Merapi dari Mata Langit

Bencana letusan Gunung Merapi mendekati penghujung tahun 2010 ini sudah dikategorikan sebagai bencana nasional. Ratusan korban jiwa, ribuan korban luka, puluhan hingga ratusan ribu pengungsi, dan kerugian materi dan imateri yang tak terhitung lagi. Banyak yang sudah mengulurkan tangan, namun banyak juga yang kehilangan.

Sebagai salah satu vulkano yang masih aktif, Merapi diduga sudah mengalami periode erupsi sejak 10.000 tahun yang lalu (melalui penanggalan stratigrafi & radiokarbon deposit-deposit piroklastik), beberapa kali mengalami kehancuran (kubah) dan kemudian tumbuh lagi. Dan Merapi sudah memberikan masalah bahkan jauh sejak tercatatnya pada masa zaman kerajaan di nusantara dulu.

Pada periode 732 sampai 900 Masehi, banyak kuil Hindu & Budha dibangun di Jawab Tengah (sekitar Merapi), dan Merapi mengalami erupsi eksplosif pada masa sebelum, pada saat & pasca pembangunan candi. Beberapa candi hancur dan (atau) yang lain segera terkubur begitu selesai pembangunan. Hal ini juga (diduga) mempengaruhi perubahan peradaban di daerah yang dijangkau Merapi. Erupsi pada abad ke-12-14 Masehi meninggalkan debu di dasar Candi Sambisari dan Candi Kedulan, yang diduga juga mengakhir riwayat penjagaan candi-candi tersebut.

Beberapa letusan yang tercatat dapat ditemukan di “Merapi: A History of Eruptions”. Sejak saya di Jogja sendiri, sudah dua kali menyaksikan erupsi gunung yang tekenal dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Pertama adalah erupsi tahun 2006.

Erupsi Merapi 2006

Gambar di atas adalah gambar Gunung Merapi pada 11 Mei 2006 yang diambil oleh Pencitraan Angkasa Satelit IKONOS. Anda bisa melihat awan erupsi yang membumbung ke atas dalam citra ini. Anda juga bisa melihat bahwa bagaimana lereng puncak Merapi bercerita tentang letusan masa lalunya. Meski daerah bawah banyak sekali tumbuhan hijau yang subur, namun lereng puncak hampir tidak tampak kehidupan – berkat letusan yang terjadi secara periodik.

Sebelum letusan terkuat pada Mei 2006, Merapi telah mengirimkan guguran batu, kerikil dan debu panas melalui lerengnya. Dan sehari setelah foto di atas diambil, Gunung Merapi kembali mengirim awan panas setinggi 4 km ke angkasa.

Namun di tahun 2010 ini, Merapi kembali mengguncang dengan letusan yang lebih hebat.

Citra Termal Erupsi Merapi 2010

Lereng curam berbentuk kerucut pada Gunung Merapi bisa dikatakan berkah sekaligus kutukan bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Letusan abu vulkanik memberi kesuburan bagi populasi yang amat besar, namun sebagai salah satu gunung berapi paling aktif juga memberikan ancaman nyawa bagi populasi yang menempati lereng-lerengnya.

Gunung Merapi telah diliputi awan panas sepanjang letusan, sehingga hampir tidak bisa dinilai, apalagi sering kali terdapat mendung di angkasa. Namun pada tanggal 30 Oktober 2010, ASTER (Advance Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) pada Satelit Terra milik NASA menangkap tanda-tanda termal dari awan dan batu pijar panas dan pijar pada kawah lava. Data termal disajikan dalam peta tiga dimensi – seperti gambar di atas – dari gunung berapi untuk melihat perkiraan alirannya. Pengamatan tiga dimensi berasal dari model topografis global yang dibuat menggunakan pengamatan stereo ASTER.

Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologis melaporkan dua aliran piroklastik bergerak turun gunung pada 30 Oktober 2010. Aliran piroklastik adalah kumpulan gas, abu dan batuan yang sangat panas yang mengalir di sisi gunung berapi dengan kecepatan tinggi. ASTER mencitrakan salah satu dari arus tersebut.

