Pun seandainya seorang narablog ditanyakan, mana yang lebih dia harapkan antara pembaca ataukah pengunjung? Dalam bahasa kerennya, mau reader atau visitor?
Tidak ada panduan baku yang menyatakan pembaca lebih baik dari pengunjung atau sebaliknya. Toh mereka sama-sama manusia (dengan melupakan sejenak bot & crawl dari mesin telusur). Hanya saja yang berbeda mungkin hanya maksud mereka tiba di hadapan tulisan kita.
Pengunjung bisa datang karena “kepleset” menelusuri kata kunci di mesin telusur, bisa karena iseng-iseng blogjumping, bisa karena mau sekadar meninggalkan “pertamax” atau iklan di blog kita. Tapi pada umumnya, mereka tidak terlalu peduli dengan apa yang kita tulis, dengan apa yang kita curahkan pada goresan pena kita (dan memang tidak penting juga sih).
Lha, anehnya banyak narablog (yang haus ketenaran – mungkin) terjebak dalam klise paradigma bahwa banyaknya pengunjung berarti banyak juga yang membaca blognya. Well, itu tidak sepenuhnya keliru, membaca sepintas juga termasuk membaca kan – tapi tunggu dulu, apa itu berarti mereka adalah pembaca.
Pembaca berarti adalah mereka yang memang menikmati atau menggali informasi dari sebuah tulisan di dalam blog. Mereka tidak peduli terlalu banyak dengan apa-apa yang ada di sekitar blog, mau ada berapa pranala (link) di blogroll, mau ada berapa iklan, mau dihiasi pernak-pernik seperti apapun. Toh pada dasarnya riasan sebuah blog adalah selera narablognya sendiri, bagi saya itu adalah warna dalam dunia blog, tidak ada satu lebih baik dari yang lainnya – kecuali blog anda memiliki pengunjung atau pembaca seperti sekelompok penggosip yang suka menggosipi penampilan orang, yah mungkin dandanan blog akan jadi pertimbangan mereka (ha ha…, apa saya tipe penggosip), tapi itu pun tak usah dipikirkan. Menurut saya selama dandanan blog tidak justru membebani kemampuan aksesnya, tidak akan masalah, I’ll have a happy reading moment.
Intinya, seringkali narablog terjebak untuk membuat bagaimana agar banyak pengunjung yang datang dengan menganalogikan bahwa itu adalah pembaca. Dan entah mengapa ini melahirkan paham baru, ha ha…, kalau berbicara masalah paham, saya jadi ingat gurauan tentang narablog yang beragama SEO, bertuhankan Google, dengan kitab Pagerank, dan sorganya adalah CPM yang merupakan sentilan bagi narablog yang lebih mengejar pengunjung daripada memedulikan pembacanya.
Namun, saya tidak menentang, jika memang seorang narablog inginkan adalah kunjungan yang tinggi, entah dengan motif apapun, the SEO is something that you (really) need whether its black or white hat technique.
Pada akhirnya jika ternyata apa yang menjadi perhatian anda adalah pembaca, maka Anda dengan sendirinya tidak akan merugikan pembaca – walau dalam beberapa situasi mungkin malah Anda mendapatkan keuntungan dari mereka. Anda tidak akan memusingkan diri anda dengan segala sesuatu seputar optimalisasi mesin telusur, atau bagaimana menjadi yang paling depan di mesin telusur – bagaimana nongol di halaman dengan Mbah Google.
Jika Anda beperhatian pada pembaca dan bukan pengunjung, Anda akan belajar dengan sendirinya bagaimana menggunakan bahasa yang baik dalam menulis, termasuk dalam tata bahasa & penggunaan tanda baca. Anda akan belajar menampilkan blog yang menyeimbangkan antara aspek kemudahan akses, keterbacaan & estetikanya. Dan siapa tahu, Anda akan menjadi narablog yang berkualitas – jauh sebelum Anda sendiri menyadarinya.
Bahkan jika pun Anda tidak terlalu memikirkan tentang pembaca & pengunjung, Anda tetap bisa menjadi narablog yang baik, selama yang Anda memang pahat di dunia maya adalah sebuah blog.
Nah, sekarang, apakah Anda seorang narablog? Jika ya, apakah jumlah kunjungan per harinya menjadi perhatian anda, ataukah bagaimana menyediakan tulisan yang tidak merugikan siapa pun?
Tinggalkan Balasan