Bencana Panda di Penelusuran Google

Akhirnya, setelah dinanti sekian lama, sudah dua bulan Google melepas juga Panda liarnya ke ranah mesin telusur. Dan ini akan menebar bencana bagi mereka yang menerapkan black hat SEO di blog dan situsnya, yah, setidaknya itu yang diharapkan. Google mungkin bermaksud menghilangkan semua bentuk spam dari hasil penelusurannya, memperbaiki hasil temuan dengan algoritma baru ini, meski belum sempurna, namun konon banyak situs yang sudah jatuh peringkatnya di mesin telusur. Apakah situs Anda salah satunya?

Mereka yang menerapkan auto-generated content, menyewa banyak penulis freelance hanya sekadar untuk meningkatkan trafik blog atau situs harus mulai waspada terhadap serangan di Panda. Termasuk blog-blog yang memiliki guest post atau penulis tamu.

Konon jika blog anda memiliki karakter seperti nilai informasi yang rendah, terlalu pendek, terlalu banyak iklan atau bahkan terlalu banyak duplicate content. Nah bersiap-siaplah ditendang oleh si Panda dari mesin telusur.

Bagi narablog yang suka menulis banyak tulisan dalam periode yang pendek, disarankan untuk menulis tulisan yang berkualitas, entah apa maksudnya blog dengan bahasa alay akan dihajar juga oleh si Panda, ah tentunya bisa jadi demikian. Dan tentunya, jaga agar tulisan anda tidak diduplikasi di tempat lain, mungkin ini termasuk menghindari blog anda untuk didaftarkan pada komunitas blog yang tidak dikenal yang menggunakan mesin-mesin agregasi guna mengumpulkan tulisan tersebut. He he…, yang terlalu banyak badge komunitas blog di sidebar blog-nya mungkin secara tidak sadar telah melakukan hal ini, jadi waspadalah terhadap si Panda!

Originalitas tulisan adalah segala-galanya! Keaslian itu tidak dapat digantikan, bahkan jika orang tertarik, orang akan mulai memberi tanggapan dan membagi tautan tulisan anda ke pelbagai media sosial. Meningkatkan page rank mungkin menjadi esensial bagi beberapa narablog, jadi buatlah situs atau blog yang menarik (untuk manusia) dan pembaca akan membantu meningkatkan popularitas blog anda.

Daripada memberikan pasokan RSS pada situs agregasi, maka sebaiknya Anda memberikan post update ke jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Saya rasa itu jauh lebih aman, menghindari si Panda mengiranya sebagai duplicate content.

Meski sejak diluncurkan Februari lalu, saya belum melihat perbedaan signifikannya, sehingga saya masih tetap sarankan bagi para pencinta Google untuk menggunakan peramban Google Chrome dengan ekstensi Personal Block List-nya.

20 tanggapan untuk “Bencana Panda di Penelusuran Google”

  1. Panda itu setahu saya hewan yang lucu dan jinak atau tidak buas. Benar? Mengapa Google menamakan istilahnya pakai Panda? 🙂

    Kalau badge komunitas (blog directory) saya masih pasang hingga sekarang. Menulis alay, menulis posting terlalu cepat, menulis pendek saya tidak lakukan. Malah saya kecenderungan panjang sekarang kalau nulis. Rata-rata artikel saya 700 kata.

    Nah, untuk menghindari tulisan agar tidak diduplikasi orang lain ini yang susah. Ini diluar kuasa kita. Tapi Tuhan tahu siap yang menulis lebih dulu, kok. Semoga saja Google juga iya (tahu). 🙂

    Suka

    • Pak Joko, saya kurang tahu kenapa disebut Panda (kalau tidak salah codename-nya adalah Farms pada awal mulanya). Badges komunitas rasanya tidak masalah, yah bisa dibilang blog directory acap menyumbangkan trafik tersendiri, apalagi bagi cakap mengelolanya :).

