Alangkah bodohnya saya karena baru tersadar ketika saat-saat banyak debu & hujan seperti saat ini, saya tidak memiliki saputangan sama sekali (yang terakhir entah di mana). Saya memang jarang menggunakannya, karena itu juga saya enggan membeli satu atau dua. Bayangkan saja kalau tidak pernah dipakai, kemudian saya lupa punya saputangan dan membiarkan di saku sampai berbulan-bulan (lupa ngambil), apa jadinya benda itu.
Karenanya saya lebih suka menggunakan yang lebih praktis, seperti tisu. Tentu saja tisu juga memiliki isu, karena tisu dibuat dari bubur kayu – jika terlalu boros justru tidak baik bagi lingkungan. Untungnya saya hanya membeli tisu setahun sekali, satu pak yang berukuran cukup besar untuk persediaan satu tahun – dan jarang digunakan, hanya jika musim flu mungkin saya menghabiskan banyak tisu.
Tapi ternyata saya baru sadar, saya memiliki tisu-tisu dalam kotak mini, terbungkus dan masih apik. Saya rasa ada yang saya beli lebih dari dua atau tiga tahun lalu dan masih tersimpan, entah kenapa tangan saya tidak tega membukanya walau sedang perlu. Dan entah kenapa tisu-tisu itu bisa berakhir di kamar saya.
Ah, tangan saya pasti kelupaan kalau melihat karakter ini, saya rasa karena itu tanpa sengaja mengingatkan saya pada seseorang, jadinya tanpa sadar benda-benda kecil ini ada di keranjang belanja.
Sekarang saya mesti menghela napas panjang, saya sebaiknya tidak mengambil lagi tisu-tisu ini (walau tanpa sadar), jika tidak maka benda-benda kecil ini akan bertumpuk kamar saya – apalagi saya bukan kolektor, masa memiliki koleksi.
Well, Taz is a good friend of Tion, I believe it is somehow connecting me to the forgotten past.
Tinggalkan Balasan