Apakah Anda masih ingat kisah pendek “Lebih Merdu dari Tansen” yang pernah saya ceritakan kembali sebelumnya? Ini adalah kisah lain dari Tansen dan Maharaja Akbar.
Maharaja Akbar seringkali menanyakan hal-hal seputar kepercayaan orang Hindu pada para pejabat istananya. Tentu saja pertanyaan-pertanyaan umum yang sudah sering ditanyakan berulang kali. Dalam Purana disampaikan bahwa jika dharma di dunia mengalami kemerosotan, maka Tuhan sendiri akan turun ke dunia, mengambil rupa dalam wujud avatar. Lalu mengapa Tuhan mesti turun sendiri, mengapa tidak memerintahkan banyak dewa yang ada di bawah kekuasaan untuk bertindak? Kadang rasanya itu tidak masuk akal bagi mereka yang berkuasa.
Tansen tidak langsung menjawab pertanyaan sang maharaja, namun meminta beberapa waktu sebelum ia memberikan jawabannya. Dan diperkenankan oleh rajanya untuk memberi jawaban dalam waktu satu minggu.
Beberapa hari berselang, keluarga kerajaan mengadakan pelayaran pesiar di sebuah danau. Ketika semua sedang asyik menikmati suasana, tiba-tiba ada suara keras benda yang jatuh ke air, dan di saat bersamaan terdengar teriakan, “O tidak! Pangeran terjatuh ke danau”.
Raja dan yang lain langsung melihat ke arah suara, dan semua kaget saat menyaksikan pangeran yang mulai tenggelam. Sang raja langsung melompat, dan menyelamatkan putranya. Namun begitu semua itu selesai, raja amat marah, karena itu hanya boneka yang dibusanakan mirip pangeran.
Tansen segera menjelaskan untuk meredakan amarah padukanya, bahwa pangeran baik-baik saja, dan dialah yang membuat rekayasa ini – tujuannya hanya satu, untuk menjawab pertanyaan sang raja. Mengapa Tuhan langsung yang datang mengambil wujud kehidupan di dunia ini untuk menyelamatkan dharma, dan bukan memerintah makhluk lain atau para dewa yang ada di bawah kuasanya.
Dharma bisa diibaratkan putra yang amat dikasihi oleh Tuhan. Sepertinya Maharaja Akbar, saat mengetahui putranya tercebur ke dalam danau, ia bisa saja memerintahkan salah satu pengawalnya untuk menyelamatkan putranya – ada banyak pengawal yang sigap yang bisa menyelamatkan putranya dalam sekejap, namun mengapa tidak? Inilah yang disebut kasih, inilah yang dipanggil cinta – demikian besar kasih Ilahi menyaksikan kemerosotan dharma di muka bumi, hingga keterdesakan akan kasih yang maha memahami ini membuat Beliau sendiri yang turun langsung ke dunia.
Diadaptasi dari Chinna Katha III, hal. 63. Gambar dikutip dari Lok Sabha.
Tinggalkan Balasan