      Ada banyak cara mencegah duplikasi, tapi yah kalau memang ada yang berniat untuk plagiasi, yah bisa dikatakan kita tidak cukup beruntung. Kadang Google bingung juga, apalagi kalau blog yang diplagiasi punya sistem ping yang baik, artinya begitu tulisan terbit, siap disantap oleh mesin plagiasi :).

      Suka

  2. Teman-teman saya yang publisher pada banyak yang terdepak gara-gara si panda, jadi sekarang kalo liat si panda mereka mau mencabik-cabik si panda

    hehhehe… Google memang pintar dah 😀

    Suka

  3. Di sini belum begitu terasa mungkin karena seperti yang pernah saya baca klo si Panda masih berkeliaran sebatas di Amerika aja, belum ke seluruh penjuru dunia. CMIIW

    Suka

    • Atau mungkin perlu dibuat mesin telusur khusus dokumen yang ditulis dalam bahasa alay? Tapi saya rasa toh sintaks alay masih bisa digunakan menemukan konten tersebut, meski tidak masuk di daftar utama mesin telusur nantinya :).

      Suka

  4. Yaaaaay! Saya baru nyoba search "asopusitemus" di google, tampilannya lebih baru! Apa sih istilahnya, dulu saya pernah tahu namanya…

    Suka

  5. saya sih sering jengkel dengan hasil penelurusan google yang jadi tidak relevan karena permainan penjahat penjahat SEO itu

    senang bisa google bisa menyingkirkan mereka, nah tentang tulisan yang berkualitas, bagaimana tuh google akan menilainya, kan ngga mungkin kalau mereka membaca konten satu satu

    Apakah posting posting saya yang pendek pendek itu dianggap tidak berkualitas *padahal memang tidak berkualitas*

    Saya senang dengan tulisan tulisan yang pendek sepanjang 3 atau 4 paragraf. biasanya kalau saya menulis terlalu panjang akan mencari tahu bagaimana cara lain menuliskannya agar ide saya itu bisa disampaikan dengan narasi yang lebih singkat 😀

    Suka

    • Pak Jarwadi, kualitas mungkin ditentukan oleh tata kata yang dipahami oleh sintaks yang digunakan Google, mendapat cukup apresiasi atau digunakan sebagai rujukan, dan tentunya originalitas tulisan itu sendiri. Tulisan pendek mungkin dimaksudkan tulisan-tulisan yang berupa excerpt yang biasanya didapatkan dari menjiplak separuh konten blog lain.

      Saya juga senang dengan tulisan pendek, jika bisa bisa dipadatkan, mengapa mesti berpanjang lebar? Tapi tentu ada yang suka sebaliknya kan Pak 🙂

      Suka

  6. Yeah, sampai sejauh ini, saya masih tetap memanfaatkan ekstensi personal blocklist, walaupun menurut sebagian narablog hal itu tidak banyak membantu. Tapi daripada berdiam diri saja tanpa melakukan apa-apa, saya pikir tak ada salahnya 🙂

    (sambil nunggu google panda beraksi di google.co.id)

    Suka

    • Mas Is, saya dengar Google memanfaatkan pengumpulan data dari penggunaan personal blocklist untuk menguji algoritma Panda, tapi belum (tidak) menerapkannya untuk menghapus hasil-hasil yang kurang tepat, hanya saja sinkronisasi hasil alogoritma baru ini katanya semakin menyesuaikan dengan yang diharapkan oleh pengguna personal blocklist, mungkin karena penggunanya di Indonesia belum banyak saja, sehingga tidak bisa disinkronisasikan secara akurat.

      Suka

  7. Saya juga belum begitu merasakan dampak Panda ini mas, masih banyak saya temuin situs2 agc di serp terdepan.. moga aja segera terberantas,,,

    Suka

    • Mas Dhany, mungkin Panda-nya belum paham bahasa Indonesia, soalnya penelusuran di Google berbahasa Indonesia – sebagaimana Mas Dhany sampaikan – rasanya tidak jauh berubah :D.

      Suka

    • Tidak hanya untuk yang alay, terutama yang mencemari mesin telusur Google, mesti waspada! – karena saya pengguna Bing, jadi ndak banyak berpengaruh sih Bli :).

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.