Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Sebuah Hidup akan Kesempurnaan

Adakah di sini sebuah jalan di mana kita dapat mengakhiri konflik dan penderitaan tanpa menghancurkan kecerdasan yang kreatif dan keutuhan yang sempurna? Dapatkah bisa hadir kehidupan yang nir pilihan, itu dia, dapatkah di sini ada sebuah aksi tanpa keinginan penyangkalan atau agresif?

Dapatkah hadir tindakan yang begitu spontan dan semuanya itu bebas dari konflik yang saling bertentangan? Dapatkah hadir sebuah hidup akan kesempurnaan tanpa proses yang menghancurkan dari disiplin, penyangkalan, ketakutan, dan keputusasaan?

Apakah keadaan pemahaman yang mendalam ini dapat dimungkinkan? Saya bertanya-tanya, berapa banyak dari Anda semua yang amat sadar akan konflik ini dalam medan perang batin.

Sebuah kehidupan sempurna, sebuah kehidupan dalam tindakan tanpa pemilihan, sebuah kehidupan yang bebas dari proses-proses menghancurkan dari penghilangan dan penggantian, adalah sesuatu yang mungkin.

Bagaimana kondisi ini direalisasikan? Sistem-sistem serta metode-metode tidak dapat menghasilkan tingkat kebahagiaan batin ini. Kondisi kehidupan nir pilihan ini haruslah hadir secara alami, secara sendirinya, ia tidak dapat ditemukan. Ia tidak untuk dipahami atau direalisasikan pun dicapai melalui sebentuk disiplin, melalui sebuah sistem.

Orang dapat mengondisikan batin melalui latihan, disiplin dan paksaan, namun kondisi seperti itu tidak dapat menghidupkan pikiran ataupun membangkitkan kecerdasan yang mendalam. Sebuah batin yang terlatih seperti itu merupakan sebuah tanah yang gersang.

Diadaptasi dari: Collected Works. Vol. III Ommen Camp, Holland, 1st August, 1936.



5 tanggapan untuk “Sebuah Hidup akan Kesempurnaan”

  1. Kunjungan di pagi hari mas… 😀

    Sudah lama rasanya saya tidak berkunjung ke blog mas ini…hehee

    Suka

  2. alam mikrokosmis di dalam diri memang ibarat medan kuruksetra, tempat berbagai problems silih berganti harus diselesaikan, sebagai bekal pembenahan diri menuju kesempurnaan.

    Suka

  3. Itulah kesempurnaan hidup yang melewati indahnya perbukitan, lembah, tebing, ombak. Dan ternyata kesemuanya itu terasa nikmat setelah berhasil melewatinya bukan kenikmatan untuk diam ditempat..

    Great post mas Legawa..

    Suka

  4. Sempurna:

    bangun pagi krn dipeluk2 gita, sarapan sama2 ga pake berantem, jalan ke sekolah (gita) sambil ketawa2, ngantor bisa kerja ga milisan dan chatting, pulang jemput gita denger cerita dia dapat wow words, nemenin belajar ga pake berantem, makan malam sama2 ga pake argumen, baca buku sama2 sambil ketawa2, dan tidur sambil boleh meluk dan cium gemes2.

    dan, jauh di sana ada hati yang akhirnya mau mencintai *amin*

    juga, punya sahabat yang selalu ngasih semangat biar lewat blog dan facebook dan email dan sms

    dan ada orang2 yang selalu menghangatkan hati

    *menghela nafas panjang*

    Suka

  5. Saya tidak mau berfikir rumit mas, apapun istilahnya dan apa saja yang harus saya tabrak, pada akhirnya saya cuma mencoba membuat hidup ini lebih baik. Kesempurnaan? terlalu tinggi.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: