Migrasi Segera Ke Linux

Kita tidak dapat serta merta – saya rasa – untuk pindah sistem operasi begitu saja. Tidak bisa instan, karena semuanya perlu belajar, tapi memang tidak susah – mungkin diibaratkan seperti bertukar merek ponsel. Jika terbiasa dengan Symbian maka belum tentu terbiasa dengan Androids, tapi bukan berarti tidak bisa kan.

Pengguna Windows sebenarnya tidak susah migrasi ke Linux, yah pengalaman saya berkata demikian. Tapi sebenarnya saya sendiri tidak menyampaikan ini sebagai migrasi total, namun parsial. Semua yang dikerjakan sebagai fungsi dasar di Windows bisa ditemukan di Linux. Mengetik dokumen, mengolah gambar, memainkan multimedia, hingga berselancar – jika hanya sekadar menggunakan, maka sama sekali tidak masalah dan tidak sulit.

Jika memang tidak darurat maka langkah awal migrasi Linux adalah membuat kita familier dengan mesin Linux itu sendiri. Tapi saya rasa tidak sebaiknya langsung pindah begitu saja ke Linux dan meninggalkan Windows – kecuali Anda memang tidak berkepentingan lagi dengan pengerjaan tugas-tugas tertentu.

Gunakan secara parsial, Anda bisa membagi komputer ke dalam dua sistem operasi yang berbeda, Windows & Linux di dalam satu komputer – yang lebih dikenal dengan dual boot. Jika Anda tidak tahu bagaimana cara membuat dual-boot, sebaiknya belajar dulu dengan baik, atau sambil belajar minta rekan anda yang lebih bisa untuk mengerjakannya. Jika tidak, neraka akan jatuh di hadapan Anda! Seharusnya jika Anda sudah bersama Windows selama 2 atau 3 tahun, maka mengelola partisi dan boot record bukanlah hal yang terlalu menakutkan – walau pengalaman saya menunjukkan beberapa kali gagal dan berakhir mengerikan.

Pastikan Anda memiliki sumber belajar, seperti buku panduan, atau orang yang bisa mengajari Anda. Tapi yang paling baik adalah tentu saja Internet – jaringan dunia maya adalah kekuatan belajar Linux yang paling tangguh, jika Anda memiliki jaringan broadband sungguhan (bukan asal-asalan), maka Linux bisa dipastikan ada dalam genggaman anda. Dan selama mencoba Linux, Anda pasti akan melakukan kesalahan-kesalahan (sama ketika mulai mengenal Windows), dan sumber belajar ini adalah kunci anda keluar dari permasalahan yang Anda buat selama masa belajar – misalnya tiba-tiba modem anda tidak berfungsi pasca update satu-dua dependencies.

Kemudian carilah distro yang Anda rasa cocok. Saya memilih OpenSuse dengan perpaduan dekstop Gnome. Atau mungkin Anda akan suka dengan Ubuntu atau Debian serta turunannya yang menjamur di mana-mana, bahkan Anda bisa meminta langsung dikirimkan keping instalasinya secara cuma-cuma. Untuk memulai cukup satu saja, jika nanti ingin dikembangkan ya silakan sebanyak-banyaknya – di sinilah letak salah satu keistimewaan Linux, karena memiliki varian yang berkembang lebih banyak daripada Windows atau Mac.

The Beauty of OpenSuse

Maka jika semua itu sudah tersedia, Anda bisa memasangnya dan mulai belajar menggunakannya. Tidak ada guru terbaik kecuali pengalaman sendiri, dan pengalaman memerlukan waktu. Jika Anda ingin segera bermigrasi ke Linux, maka belajar adalah caranya.

Jika kita tidak bersedia belajar, maka sama saja dengan pengguna Windows yang asal pakai saja, jika ada galat tidak tahu mesti ke mana, atau tiap bulan mengeluh serangan virus komputer, berkas hilang, dan ujung-ujungnya mesti format ulang, sudah begitu ternyata bajakan pula. Apa kata dunia?

Linux tidak sulit, yang sulit adalah kemauan untuk belajar sistem operasi dengan sumber kode terbuka ini. Atau memilih menunggu beberapa waktu lagi sebelum Google meluncurkan Chrome OS? Tapi mungkin Anda akan perlu membeli komputer baru jika demikian.

19 tanggapan untuk “Migrasi Segera Ke Linux”

  1. Selain beberapa game beberapa program CAD/CAE (di wilayah Engineering khususnya) masih belum bisa atau optimal di jalankan dengan linux.

    Haha… sempat panas dingin saat kali pertama membuat dual boot–tapi untungnya belum sampai 'jatuh ke lembah hitam'. 😀

    Suka

    • Mas Agung,
      Ndak ada padanan open source untuk proprietary tersebut ya? Sepertinya kan ada Archimedes, BRL-CAD, dan Qcad Community Edition untuk versi Open Source?

