Ada sebuah diskusi unik saya lewati berselang waktu lalu. Sebuah pertanyaan sederhana, bagaimana mendeskripsikan Maitreya? Tentu saja hanya menyimak, karena saya tidak memiliki deskripsi apapun.
Jika saya kutipkan sebuah sajak yang dilafalkan oleh Master Xu-Yun ketika memasuki aula pemujaan Maitreya di Bao-Lin…
Ketika si perut gendut menggeledek dengan gelegar suara tawanya
Ribuan teratai putih turun menghujani seluruh dunia
Dengan tas gombalnya, ia begitu luas bak semesta raya
Membabar Dharma di bawah Taman Pohon Bunga Naga, ia akan menggantikan Sang Buddha.
(Xu-Yun, “Awan Kosong”, Otobiografi hal. 242).
Jika seluas semesta, maka saya rasa saya sendiri tidak akan memiliki deskripsi yang tepat untuk Maitreya.
Tinggalkan Balasan