Splogging dan Splogger

Istilah splog bukanlah sebuah istilah baru di dunia blog, karena merupakan kependekan dari spam blog atau sebuah blog yang memuat konten sampah. Tapi jangan dirancukan dengan istilah blog spam (perhatikan kata/frase yang dicetak miring dimaksudkan dibaca dalam Bahasa Inggris), karena blog spam bermakna serangan spam pada suatu blog, biasanya menyerang borang komentar.

Pada prinsipnya, splog tidak pernah ditujukan bagi manusia, namun untuk melakukan spamming pada mesin telusur seperti Google dan Yahoo. Di antara banyak ciri yang ditemukan, maka yang paling mudah dilihat adalah adanya link spamming, atau pranala spam pada blog tersebut, jumlahnya bisa luar biasa banyak.

Jadi intinya splog dibuat untuk mempromosikan situs afiliasi tertentu, meningkatkan SEO terhadap situs afiliasi, atau sekadar berjual beli pranala saja sebagai bisnis. Salah satu bentuk splog yang paling tidak disukai adalah auto blogging dengan alih-alih banyak iklan ke situs afiliasi di header, sidebar hingga footer blog tersebut (baca kembali “Perspektif Auto Generated Blogging“). Intinya satu, meningkatkan pagerank.

Tidak harus selalu dengan auto-blogging, namun praktek-praktek yang lebih terselubung dan sopan-pun banyak merambah di pelbagai blog, tidak peduli itu amatiran atau profesional. Sebutnya saja beberapa diantaranya adalah paid review dan kontes SEO untuk website tertentu.

Banyak narablog yang mendapatkan penghasilan uang dari bisnis paid review dan peningkatan SEO, saya sendiri tidak menentang praktik seperti ini. Misal narablog menulis di blog pribadinya tentang produk A, kemudian memberikan sejumlah pranala balik ke situs produk A, dan ia akan menerima bayaran dari sistem review ini. Tentu saja produsen produk A diuntungkan karena mendapatkan backlink dari blog tersebut, yang akan meningkatkan SEO situs produk A itu sendiri.

Bahkan kadang tulisan tentang produk A itu sendiri (produk di sini bisa berarti barang dan jasa) belum tentu asli pengalaman narablog yang bersangkutan, bisa jadi sudah merupakan pesanan yang dibuat oleh produsen. Jika kita mengamati dengan seksama di sini, maka tidak ada keuntungan apapun bagi pembaca blog tersebut, ia mungkin tidak butuh review itu, tapi terkecoh dengan teknik search engine spamming yang dilakukan oleh narablog.

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Blogger tentang spam blog sebagai berikut:

Blogs engaged in this behavior are called spam blogs, and can be recognized by their irrelevant, repetitive, or nonsensical text, along with a large number of links, usually all pointing to a single site.

Splog biasanya berkaitan erat dengan situs-situs atau blog tipe MFA (made for adsense), dan sejumlah besar juga menyertakan scrapper content ataupun auto content. Banyak sekali berisi kata kunci yang menembak asal-asalan. Dan tentunya ini menimbulkan pelbagai masalah. Kembali seperti yang disampaikan oleh Google:

Spam blogs cause various problems, beyond simply wasting a few seconds of your time when you happen to come across one. They can clog up search engines, making it difficult to find real content on the subjects that interest you. They may scrape content from other sites on the web, using other people’s writing to make it look as though they have useful information of their own. And if an automated system is creating spam posts at an extremely high rate, it can impact the speed and quality of the service for other, legitimate users.

Upaya pembuatan splog dikenal sebagai splogging, dan narablog yang melalukannya di sebut sebagai splogger. Nah, apakah Anda seorang splogger?

Penyedia blog secara gratis selalu bermasalah dengan adanya splog ini. Baik Blogger maupun WordPress melarang keras adanya splog di layanan blog mereka. Splog merugikan layanan ini, merugikan penggunanya yang menulis secara otentik, dan juga merugikan pembaca yang terkecoh masuk ke blog tersebut.

