Blog itu Sebuah Buku Harian

Salah satu fungsi blog yang banyak digunakan oleh narablog adalah sebagai buku harian. Saya percaya bahwa blog bisa menjadi alternatif dari sebuah diary yang ditulis dan dibawa ke mana-mana. Tunggu dulu, rasanya saya pernah menulis seperti ini sebelumnya, ah…, tapi sudahlah, biar saya menulisnya kembali.

Saya membayangkan diri saya duduk di sebuah bus dalam perjalanan panjang menuju rumah. Jika saya ingin mencatat perjalanan saya itu pada sebuah lembaran, tentunya akan sangat nyaman jika kita memiliki buku harian. Atau di sisi lain, saya akan mengambil ponsel mungil saya, mengetik beberapa kalimat dan push it through email, dan saya sudah menulis buku harian saya secara daring.

Saya sudah lama menggunakan layanan Posterous untuk mengelola buku harian secara daring, hanya saja tidak selalu saya gunakan. Tidak banyak alasan khusus, hanya saja Posterous lebih mudah digunakan untuk fungsi-fungsi seperti ini, pengiriman tulisan via surel-pun lebih terjamin keamanannya.

l'énigme

Buku harian apapun bentuknya, sebenarnya bukan konsumsi publik namun tidak mesti menjadi hal yang super confidential, sehingga blog sebagai sebuah catatan/buku harian bukanlah sesuatu yang pas untuk dipromosikan atau dielu-elukan untuk diikuti – siapa juga yang tertarik menjadi diary follower – nanti justru menciptakan kultus yang tidak sehat.

Itulah mengapa saya membuat blog sebagai sebuah buku catatan secara terpisah dari blog di mana saya menuangkan ide-ide yang memang sengaja saya bagikan, seperti tulisan ini misalnya.

Namun tentunya saya tidak berkata bahwa narablog yang mencampur adukan tulisan yang berupa catatan harian dan tuangan idenya ke dalam satu blog itu tidak benar. Ada banyak narablog yang mampu menuangkan catatan hariannya dan meramunya dengan pemikiran-pemikiran unik sehingga nyaman dibaca, sebut saja salah satu, misalnya yang gurih untuk dibaca adalah “Blogombal” yang diracik oleh Antyo Rentjoko.

Bagi saya pribadi, catatan harian hanya sekadar mengisi kekosongan waktu dan menulis kembali apa yang baru saja dilewati. Itu hanya akan menjadi sebuah kubangan celoteh yang tidak bermakna, tertitip waktu untuk kemudian ditinggalkan oleh perjalanan hidup di lembaran yang baru.

15 tanggapan untuk “Blog itu Sebuah Buku Harian”

  1. Saya setuju sekali, apalagi blogger seperti saya dimana hasil tulisan saya lebih banyak seperti "sampah", jarang bisa membuat tulisan yang berguna bagi orang lain.

    Suka

  2. gak ngerti posterous apa ya? 😦

    Blog sebagai buku harian atau apapun namanya itu dan berisi apapun itu, ada satu yang telah diupayakan, yakni kegiatan menuliskan kembali. Bermakna atau tidaknya tergantung pada pembaca. Terkadang penulis menganggap itu celotehan, bisa jadi justru orang lain menemukan makna yang tersirat 🙂

    Suka

    • Ningrum, Posterous itu salah satu mesin blog juga seperti halnya WordPress, Blogspot atau Tumblr, hanya saja keunikannya Posterous memiliki sinkronisasi default ke jejaring sosial lebih banyak dibandingkan mesin blog jenis lainnya.

      Kalau sebenarnya sekadar menulis kegiatan harian, orang lebih suka pakai Twitter atau Facebook dalam update status mereka :). Tapi saya lebih suka pakai blog yang lebih privasi.

      Suka

  3. Wah kalau buku diary mendingan ditulis dibuku mas.. apalagi banyak menuangkan rahasia diri sendiri. Meskipun blognya diblok pada mesin pencari namun pasti ada kemungkinan bocor juga… Saya menjadikan blog saya sementara ini untuk ajang latihan menulis dan berbagi ide2 dan informasi segar saja…

    Suka

  4. Kalo menurutku si semua bebas menulis. Asalkan netiket tidak dilanggar maka fine-fine ajah. Not to mention UU ITE 😀

    Suka

  5. Saya baru dari blognya bu edratna yg menulis ttg kenangan. Disini membahas ttg diary blog, salah satu tool untuk menceritakan ttg kenangan, menyimpannya menjadi files yg sewaktu2 bisa kita buka lagi saat ingin bernostalgia. Saya termasuk yg menjadikan blog sbg diary, walaupun tdk terlalu full diary :).

    Suka

  6. yups saya setuju. ada bagian kalimat yang menarik bagi saya.

    "buku harian bukanlah sesuatu yang pas untuk dip­romosikan atau dielu-elukan untuk diikuti – siapa juga yang ter­tarik men­jadi diary follower – nanti jus­tru men­cip­takan kul­tus yang tidak sehat"

    kayaknya begitu mengena banget 😀

    karena itu saya sengaja membuat 2 blog terpisah karena memang tujuannya itu memisahkan antara buku harian dan buku catatan komersil 😀

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.