Merapi tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Pasca beberapa hari episode erupsi, gunung ini mulai meletus lagi pada 3 November yang lima kali lebih kuat daripada tanggal 26 Oktober dan berlangsung lebih dari  24 jam. Ini adalah letusan paling kejam sejak tahun 1870-an, menurut ahli geologi kita.

Awan Panas Merapi 2010

Pada tanggal 5 November 2010 (sehari sebelum saya menulis ini), tanda telusan Merapi akhirnya berhasil menembus awan pekat yang menutupi langit Jawa Tengah & Yogyakarta. MODIS (Moderate Rosolution Imaging Spectroradiometer) pada Satelit Terra milik NASA berhasil menangkap gambar di atas pada hari yang sama.

Abu panas dilontarkan Merapi ke angkasa membentuk huruf V yang seperti kipas menuju arah Barat (lihat dalam keterangan plume di atas), dan membayangi awan-awan yang ada di sekitarnya. Menurut Vulcanic Ash Advisory Center di Darwin (Australia), setidaknya abu melambung hingga ketinggian 16 km dan membentang sejauh 350 km ke arah Barat & Barat Daya pada jam 00.13. Anda bisa membayangkan, betapa dahsyatnya letusan Merapi.

Kini tidak ada yang tahu apakah ini sudah berakhir atau masih akan berlanjut. Yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia adalah saling membantu bagi mereka yang terkena bencana, dan letusan Merapi adalah salah satu di antaranya. Kita tidak dapat berbuat banyak melawan alam, namun kita bisa saling membantu – asal tidak melupakan hal itu, maka berarti kita masih dapat berbuat sesuatu.

Gambar-gambar di atas adalah hak cipta GeoEye dan tidak digunakan untuk kepentingan komersial, data didapatkan dari Earth Observatory. Jika Anda hendak menggunakan gambar-gambar di atas untuk keperluan tertentu, silakan merujuk pada kebijakan penggunaan gambar.

31 tanggapan untuk “Merapi dari Mata Langit”

  1. Trims sahabat smoga Merapi memberi yg terbaik untuk Indonesia………Pengunsi masih butuh perhatian dan bantuan kita mari galang empati solidaritas n bantuan mereka masih butuh uluran kasih sayang kita

    Suka

  2. Trims sahabat smoga Merapi memberi yg terbaik untuk Indonesia………Pengunsi masih butuh perhatian dan bantuan kita mari galang empati solidaritas n bantuan mereka masih butuh uluran kasih sayang kita

    Suka

  3. Hemm…yang pasti langit internet masih cerah, tanpa terpengaruh oleh debu vulkaniknya merapai…he he he…salam kenal!

    Suka

  4. Konon katanya Gunung Merapi adalah salah satu yang teraktig di dunia. Kalau saya melihatnya itu wajar, karena pulau Jawa terletak di pertemuan lempeng australia dan lempeng eruasia, sehingga Merapi menerima desakan pergesaran kedua lempeng tersebut.
    Terbukti, selang gempa di Mentawai, Merapi pun bergolak.

    Semoga negri ini tabah menjalani cobaan.

    Suka

    • Darin,

      Saya ndak begitu paham ilmu bumi (dulu mungkin ketiduran pas pelajarannya). Kalau ini berlangsung lama, maka bebannya akan semakin luar biasa.

      Suka

  5. mengerikan sekali..semoga bencana ini cepat berlalu dan bisa kembali seperti sedia kala..bagi yang tekena musibah ini semoga diberikan kekuatan dari Yang Kuasa

    Suka

  6. Jum'at kemarin saya terbang ke Jakarta. Saat pesawat yang saya tumpangi melintasi kota Semarang, saya tergetar melihat kepulan besar awan panas Merapi. Banyak penumpang yang seketika itu berdoa dan menyebut nama Tuhannya.

    Pemandangan yang menakjubkan, sebenarnya, tapi sangat mematikan. Semoga kita semua bisa ikhlas dengan kondisi alam negeri kita. Sebab memang seharusnya begitulah interaksi manusia dengan alamnya. Alam selalu memberi segalanya untuk manusia, tapi sesekali akan meminta segalanya dari manusia.

    Suka

  7. saya baru pulang dari mengungsi sejak jumat siang,, maklum, 23km dari puncak membuat adek dan ibu saya agak paranoid.. walaupun saya sudah bilang "jika sudah waktunya, bahkan sedetikpun tidak akan tertunda"… 🙂

    Suka

  8. karena saya tinggal di daerah yg bisa dibilang cukup aman. gak tau dech kalo nanti2 nya. letusan merapi ini dahsyat bgt ya…. saya baru tau kalo erupsi itu bisa mengakibatkan banyak kerugian baik nyawa maupun materil.

    ya semoga saja semua ini cepat berlalu.

    Suka

  9. Tyan,

    Saya rasa semuanya berharap hal yang sama, seperti hastag #prayforindonesia.

    Mbak Anna,

    Benar juga, daerah Selatan justru terkena ancaman lahar dingin Mbak.

    Pak Aldy,

    Yang 20 km itu adalah batas aman Pak jika tidak salah, bukan radius bahaya. Bisa dilihat ditulisan blognya Bli Andi: "Radius Siaga Merapi".

    Benar Pak, kemarin saat pengungsian besar-besaran, rasanya hampir tidak ada pengungsi yang tidak menangis saat tiba di posko-posko pengungsian. Tapi masih ada juga yang mau balik ke rumahnya di daerah yang bahaya.

    Suka

  10. Anehnya, ada media nasional yang memberitakan bahwa radius bahaya merapi hanya 20 KM.

    Mudah-mudahan segera berakhir, kasihan rekan-rekan yang sedang terkena musibah.

    Suka

  11. ~jayaros atau si~j@ya,

    Ya, sepertinya memang beberapa gunung berapi ada dalam status waspada. Tapi tetap tidak bisa diprediksi.

    Oh ya, jika bisa mbok ya tanggapannya jangan digandakan kalau memang serupa nun bisa disambung & memakai identitas ganda lagi, nanti dikiranya melakukan spamming dan mengecoh penulis & pembaca. Ayo – katanya internet sehat :).

    Suka

  12. Itik Bali,

    Gambarnya bukan hak cipta saya, hanya mengambil dari yang sudah mengizinkannya. Sekaligus mengambil sisi lain dari pencitraan terhadap erupsi Merapi kali ini.

    Oke, terima kasih, Ayu ga bantu-bantu ke sini?

    Suka

  13. Fad,

    Memangnya kamu tinggal di mana? Di tempatku masih tenang, karena sekitar di atas 500 meter dari Kali Code.

    Heh…, gempa & asap beracun, yang benar saja, kalau sampai di sini, berarti yang di atas sudah habis semua dong. Tidak usah dipedulikan!

    Kampus mana saja yang libur seminggu? Ini sudah skala bencana nasional, kalau tidak bisa pulang kampung, kenapa tidak ikut tim relawan saja?

    Suka

  14. Lahar dingin udah memasuki kali code bli, bhkn msuk rumah warga.,

    Pnyebran sms tntng gas beracun n gempa, bkin tmbh pnik saja,, kampus dliburkn seminggu, g bisa pulkam.,smg jogja tetap aman

    Suka

  15. Tamba Budiarsana,

    Ini sebuah siklus yang besar Bli, kita hanya bisa menyelematkan yang masih mampu diselamatkan, & tetap berada di jalur aman.

    Yanuar,

    Eksodus kemana Om? Ke HUT-nya BBC?

    Suka

  16. Mengerikan sekali, saya baru tahu kalau letusan kali ini dianggap paling kejam. Hanya bisa berdoa semoga aktivitas gunung Merapi segera berhenti, walaupun tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.