      Suka

    • Mas Cahya,

      Ya, menurut saya pribadi masih sedikit tertinggal dengan yang proprietary. Dulu Qcad sempat saya coba–program 2D CAD tapi ya itu masih terbatas untuk beberapa tools-nya. Dan untuk yang 3D CAD saya belum menemukannya.

      Semoga kedepannya program-program 2d/3D CAD untuk versi Open Source bisa lebih baik lagi(doa seorang draftman) 😀

      Suka

    • Mas Agung,

      Karena saya sendiri bingung, bukannya banyak film-film bagus di Holywood diproduksi dengan Linux/open source, tapi kok CAD yang versi terbuka malah tidak banyak tampil ya :).

      Suka

    • Mas Asop,
      Bukannya Mac juga ada program ala CAD (versi Mac)?
      Tapi di antara Windows, Linux dan Mac, maka Macintosh masih termasuk yang lemah celah keamanannya. Namun untungnya, jarang ada yang peretas yang berminat menyerang Mac – konon dipandang sebelah mata :lol:.

      Jika dari sisi usabilitas dan aksesibilitas, Mac memang lebih maju, lebih sedikit "klik" – itu sangat menyenangkan ;), dan komputernya sangat stabil dipakai dalam jangka waktu lama (tahunan). Sayang kalau rusak sedikit saja biaya perbaikannya luar biasa :D. Simpulan saya Mac adalah investasi untuk orang berduit 🙂 – kalau buat fakir ini, seadanya sajalah.

      Suka

  2. Saya termasuk yang sudah migrasi secara parsial. Kalau untuk total belum bisa, soalnya beberapa pemrograman yang saat ini saya pelajari di kampus masih harus menggunakan platform Windows (kayak Visual Basic misalnya).

    Untuk sekedar browsing Internet, dengar lagu, nonton video, dan ngetik, Linux sudah lebih dari cukup. Saya juga setuju jika belajar Linux itu tidak sulit, soalnya secara umum tidak jauh berbeda dengan Windows. Cuma masalah pengenalan fungsi menu-menu atau navigasi yang ada. Kemudian pengenalan konsep dasar pengarsipan dan library-nya.

    Suka

    • Iskandaria,
      Ya, menu navigasi Linux sekarang sudah diperkaya antarmuka yang apik, saya rasa tidak sulit. Kalau saya sendiri justru yang masih susah adalah pelbagai command line yang malas menghapalnya :lol:.

      Suka

  3. Saya sejak lulus kuliah sudah ndak pernah lagi "bekerja" di komputer. Dalam arti, saya ndak pernah lagi mengetik atau apalah yang berbau-bau serius. Hehe!

    Sekarang saya cuma memakai komputer/laptop pribadi untuk kesenangan, seperti multimudia, internet, dan game. Dari tulisan anda di atas, linux sama bagusnya dengan windows dalam hal multimedia dan internet. Bagaimana dengan game? Bukan game anak-anak lho mas. 😛

    Trus, kalau dual boot untuk laptop bagus ndak?

    Suka

    • Mas Pushandaka,
      The 1st question should be? Are you a gamer? He he…, karena kalau memang ingin serius nge-game, maka Windows sendiri masih tertinggal jauh sama konsol game seperti PS3 atau Nitendo Wii – ingin berinvestasi dengan game, maka saya sarankan bukan PC tapi game console yang mumpuni – sekalian puas. Saya saja memiliki PSP Go untuk mencegah saya memainkan game bajakan, tapi pada akhirnya saya malah malas mainnya.

      Kalau game di Linux sendiri bervariasi, tapi kebanyakan orang yang suka pakai Linux memang tidak suka nge-game, apalagi komputer untuk Linux kebanyakan berspesifikasi kelas menengah ke bawah, karena Linux tidak memerlukan komputer high end untuk menjalankannya ala Vista atau 7. Bukan berarti ndak bisa, malah keuntungannya Linux bisa memainkan game versi Linux dan Windows® sementara jika Windows® tidak akan bisa memainkan game Linux.

      He he, dual boot notebook itu relatif, ada yang suka ada yang tidak – kembali ke selera saja Mas Pushandaka :). Saya pakai dual-boot Vista dan OpenSuse selama dua tahun terakhir ini tanpa ada masalah berarti.