Nah narablog sekalian, marilah kita berpikir kembali. Apa tujuan kita menulis di sebuah blog, jika saya yang memang blogging bukan untuk apa-apa sih tidak akan terlalu memikirkan banyak hal. Namun lalu apa manfaat tulisan kita bagi yang membacanya? Seandainya pun tidak bermanfaat, namun selayaknya tentu juga tidak merugikan bukan? Tapi splog selain tidak memberikan manfaat, namun juga merugikan.

Inilah salah satu alasan saya tidak menerima tawaran atau pun giuran sistem paid review, saya tidak ingin berbohong pada siapa pun tidak juga pada diri saya sendiri. Tapi saya menyadari pandangan masing-masing narablog tidaklah selalu sama, tentu saja ada banyak yang mendukung splog yang terselubung dan terkesan sopan, karena dari sanalah pundi-pundi uang mereka berasal.

Menurut saya seorang narablog yang menuangkan tulisannya mestilah mampu berpikir bebas, jika di era kemerdekaan ini masih saja ditindas dan mengikuti kata imperialisme dan kapitalisme dunia maya, ya sudahlah, berarti itu hanya sebuah pemikiran yang berseberangan saja. He he…, tapi itu agak membuat saya enggan berkunjung ke blog-blog yang memang menulis paid review atau berisi scrapping material.

  Copyright secured by Digiprove © 2010 Cahya Legawa

9 tanggapan untuk “Splogging dan Splogger”

  1. Biasanya yang begini ini muncul di mesin pencari ketika saya mencari foto seorang artis dalam atau luar negeri. 😀 Pas saya klik tautan yang tertera, malah keluar suat halaman (yang tampak seperti blog), tapi tanpa foto tanpa apa-apa. Hanya ada tulisan banyak entah apa tak jelas juntrungannya. 😦

    Suka

  2. TuSuda,

    Sebenarnya review bukan masalahnya, justru beberapa orang mendapatkan keterampilan yang tidak bisa ditemukan di tempat lain dengan melakukan tinjauan pada sebuah produk, saya rasa itu pengalaman yang baik :).

    Yang mungkin jadi tanda tanya kita bersama, apa mesti paid review membuat sebuah blog menjadi splog :???:.

    Suka

  3. jujur saya tidak mengerti masalah yang beginian, kalau pas ngeblog ya nulis saja apa yang dirasakan dan yang mau dituangkan..karena memang belum pernah ikut review kayak begituan.

    Suka

  4. Mas Is,

    Saya ndak keberatan dengan konten paid review, tapi setidaknya ditulis dalam bahasa yang mudah kita pahami, dan memang dari mereka yang sudah mencoba produk yang diulas. Jadi kesannya tidak kaku, karena menyesuaikan dengan menembak kata kunci tertentu sebagai ajang pelontar SEO.

    Pak Aldy,

    Ya, kesannya jadi seperti spam Pak, masa kita baca artikel yang sama berulang kali di pelbagai blog, ndak lucu kan :D.

    Suka

  5. Diblog saya banyak yang bisa dikategorikan review, tapi ndak satupun yang dibayar, karena kualitasnya memang belum layak dibayar.

    Hehehe…paid review kalau kebanyakan bisa digolongkan pada spammer juga? maksudnya paid review yang hanya maen comot dan pesanan, bukan berdasarkan pengalaman pribadi.

    Suka

  6. Yang jelas sih, posting terbaru saya tentang pengalaman menggunakan Telkomsel Flash volume base itu bukan paid review 🙂

    Saya nggak dibayar sama sekali lewat tulisan itu. Malahan saya sebelumnya dikecewakan oleh Telkomsel, tapi malah nulis lagi pengalaman pribadi berbau promo produknya. Baik banget kan saya? hihihi.

    Btw, saya tidak bisa berkomentar di blog ini jika disable image.

    Suka

  7. Mbak Nunik,

    Walah, saya malah ditembak langsung sama blogger senior.

    Tapi saya salut, ndak banyak narablog yang kulo nuwun dulu sebelum pasang review, jadi saya bisa memilah yang mana saya mau baca dan mana yang tidak.

    Tapi saya memang bener lagi sibuk Mbak, he he… *peace* 😀

    Suka

  8. Saya! *ngacung paling awal*

    Tapi sudah mulai mengurangi intensitas nulis review berbahasa Inggris dan beralih ke Bahasa Indonesia. *halah, sama aja itu ya namanya*

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.