Tetikus adalah salah satu bagian dari komputer yang tidak terpisahkan, yah, sejak dipopulerkan oleh Apple Computer zaman dulu kala, tetikus atau mouse ini sudah melekat pada penggunaan komputer pribadi. Komputer-komputer berbasis antarmuka grafis yang memukau bagi kebanyakan orang tidak akan pas tanpa kehadiran tetikus.
Saya sendiri terbiasa memanfaatkan tetikus untuk bekerja dengan komputer. Namun sudah menjadi kebiasaan saya untuk menggunakan tetikus kelas menengah, karena waktu hidupnya yang lumayan lama. Biasanya saya memilih tetikus yang didesain untuk kebutuhan gaming karena tahan dengan kuantitas klik yang lebih banyak.
Kebetulan tetikus yang sudah menemani saya selama 3 – 4 tahun ini sudah nampak berkurang performanya. Saya selalu mengalami masalah dengan fungsi menggulungnya, sementara fungsi klik dan geser-nya masih sangat bagus. Saya sebenarnya sayang untuk memensiunkannya, apalagi karena untuk klik dan geser, performanya masih di atas tetikus-tetikus baru kelas bawah.
Tetikus lawas saya adalah tetikus NYK, memiliki dual-DPI dengan 6 tombol 2D dan menggunakan jejas laser. Sudah tampak usang dan kumal memang, kalau bukan karena gulungannya yang rusak, saya tidak akan membeli yang baru.
Lalu saya membeli tetikus biru di atas, karena tetikus sejenis tidak ada tampaknya. Tidak menggunakan jejas laser, hanya optik biasa (infra meraj). Dan setelah beberapa kali mencoba, saya merasa tidak pas dengan performanya. Mungkin karena saya terbiasa menggunakan tetikus dengan jejas laser dengan 1000 DPI, maka tetikus optis 800 DPI terasa bagaikan produk cacat, bahkan tidak bisa berfungsi di atas mousepad. Akhirnya, saya putuskan untuk mencari tetikus yang berkualitas sama dengan tetikus lama saya.
Setelah berkeliling Jogja, ah sebenarnya hanya berkeliling Pogung. Saya mendapatkan apa yang saya cari di Mulia Komputama, sebuah toko komputer yang memang berbasis aksesoris komputer. Ini adalah tetikus seri X7-760H yang merupakan keluaran A4TECH. Diberi seri itu karena menggunakan teknologi mesin lase X7 dengan maksimal 3600 DPI. Resolusinya bisa diganti-ganti secara manual, hal ini memudahkan saya menggunakan sesuai dengan permukaan yang digunakan untuk mendapatkan performa terbaik.
Setidaknya tetikus ini memiliki dua hal yang saya perlukan, presisi (dengan teknologi antivibrasi dan lasernya) dan ketahanan (jumlah klik yang didesain untuk gaming mouse dan suku cadang untuk kaki tetikus).
Saya tidak tahu mengapa, namun kebanyakan tetikus laser memiliki bentuk yang ergonomis, sangat nyaman dalam pegangan tangan dan tidak akan membuat lelah dalam jangka waktu lama. Coba perhatikan tetikus laser baru dan lawas saya di atas, keduanya memiliki bentuk yang serupa, dan jumlah tombol klik yang hampir sama. Saya menyukai tombol-tombol ini karena biasanya sering saya manfaatkan saya meramban dunia maya, memberi nilai tambah aksesibilitas bagi pengguna Windows.
Sayangnya mungkin belum bisa berfungsi di semua permukaan, seperti yang katanya bisa dilakukan tetikus-tetikus berteknologi biru (blue-tech mouse). Namun ini akan membuat saya berhati-hati dalam menggunakannya.
Tetikus ini juga bisa disesuaikan tombol-tombolnya dengan menggunakan Oscar Mouse Editor Software yang disediakan melalui keping cakram bersama paketnya. Tapi saya rasa saya tidak memerlukannya, karena saya sudah terbiasa menggunakan tetikus jenis ini sejak dulu.
Tetikus ini juga cocok untuk bermain game tipe FPS, salah satu yang saya suka.
Tetikus kelas menengah seperti ini adalah rahasia untuk memenangkan permainan sulit sekelas Ghost Recon 2: Advance Warfighter pada level tersulit dengan hasil sempurna (prefect mission). Ah, tapi saya tidak terlalu sering memainkannya, jadi lebih sering cuma sampai peringkat A, jarang juga dapat peringkat S seperti gambar di atas.
Saya harap tetikus ini bisa berfungsi dengan baik untuk 4 – 6 tahun ke depan, sampai target usia hidup notebook tua saya berakhir. Apalagi saya sering menulis, sehingga tetikus akan cukup sering digunakan. Inilah mengapa saya lebih memilih investasi pada tetikus kelas menengah. Namun kalau untuk komputer saya yang menggunakan Linux, tetikus optis infra merah biasa sudah cukuplah.
Tinggalkan Balasan