Menutup Wall Facebook (Lagi)

Saya jarang membuka wall atau apapun namanya itu di jejaring sosial Facebook. Alasannya? Malas saja, ibaratnya dinding rumah, biar saya saja yang menentukan polanya. Ada yang protes sih (selalu), tapi itu sudah jadi kebijakan, beginilah kalau Facebook cuma sekadar formalitas.

Saya hanya tidak begitu suka iklan simpang siur di dinding saya. Namun bukan berarti saya berpandangan negatif tentang iklan, karena itu salah satu cara cerdas orang dalam berbisnis di dunia maya. Saya suka kreativitas itu.

Namun pengguna jejaring sosial sebaiknya memahami, antara mana beriklan secara beretika, dan mana yang melakukan “spamming”.

Saya lebih berbaik hati sebenarnya menutup wall facebook dibandingkan melaporkan pengiklanan via spam. Kasihan kan akun orang kemudian ditutup karena laporan saya, padahal itu adalah tindakan yang benar.

Jika memang ingin beriklan di Facebook, saya rasa sudah ada mekanismenya sendiri. Jadi? Buat apa melakukan spam?

9 tanggapan untuk “Menutup Wall Facebook (Lagi)”

  1. Temenku dua minggu lalu di hack sama perusahaan ponsel. Jadi modusnya, dia pura2 jadi mahasiswa dulu (temenku kan dosen dan professor pulak) – pas udah di add, baru di hack. diambil alih. terus nyepam deh ke kita semua. beuh. males banget kan?

    Suka

    • Makanya, saya selalu ngasih saran, kalau hubungannya bersifat profesional (profesi), komunikasinya via jalur surat elektronik saja, ndak perlu dibawa-bawa ke jejaring sosial. Nanti repot sendiri lho. 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.