Rasanya saya ingat ada yang pernah bertanya, apakah rokok rendah tar lebih aman untuk kesehatan? Ah…, saya agak bingung juga sih menjawabnya, bukan perokok lha ditanya tentang rokok, bahkan jujur saya tidak tahu apa-apa tentang rokok, kecuali teori sederhana yaitu, “rokok buruk untuk kesehatan”.
Namun pertanyaan ini mengusik saya, sehingga saya pun mencari tahu. Saya menemukan, entah apa yang digunakan istilahnya di dalam negeri, namun di luar negeri, seperti Amerika ada produsen rokok yang menyematkan jargon/istilah “light”, “low” atau “mild” ke dalam produk rokok mereka, untuk menunjukkan tipe rokok yang rendah tar (salah satu kandungan dalam rokok).
Sayangnya, entah kenapa – atau karena strategi pasar sukses – rokok dengan label istilah seperti itu dianggap oleh para perokok (bahkan juga non-perokok) lebih kurang berbahaya (efek kesehatannya lebih sedikit). Namun semua itu tentu saja mitos.
Setahun yang lalu, tepatnya 22 Juni 2009, Preside Obama menandatangani apa yang dikenal sebagai “Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act” yang memberikan kewenangan terhadap otoritas lembaga pangan dan obat (Sejenis Badan POM) untuk mengatur regulasi rokok. Kini salah satu aturan yang baru dirilis adalah melarang pendeskripsian “light” atau “mild” atau sejenisnya dalam label, kemasan dan iklan rokok.
Ya mungkin karena misinterpretasi yang muncul dari penggunaan istilah seperti ini. Namun mengonsumsi rokok ini tidak mengurangi risiko perokok terkena kanker terkait rokok atau pun penyakit lainnya. Pada intinya, semua rokok itu berbahaya, jadi sebaiknya dihindari saja.
Tapi terus terang, saya belum paham benar regulasi kalau di Indonesia. Menonton televisi tentang perdebatan tembakau dalam undang-undang saja sudah membuat risih.
21 tanggapan untuk “Rokok Rendah Tar?”
Perokok berat yang kecanduan memerlukan sekian gram nikotin / tar di otaknya, apabila merokok dengan kandungan nikoti/tar yang rendah, otak akan merangsang perokok untuk lebih banyak merokok low tar agar memenuhi kebutuhan nikotin / tar nya sehingga akan merokok lebih banyak jumlah batang rokok yang low tar
SukaSuka
Wah wah… kalo di mulut sih kata temen saya sama aja, antara yang rendah Tar dengan yang tidak… 😆
Benar sekali, mau yang mana pun, tetep rokok berbahaya. 😡
SukaSuka
Mas Asop,
Anehnya walau sama saja (sama rasa dan berbahaya), beberapa orang mungkin tetap merasa ada rokok yang “lebih” aman untuk kesehatan.
SukaSuka
Mas Ardianzzzz,
Kalau begitu digratiskan saja ya, rokok untuk rakyat, rokok open source? Jadi karena tidak dapat untung produsen rokok pada gulung tikar, dan kalau tidak ada rokok pastinya risiko kanker karena rokok juga tidak ada.
Ya, analogi Mas Ardianzzz bisa diterima jika demikian :lol:.
SukaSuka
Sekarang resiko kanker semakin tinggi… Gara-gara harga rokok terus naik. 😦
SukaSuka
kalau saya pribadi menginginkan pada bungkus rokok ada gambar tentang bahaya rokok, walaupun perokok itu sendiri sudah tahu bahaya rokok, tapi dengan gambar – gambar tersebut akan merupakan edukasi yang bagus untuk anak2 sekolah atau anak-anak yang masih kecil…
SukaSuka
Bli Dani,
Maaf tanggapannya ditangkap mesin spam, soalnya ada kata-kata tertentu yang kena blok.
Kalau iklan rokok lebih maju selangkah, setidaknya kampanye bebas rokok untuk hidup sehat, harus maju dua langkah di depannya kan ;).
Bidan Desa,
Bagaimana ya Bu Bidan, ide itu menarik, karena beberapa pendekatan saat ini mengarah pada membatasi peningkatan jumlah perokok baru di masyarakat dan generasi muda.
Tapi apa pembuat aturan dan perusahaan rokok mau memberikan solusi seperti itu? Ah, entahlah.
Kalau melihat balita yang sudah merokok, seperti yang ada di berita televisi, kadang justru mungkin peran orang tua dan masyarakat malah jauh lebih diperlukan rasanya.
SukaSuka
Ifan,
Bisnis menguntungkan tidak masalah, tapi bagaimana kompensasinya terhadap kehidupan masyarakat – mungkin itu juga yang perlu dipertimbangkan.
