Ada Yang Baik dan Juga Buruk

Setiap orang tahu bahwa kehidupan itu ada bagian yang baik dan yang buruk, walau kadang bisa jadi sebenarnya itu adalah hal yang serupa dari sisi yang berbeda. Beberapa hari ini saya sibuk dengan Green Gecko sampai terhenti malam ini. Saya memperbarui Desktop Gnome 2.30 ke versi 2.32, tapi ketika semuanya selesai dan tampak baik, setelah dimulai ulang OpenSuse 11.3 saya malah kehilangan Gnome Panel-nya, lha padahal itu adalah salah satu fitur penting pada sisi GUI.

Sisi buruknya bisa dibilang Linux yang saya gunakan separuh lumpuh saat ini, setidaknya jendela terminal masih bisa diakses, tapi tidak lucu kan menjalan setiap aplikasi via terminal. Masa buka Firefox, Thunderbird, Banshee, Chromium, mesti lewat terminal? Mau berapa tab yang akan digunakan. Nah, sisi baiknya saya punya alasan manggil Bli Dani buat kopdar dan minta bantuan diperbaiki, he he…, tapi enaknya kapan ya memanggil Beliau.

Saya juga seperti kehilangan banyak anggaran bulan ini. Lupa kalau mesti bayar iuran sekolah, hiks…, nasib. Padahal sebenarnya bulan ini ingin membeli sebuah album lagu. Keping lagu asli agak mahal di pasaran sekarang, semoga harganya tidak ikut naik bersama harga cabai yang sedang melambung gila-gilaan (berharap para komponis tidak suka makanan pedas).

Saya suka membeli keping lagu original, walau beberapa mungkin adalah tipe fans-sub, tapi dibuat dalam keping khusus untuk audio disc. Karena akan lebih mudah disobek ke dalam koleksi album lagu di dalam komputer, baik saat menggunakan Windows atau-pun Linux.

Ah, sepertinya saya mesti mengurungkan niat itu dulu. Masih ada banyak yang harus dikerjakan. Dan ternyata ini sudah hampir pertengahan bulan, entah ada apa, tapi rasanya ada yang sedang-sedang mengejar saya. Ha ha…, perasaan ini jadi tidak tenang.

Diterbitkan oleh Cahya

A writer, a tea & poet lover, a xanxia addict, an accidental photographer, - a medical doctor.

14 tanggapan untuk “Ada Yang Baik dan Juga Buruk

    1. Ha ha…, kemarin saya coba buka yast via <code>sudo /sbin/yast2</code> jadinya malah bingung, akhirnya bilang saja sudo <code>kill -all me</code>, eh jawabnya <code>malah error: command cabe deh</code> gitu 😀

      Suka

    1. Mas Is,
      Di sini masih tinggi, bikin lambung melilit (karena kebanyakan cabe kualitas rendah, mungkin karena cuaca). Kayanya di Indonesia Barat Sekali, harga cabe masih relatif murah daripada di sini. Besok lihat stock exchange lagi buat pasar cabai :lol:.

      Suka

    1. Mas-Tony,
      Saya sendiri masih belajar & masih pemula, kalau ilmu saya tidak punya, tapi mungkin kita bisa belajar bersama. Salam juga dari Kentungan Pak :).

      Suka

  1. dan itu dia kenapa saya tertarik dengan linux, banyak yang mengatakan termasuk Anda, bahwa linux bisa di otak-atik dari segi tampilan..sayangnya belum kesampaian mempelajarinya secara fokus Pak 🙂

    yahh semoga saja setelah harga cabe yang melambung tinggi para komponis cukup hemat dengan mengganti cabe ke Lada ya Pak hehe

    salam hangat

    Suka

    1. Mas Hariez,
      Sebenarnya mengutak-atik tampilan juga bukan hal yang sederhana di Linux untuk pemula, dual-boot juga kadang menimbulkan persoalan. Kalau-pun ada cara aman untuk memainkan Linux sambil belajar mengenal, ya paling menggunakan lingkungan virtual. Misalnya di Windows dipasang VM (Virtual Manager), kemudian Linux di pasang ke dalam VM tersebut. Jadi Linux-nya berjalan di dalam Windows. Hanya saja cara ini walau lebih aman, juga memerlukan sumber daya yang besar, setidaknya RAM di atas 2 GB untuk Windows 7 seharusnya mencukupi.

      Ah, ya harga cabe, semoga deh ndak naik terus Pak.

      Suka

Komentar ditutup.

%d blogger menyukai ini: