Dagelan Indosat M2

Siang tadi saya mengunjungi kantor cabang IndosatM2 (IM2) IBC Yogyakarta di Jalan Urip Sumoharjo, sebenarnya saya tidak ingin datang langsung apalagi cuaca tidak terlalu bersahabat belakangan ini – tapi apa daya, nomor telepon yang disediakan tidak pernah bisa dihubungi, selalu bunyi kereta api lewat.

Saya sebenarnya sudah datang ke kantor yang sama seminggu yang lalu membuka akun broadband pasca bayar, dan semuanya sudah saya lunasi. Hanya saja menurut petugas yang bertemu saya saat itu, sementara sedang tidak ada kartu, dan aktivasi akun pasca bayar hanya bisa dilakukan di pusat. Saya akan dikonfirmasi tiga hari kemudian, dan diminta membawa notebook serta modem yang diperlukan untuk disetel – begitulah arahan petugas.

Sebenarnya saya enggan membuka akun ini, tapi MOBI dari Mobile-8 sudah lama jebol sejak pertengahan Desember yang lalu. Membuka dasbor WordPress saja minta ampun, jika tanpa Opera Turbo, jangan harap bisa membukanya. Apalagi untuk membuka situs kedokteran ala eMedicine atau PubMed, mati saja dulu. Mereka berkata sih perbaikan jaringan yang akan selesai tanggal 19 bulan lalu, tapi sampai sekarang, saya jadi malas kalau mesti memasukkan laporan keluhan. Dan paling parah lagi saya terseok hanya untuk mengunduh surel di Thunderbird, bahkan tidak bisa mengirimnya, mana antivirus tidak bisa diperbarui, benar-benar dalam keadaan “tidak bergerak”.

Itulah mengapa saya memutuskan membuka akun pasca bayar IM2. Bulan ini mungkin saya akan beberapa kali ke luar kota sehingga komunikasi dan akses harus dipertahankan. Kebetulan saya mendapatkan modem Huawei E220 klasik yang dulu dilepas bersama paket IM2 pasca bayar pertama kali, dan sudah tidak keluar lagi, salah satu modem HSDPA paling bandel yang pernah ada.

Tapi sampai seminggu kemudian, tepatnya hari ini. Saya tidak mendapatkan laporan atau konfirmasi balik dari pihak IM2. Dan saya masih tidak bisa menelepon kantor cabangnya tersebut. Akhirnya, siang yang mendung itu saya berangkat juga.

Lalu di sana saya menyerahkan kuitansi bukti pembayaran saya seminggu yang lalu untuk paket yang saya pesan. Tapi petugasnya tampak kebingungan mengecek, lalu menanyakan pada saya, apa “username” yang didaftarkan – ha ha…, tentu saja saya tidak ingat, semua berkas kan saya serahkan di situ, perjanjiannya kan saya datang semua dibereskan dengan setelannya. Tapi rupanya selembar kertas kuitansi tidak cukup membuat mereka dengan dengan cepat melacak dokumen dan pesanan saya seminggu yang lalu.

Setelah beberapa belas menit kemudian, mereka mendapatkan dokumen yang diperlukan. Lalu setelah dicek, dikatakan bahwa akun saya belum diaktifkan.

Saya bertanya, mengapa akun saya belum aktif. Tentu saja jawabannya tidak memuaskan, mereka berkata bahwa kantor cabang tidak bisa mengaktifkannya. Tapi ketika mereka berkata bahwa petugas yang mengaktifkan sedang mengambil cuti, dan mungkin baru bisa aktif sekitar seminggu lagi, ada sesuatu yang terasa melilit di atas perut saya.

Entah mengapa itu terdengar seperti alasan paling konyol yang pernah saya dengar. Apa karena petugas cuti lalu klien terbengkalai? Apa petugas yang hanya tinggal mengaktifkan akun yang data pemesanan dan pelunasannya sudah lengkap hanya ada satu orang? Dan jika ada sepuluh di pusat apa semuanya sedang cuti bersama? Apa seminggu lagi memang akan aktif, atau saya masih ada di kota ini untuk bisa protes lagi karena belum aktif dan kantor cabang masih tidak bisa dihubungi?

Jika saya sedikit saja mirip dengan ayah saya yang tentara itu, saya pasti sudah menggebrak dan membanting meja resepsionis itu. Saya merebahkan diri ke sandaran kursi yang lumayan empuk itu – yah, setidaknya ruang di sana cukup nyaman. Dan saya tatap tajam petugas itu, saya bertanya dengan nada datar, apakah saya dapat membatalkan paket itu. Lha, logis kan daripada saya menunggu seminggu untuk paket yang tidak jelas apakah bisa aktif atau tidak (dua minggu totalnya dari tiga hari waktu yang dijanjikan, itu pun belum pasti), maka lebih baik saya batalkan dan saya bisa ganti ke ISP lain, atau paket pra bayar yang bisa langsung aktif saat itu juga. Tapi si petugas hanya bisa berkata bahwa itu tidak bisa (mungkin) dengan terbata-bata, alasannya karena semua berkas saya sudah dikirim dan diproses.

Sungguh, saya bingung, kalau berkas memang sudah dikirim, semua sudah jelas, bukankah pihak IM2 hanya tidak melakukan aktivasi. Berapa menit sih perlu waktu aktivasi, jangan bilang lagi pada cuti – itu konyol. Jika memang ada yang tidak jelas dalam berkas itu, kan saya – sebagai klien – bisa dihubungi, saya tinggalkan dua nomor ponsel dan dua alamat surel, termasuk alamat surel VIP saya. Jangan ngambang dan tidak jelas dong, betul tidak?

Jika saya tidak dihubungi, maka saya anggap tidak ada yang bermasalah dengan dokumen dan kelengkapannya, maka seharusnya tidak ada masalah dengan proses aktivasi akun.

Kadang duduk di kantor IM2 saat itu, saya merasa diajak untuk mendebatkan hal-hal konyol. Saya berkata dalam hati, jangan ajak saya berdebat, percayalah – saya terlatih dengan sangat baik dalam berdebat, dan inilah salah satu keahlian saya yang tidak saya sukai, saya tidak suka berdebat! Itu konyol dan sia-sia, kecuali dalam hal science, orang mungkin perlu mengasah logikanya melalui debat yang logis dan bukan yang konyol.

Lalu apa solusinya. Saya selayaknya mendapatkan solusi. Mereka lalu menyerahkan kartu GSM IM2 pada saya, dan mengatakan jika kartu ini belum aktif, dan ketika aktivasi dilakukan mereka akan mengabari saya setelah mencatat nomor ponsel saya. Dan mereka bilang akan menyampaikan komplain saya. Lha, tambah aneh lagi, saya kan datang (guna) menanyakan, apakah paket saya sudah siap atau belum, saya tidak datang untuk komplain. Ya, jika tampak seperti komplain, itu karena hal-hal yang sepertinya tidak pas menurut saya ada di situ.

Saya keluar dari kantor tersebut, sebenarnya mungkin ada rasa kesal yang masih melilit di perut saya – ataukah itu hanya sisa karena saya makan kebanyakan sambal ekstra pedas dua malam sebelumnya? Entahlah, sebagaimana mungkin Anda tahu, bahwa Jalan Urip Sumoharjo adalah jalanan yang dipenuhi banyak pepohonan rindang nan hijau. Mereka seperti sahabat-sahabat saya, memberi teduh ketika terik, tidak baik saya keluar dan menyapa mereka dengan wajah kecut, then just smile, lagi pula memang tidak ada yang bisa saya lakukan.

Ah, tampaknya – jika disebut kemalangan bagi saya – itu tidak berakhir sampai di situ. Di tengah jalan pulang, hujan lebat turun, untung saya tidak terlambat membuka mantel, masalahnya hanya membawa notebook dengan tas kedap air satu lapis lapis saja. Tapi jika disebut kemujuran, ha ha…, saya malah berhenti di warung makan kesukaan saya – menunya murah meriah buat pengangguran.