Pak Sugeng,
Ah ya, perokok pasif ya Pak Sugeng. Hal ini memang sulit dihindari, karena di lingkungan kita juga ada banyak perokok aktif, dan mau tidak mau pelbagai kegiatan bersama akan … ah…, ya begitulah.
SukaSuka
Saya bersyukur sudah tidak menjadi perokok aktif lagi namun perokok pasif aku tidak bisa menghindarinya 😦 karena memang lingkungan yang kurang megerti atau memang orang2 nya memang bandel2. Dulu kalau ada kumpul2 dirumahku, selalu saya sediakan rokok dan asbak (karena aku juga merokok). Sekarang jangankan rokok asbak pun tidak saya sediakan, jadinya di pojok2 ruangan dan dibawah meja-kursi dijadikan asbak yang besar 😯
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
SukaSuka
Untunglah saya bukan perokok karena menurut saya sekecil apapun zat tar nya tetap aja merusak kesehatan. Tapi, memang sulit dan jadi dilema. Di Indonesia, rokok ini seperti sdh menjadi bisnis yang amat menguntungkan.
SukaSuka
Pak Aldy,
Yang berada di lapangan langsung, biasanya lebih memahami daripada yang hanya berkutat dengan teori.
Kampanye ini ada baiknya semakin digalakkan, kalau tidak bisa-bisa negeri ini semakin merugi, seperti kata Mas Pushandaka sebelumnya.
Mas Agung,
Baguslah, saya salut, padahal katanya sulit sekali untuk berhenti merokok… :).
SukaSuka
Yang penting saya sudah bersyukur sudah bisa berhenti merokok. 🙂
Peringatan yang tertulis di bungkus rokok pun jika diperdebatkan ndak akan ada habisnya (sering mengajak temen berhenti merokok ternyata susah je..)
SukaSuka
Jargon "low", "light", "low tar", "rendah tar" hanya iklan 😀
Saya perokok aktif dan berat (3 bungkus/hari) dan buat saya jargon-jargon tersebut hanya isapan jempol belaka.
Walaupun saya bisa membedakanya dengan baik, tetapi bahayanya sama saja 😆
SukaSuka
Mas Ganda,
Kalau di Indonesia kan pasarannya bisa turun kalau begitu. Walau mungkin tidak berefek banyak buat orang yang sudah kecanduan.
z4nx,
Maksudnya fasilitas umum tertutup itu seperti angkot atau bus ya?
Orange float,
Saya setuju demikian, tapi maksudnya tidak "mengenal" dalam arti tidak mencoba bukan. Setidaknya generasi muda perlu tahu bahayanya sedimikian hingga dapat menghendirinya dengan kesadaran sendiri.
Mas Pushandaka,
Terima kasih atas masukkannya, kalau orang yang sudah berpengalaman langsung, yang disampaikan akan menambah sudut pandang yang beragam :).
SukaSuka
Cahya
seperti komentar saya di blognya bli Gung Pushandaka tentang rokok itu: reklame/marketing rokok selalu selangkah lebih maju.
SukaSuka
Saya mengenal rokok sejak masa remaja, dan baru berhenti merokok setahun ini. Jadi saya mungkin bisa berkata obyektif tentang rokok.
Kalau saya pribadi, ndak terlalu risau tentang rokok, tapi lebih prihatin dengan prilaku perokoknya terutama yang di Indonesia. Perokok selalu bilang hak asasi saat ada wacana kenyamanan mereka akan dibatasi. Memangnya yang punya hak asasi cuma mereka? Non-perokok juga punya hak asasi menikmati udara yang segar bebas dari asap dan bau rokok.
Untuk regulasi di Indonesia, masih jauh panci dari api. Cuma sedikit sisi positif dari rokok yang dinikmati masyarakat. Keuntungan dari penjualan rokok lari ke perusahaan asing (Phillip Morris, BAT, dsb.), pajaknya dikorup, nah racunnya dibagi ke seluruh masyarakat. Kacau..
Maaf Mas Cahya, kalau komentar saya rada ndak nyambung dengan tulisannya yang tentang rokok rendah tar. Hehehe!
SukaSuka
lebih baik jangan mengenal rokok, sebab ada yang bilang orang yang kecanduan rokok akan sangat sulit untuk menghentikan kebiasan ini
SukaSuka
Kalau di Malaysia, bungkusan rokok diberi gambar-gambar yang menjijikkan akibat merokok. Mungkin agar rokok tersebut tidak jadi di beli karena udah keburu jijik.
SukaSuka
no koment ah.. q jg perokok..tp benci liat yg ngeroko di fasilitas umum yg tertutup kaya di mobil gitu
SukaSuka
Adi,
Saya rasa perokok pasti tahu bahayanya, hanya saja ada sesuatu yang terkesan lebih kompleks daripada sekadar tahu bahaya rokok.
SukaSuka
Saya juga bukan perokok, tapi apapun itu rokok tetap berbahaya bagi kesehatan.
SukaSuka