      Suka

    • I'm not a gamer. But I play some games. PC games. 😛

      Saya juga punya PSP dan Wii, tapi kenikmatannya beda dibandingkan saat memainkan PC games. Game ala PS atau Wii, bisa dimainkan di waktu luang atau menunggu jeda, tapi untuk PC game, saya harus menyediakan waktu khusus karena tipe gamenya beda. Makanya saya perlu tau tentang daya dukung linux terhadap game-game favorit saya misalnya warcraft, football manager, rome dan game sejenisnya.

      Soalnya saya sempat menunda instal windows7 cuma karena blum banyak game favorit saya yang bisa diinstall di 7. Hehe! Begitu mas.

      Sepertinya ini memang kembali ke masalah selera. Kalau sudah kadung suka windows, berapa pun harganya pasti tetap pakai windows. Tapi saya pakai windows karena cuma tau windows, itu pun cuma sedikit. Jadi saya pakai windows, walaupun ndak gratis. Bahkan mahal. 😛

      Suka

    • Mas Pushandaka,
      Then you're a gamer :lol:.

      Kalau memang berminat sekali nge-game, ya Windows memang masih paling banyak koleksinya. Sayangnya di Indonesia susah cari game yang tidak bajakan untuk Windows, apalagi satu game yang bagus lisensinya bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Jadi alternatifnya ya dibajak bagi kebanyakan orang, he he… :D.

      Jika punya keping asli (genuine) dari game-game Windows, maka bisa dimainkan di Linux melalui emulator seperti Wine atau Cross-Over :).

      Kalau Windows 7 harusnya sesuai untuk semua jenis game yang ada, bahkan yang paling lawas. Bukannya Win7 membawa WinXP di dalamnya?

      Suka

    • Hehe, iya mas. Gamenya masih bajakan. *Ah, jadi malu saya..

      Tapi saya pakai bajakan bukan karena ndak mau beli yang original. Melainkan ndak tau di mana belinya. Sementara beli online, saya ndak punya alat bayarnya. Hehe!

      Sekarang sepertinya windows7 sudah bisa menerima banyak games. Tapi pada awalnya ndak lho mas. Soalnya saya pernah mau install game lawas, dibilangnya OS not compatible, atau apalah waktu itu, saya lupa pesannya.

      Thanks lho mas, buat sharingnya. 🙂

      Suka

    • Mas Pushandaka,
      Itulah kelemahan bajakan. Prinsipnya kalau tidak salah begini, saya misalnya beli game x saat masih pakai Windows XP, dan game-nya bisa dijalankan dengan baik. Tapi begitu saya pakai Win7, game saya tidak bisa dimainkan, karena tidak pas dengan sistem operasi. Nah, saya tinggal menunggu pembuat game membuat patch-nya, ketika patch dibuat, maka instalasi game x tersebut akan mengenal Windows7 yang baru (yang belum ada pada masanya), maka game saya bisa dijalankan lagi di Win7.

      Sedangkan game bajakan yang sudah lawas, hacker sudah pada malas untuk nge-crack pacth baru yang tersedia. Jadi hanya game genuine saja yang bisa survive untuk waktu lama.

      He he…, game Linux sendiri banyak yang asik, coba saja telusuri Google atau Yahoo dengan kata kunci "linux gaming", bahkan ada yang mirip WarCraft dan sebagainya.

      Suka

  4. Saya sudah bertekad untuk meninggalkan windows meski masih sekali dua kali mengunakan karena kepaksa memenuhi permintaan anak (game). Meski pegorbananku untuk belajar linux itu memakan semua isi harddisk ku menjadi hilang tak berbekas tapi sampai sekarang aku masih memakai yang parsial karena belum juga mau men-dualboot kan, maklum masih menunda2 sampai ketemu teman seperguruan 😆

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Suka

    • Pak Sugeng,
      Saya salut sama tekad Pak Sugeng, he he…, kalau nanti mencalonkan diri jadi gubernur dengan program menghilangkan ketergantungan pada software proprietary, saya pasti pilih Pak Sugeng :D.

      Suka

  5. Ops, saya juga migrasi secara parsial mas. Walaupun kedua putri saya sudah full linux (ubuntu), saya masih belum bisa. Wong laptop kantor isinya Windows 😦

    Sesekali dirumah saya menggunakan linux untuk melakukan pekerjaan kantor dan saya sudah install ubuntu 10.04 di komputer kantor, mudah-mudahan 2011 ini penggunaan kedua OS bisa 50:50.

    Suka

    • Pak Aldy,
      Wah…, sepertinya saya mesti berguru sama putri-putri Pak Aldy, saya masih pengguna biasa. Karena masih native di Windows®, saya menemukan cara menggunakan Windows® agar tetap murah dan tidak mahal.

      Kalau dari kantor memang wajib untuk menggunakan Windows®, maka saya rasa Linux sih boleh-boleh saja dicicipi – daripada konsentrasi kerja terbelah dua.

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.