk data-data penting saja. Kalau data biasa umumnya sama seperti Pak Aldy 🙂

      Suka

    • Yang disampaikan oleh rekan-rekan Mas Cahya benar kok ;).
      Saya tidak mengkompres data tersebut dengan pertimbangan daya tampung external drivenya besar (500GB), jika menyimpannya di flash disk, memang sebaiknya dikompress untuk menghemat ruang penyimpanan. Jika pertimbangannya aman dari virus, bagaimana jika virusnya ikut terkompress ?

      Suka

    • Pak Aldy,

      Saya juga punya yang 320 GB, memang sudah tidak terlalu mempertimbangkan lagi untuk dikompresi (apalagi dengan pertimbangan waktu kompresi lumayan lama jika data sejumlah itu mesti dikompresi). Kalau virus ikut terkompresi – wah, nasib itu Pak :D, makanya saya sediakan antivirus sehingga bisa memindai juga berkas-berkas terkompresi 🙂

      Suka

  5. Di arch linux, peazip yang gtk2 (GNOME), qt (KDE), dan portable versi 3.0.1 masih berstatus beta. Ada di repo non-official-nya.

    Suka

    • Osi,

      {OOT} Iya, halaman sendiri sembari belajar sebagai pemula. Ga apa-apa, saya juga bingung kalau diminta berkomentar artikel seperti ini 😆

      Suka

  6. Di Linux, umumnya ada bzip2 gzip, p7zip, dll. Bisa juga dilengkapin dengan zip, unzip, rar, unrar, peazip. 🙂

    Suka

    • Pak Narno,

      Iya, Windows membawa zipper-nya tersendiri. Dan memang program jenis ini tidak banyak berguna kalau memang tidak terlalu perlu.

      Kalau mahasiswa biasanya untuk menyimpan laporan penting biar tidak rusak oleh virus. Kalau orang kantoran biasanya menggunakannya untuk mengirim dokumen via surat elektronik agar aman. Paling hanya begitu penggunaan dasarnya.

      Suka

    • indratie,

      Silakan yang mana saja boleh dicoba, prinsip berbaginya tetap asal bukan bajakan yang mana-pun OK – dikembalikan ke masing-masing pengguna 🙂

      Salam kenal kembali.

      Suka

    • Yanuar,

      Katanya sih 7zip yang paling berprospek ke depannya, pengembangannya juga paling cepat, dan mesinnya banyak ditaruh pada program lain semisal antivirus untuk melakukan pindai pada file terkompresi.

      Tapi udah banyak yang makai, biar adil dan merata cari yang lain aja Om 😀

      Suka

    • Wigati,

      Mungkin harus nonton “pirating silicon valey” dulu, habis itu baru semangat lagi pakai program bajakan 😀

      Ada yang bilang kini giliran Indonesia yang menjajah dunia luar, karena mereka capek-capek bikin software, kita tinggal menggunakan secara gratis 😆

      Suka

  7. makasih ya cahya, meski rada ribet juga masukin dalam otak buat ngertiin ini semua, informasinya keren tuh, selama ini cuma taunya win-zip

    Suka

  8. Benar juga ya, perasaan komputer saya isinya bajakan semua. Anehnya, pernah waktu saya pengen install windows 7 original, sama teknisinya malah disarankan pakai yang bajakan saja. Hahaha! Dan parahnya, saya menurut saja! Padahal budget untuk original sudah tersedia. Hehehe…

    Tapi bagus juga sih kalau ada software yang gratis-gratis begitu, biar mengurangi ketergantungan terhadap yang bajakan. Hehe! Namanya manusia, pasti girang banget sama yang gratisan.

    Ntar saya coba deh peazip-nya. Thanks ya, mas Cahya..

    Suka

    • Mas Pushandaka,

      Kemarin saya sempat ngobrol di forum internasional (maksudnya forum rembuk masalah-masalah ga penting). Ada yang bertanya bagaimana seseorang bisa menggunakan CD KEY Windows XP padahal KEY itu sudah digunakan di komputer lain untuk aktivasi, kok masih bisa bobol ya – tanya seorang pengamat amatiran dari negara X (saya samarkan).

      Saya balik urun pendapat, kalau di ndeso saya malah XP bajakan ga perlu pakai KEY, cukup instal dan selesai plus di dalamnya bonus semua program bajakan versi terbaik (merujuk pada seri-seri black edition), mereka malah terbengong dan terkagum-kagum. Rupanya bajakan di negeri ini sangat advance 😀

      Saya juga masih menggunakan beberapa program bajakan, seperti Office 2007. Karena tidak ada budget untuk membelinya, buat jaga-jaga sih, tapi anehnya malah hampir tidak pernah digunakan sejak ada OpenOffice juga. Atau seperti sekarang, saya malah ngenet dengan Linux, jadi ya ga masalah dengan bajakan 🙂

      Biasanya saya melihat peluang peranti lunak berbayar yang gratis saat ada promo, lumayan-lah lisensi gratis dan genuine 🙂

      Suka

  9. pas pake windows, saya bertahun2 menggunakan IZArc, gratis (open source kalo ga salah) cepat, bisa membaca banyak format dan nyaman digunakan. coba deh 🙂

    Suka

  10. saya sebenarnya ingin memakai OpenSUSE. tp saya jarang k denpasar. dan saya org yg sedikit malas 😀
    saya memilih ubuntu karen ada fasilitas shipit-nya. mungkin jika OpenSUSE ada shipit-nya. saya akan langsung memakai OpenSUSE 😀

    kalo masalah itu saya kurang tau. 😀 saya lebih sering bermain dengan Console, karena saya tidak lagi ingin dimanjakan oleh GUI seperti di windows. 😀

    Suka

    • Saya pakai OpenSuSE karena memang kebetulan saya perlu GUI-nya 😀 – malas belajar manual di kala berbagai kesibukan.

      Dulu juga menggunakan Ubuntu, tapi sekarang tidak lagi. Laptop lama tidak mampu mengejarkan kebutuhannya yang makin berat 🙂

      Suka

  11. semenjak saya melakukan migrasi total ke ubuntu, saya tidak pernah merasa brsalah lagi. terang saja, saya tidak lagi memakai perangkat lunak bajakan. 😀
    yah tapi saya harus belajar dari 0 lagi karena perbedaan antara windows dengan GNU linux cukup banyak. 😦

    Suka

    • p0et,

      Baguslah kalau begitu, jika tidak salah Ubuntu menggunakan GZip atau Ark ya untuk kompresi dan pengarsipan? Saya sendiri menggunakan OpenSuSE disamping Windows Vista.

      Saya juga dulu begitu saat belajar Windows, dari 0 besar, mungkin sama nanti kalau saya mau belajar Linux sampai benar-benar bisa memahami bash dan shell Linux. Tapi nantilah kalau ada waktu 😀

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.