Saya pulang dan sore itu, push email saya mendapatkan pesan dari Indosat bahwa akun saya sudah aktif. Saya jadi bertanya-tanya, apa karena saya tadi baru menanyakan tentang akun itu baru mereka sadar untuk diaktifkan. Dan seandainya saya tidak datang menanyakan, apa mungkin tidak akan diaktifkan. Lalu bagaimana seandainya saya seorang klien yang tidak memiliki push email, saya pasti tidak akan tahu bahwa akun saya sudah aktif, karena katanya akan dihubungi via ponsel, tapi ternyata sampai malam ini pun tidak ada konfirmasi apapun via ponsel, apa bisa jadi saya akan bengong saja tanpa tahu akun saya aktif atau tidak.

Tapi ketika baru sekitar setengah jam saya mencobanya, tiba-tiba seluruh jaringan Indosat tampaknya lumpuh. Baik kartu IM3 & IM2 saya tidak bisa digunakan, tidak dapat mengakses Internet, tidak bisa menerima panggilan dan SMS. Ha ha…, saya pun hanya bisa tersenyum duduk di kamar kecil saya dan mulai menulis ini.

Saya menggunakan klien Windows Live Writer untuk menulis ini, dan berharap jaringan MOBI yang lambat cukup mampu menerbitkan. Sudah cukup dagelan Indosat M2 hari ini.

12 tanggapan untuk “Dagelan Indosat M2”

  1. Hehehe…

    Anda harus sabar, sebagai pengguna kebanyakan, anda wajib menyumbangkan kesabaran pada perusahaan besar.

    Suka

  2. Sabar, sabar mas. Tapi tumben aku lihat cahya sampe melilit perutnya karena kebanyakan <del>oedas</del> nahan amarah 😆 memang kalau berhubungan dengan CS yang seperti itu sangat mendongkolkan hati. Aku sendiri jarang sekali berhubungan dengan CS provider padahal sempat dikecewakan juga dengan provider merah namun baru sampai kirim email. Karena yang saya tahu kalau datang di kantornya belum tentu berhasil pastinya tambah mules perut ini 😛

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    Suka

    • Pak Sugeng,
      Ha ha…, Pak Sugeng mules mungkin karena kebanyakan lawar di sana :D. Kadang kalau via surel, responsnya masih bisa lebih lambat 2-3 hari, kalau dari kantornya kan langsung bisa tahu. Walau kadang kenyataan tidak selalu semulus harapan :lol:.

      Suka

    • Suci,
      Siapa bilang aku bengong saja di kos, hari ini aku ada jadwal bertemu kepala SMF Bedah di Sardjito. Aku rasa aku sedikit pusing belakangan ini, dan sedikit lelah. Pingin sih refreshing, tapi belum ketemu waktu yang pas.

      Suka

  3. Memang terdengar sangat konyol untuk provider sebesar Indosat. Saya berharap tulisan di atas dibaca secara nggak sengaja oleh pihak manajemen Indosat. Kali-kalai aja mereka menemukan link menuju postingan ini dari google.

    Suka

    • Mas Is,
      Kalau bagian sekretariat negara saja masih "keteteran" masalah administrasi negara, maka kadang saya tidak heran lihat lembaga lain atau sebuah perusahaan besar juga tidak pas di bagian administrasinya. Itu kembali pada sumber daya yang dimiliki sebuah badan usaha, walau tentu sebuah perusahaan pastinya yang bertanggung jawab terhadap badan usahanya. Ah, Indosat M2 sudah sering dapat masukan "pedas", ndak perlulah saya menambah-nambahkannya – biar saja mereka berbenah, saya lagi malas pusing untuk masalah ini. Masih banyak kerjaan lain :D.

      Suka

    • Mas Ris,
      Ha ha…, mungkin karena belakangan ini saya sibuk, ndak tahu lagi kapan sempat mengurus. Yah, segala sesuatunya ada kadang di luar kontrol kita, karena sistemnya memang begitu :).

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.