Setelah Gentoo 11.2 beberapa waktu yang lalu, distro berkonsep rolling release yang terbit minggu ini adalah Arch Linux 2011.08.19. Berbeda dengan Gentoo yang live-disc-nya mencapai ukuran DVD, Arch Linux core hanya berukuran mendekati 400 MB, ini membuat Arch Linux cukup ramah bagi mereka yang memiliki keterbatasan pita bulanan guna mengunduhnya.
Namun karena ukuran yang kecil ini juga, saya menemukan bahwa proses pemasangan Arch Linux sepenuhnya menggunakan text based tanpa antarmuka grafis, tidak sulit sebenarnya, jika kita tahu apa yang mesti dilakukan. Sayangnya, saya sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan akhirnya menyerah setelah beberapa kali bulak-balik di text mode tersebut.
Tentu saja Panduan Instalasi Arch Linux yang resmi tersedia untuk diakses secara terbuka, hanya saja memang saya terlanjur malas untuk membacanya.
Arch Linux entah mengapa serasa mengingatkan saya pada Slackware (meski tidak pernah menyentuhnya), dan kini merupakan distro terfavorit diurutan ke-6, dan peminatnya tampak semakin banyak. Distro asal Kanada ini disukai karena bisa dibangun dari dasar, secara mentahan, hingga membentuk dekstop profesional yang diinginkan.
Tidak seperti Ubuntu, yang saya rasa bisa digunakan oleh semua kalangan bahkan hingga pemula, Arch mungkin memerlukan sedikit upaya lebih banyak, sehingga pengguna dapat mengoptimalkan kinerja sesuai yang diharapkan.
Pada rilis baru ini Arch mengusung kernel Linux 3.x dengan menggunakan bootloader pilihan syslinux, meski juga bisa memilih grub. Tampaknya juga ada dukungan (uji coba) untuk tipe bentuk sistem yang baru yaitu btrfs dan nilfs2. Beberapa perubahan lain bisa dibaca selengkapnya di catatan rilisnya. Saya bukan pengguna Arch Linux, jadi tidak bisa menjawab pertanyaan seputar Arch, namun menurut Bli Dani, dokumentasi (wiki) untuk distro berlogo mata panah sudah cukup lengkap, forumnya pun bisa diandalkan, jadi tidak perlu khawatir jika ingin mencobanya.
12 tanggapan untuk “Rilis Arch Linux 2011”
saya blm prnah pake slackware & gentoo, tp kata teman saya yg pake kedua distro tsb arch trmasuk paling mudah, jd bbrp bulan yg lalu saya memberanikan diri utk mencobanya, dan trnyata memang tidak bgitu menyeramkan spt yg dibayangkan seblumnya, compile paket dari source yg diunduh dari AUR pun tlah dimudahkan, tapi skrng udah saya remove digantikan dgn openSUSE gara2 mslh package signing :D. oya, gentoo jg punya mini installer yg besarnya cm 100-an MB, spt installernya debian & openSUSE yg netinstall 🙂
SukaSuka
Nubitux, saya biasanya selalu menghindari distro yang memerlukan command line untuk pemasangannya, maklum orientasinya masih antarmuka grafis :).
SukaSuka
Halo, Mas Cahya. Salam kenal. Saya Ade dari http://malsasa.tk 🙂 Senang sekali menemukan seorang pengguna openSUSE di sini. Saya tadi cari informasi Arch Linux lewat Google. Ketemu sama posting ini, deh.
Saya penasaran dengan konsep rolling release. Mohon jelaskan pada saya (awam, nih). Oya, saya rasa keren sekali Anda pakai VirtualBox untuk menjajal Arch di komputer. Saya jadi iri.
Pokoknya keren punya. Sampai jumpa…:D
SukaSuka
Mas Ade, saya juga pemula di bidang Linux. Setahu saya dari segi dukungan rilis (ketersediaan pembaharuan), Linux dibagi menjadi tiga kategori: Pertama, yang didukung dalam periode yang lumayan cukup panjang, sekitar 2 – 5 tahun (seperti waktu hidup Windows). Tipe ini dikenal sebagai jenis LTS (Long Term Support), Ubuntu cukup dikenal memiliki tipe ini, seperti edisi 10.04 dan 12.04 nanti, atau openSUSE dengan evergreen-nya. Tipe ini cocok digunakan di perkantoran yang memerlukan Linux yang cukup stabil digunakan dalam jangka waktu panjang dan memenuhi unsur produktivitas.
Kedua adalah tipe rilis normal, biasanya dirilis baru setiap 6 bulan hingga satu tahun sekali. Ubuntu misalnya dirilis setiap 6 bulan sekali. Tipe ini cocok bagi pengguna rumahan dan mereka yang selalu sigap memperbarui sistem operasinya, dan menginginkan sistem yang anyar secara berkala. Tampilan yang segar (fresh) secara berkala juga mencari ciri khasnya. Ini adalah tipe Linux kebanyakan yang ada setahu saya. Namun jika waktu dukungannya sudah habis, maka Linux ini tidak akan bisa diperbarui lagi.
Ketiga adalah tipe rilis cepat, dikenal sebagai rolling release, jadi sistem akan selalu diperbarui setiap saat dengan pembaruan terkini yang ada (yang stabil). Sedemikian hingga sistem tidak perlu diperbarui secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun, jika ada rilis terbaru saat ini atau besok, maka pembaruan akan langsung ditambahkan. Sedmikian hingga sekali sistem terpasang, maka selamanya akan bisa digunakan dan tetap bisa mengikuti pembaruan tanpa ada batas waktu kadaluarsanya. Arch Linux, Gentoo, PC Linux OS adalah contoh-contoh distro yang menggunakan konsep ini. CMIIW.
SukaSuka
sebelum nyoba ini harusnya nyoba slekwer atau paling tidak coba zenwalk. biasakan dengan tar.gz hahaha
SukaSuka
Ha ha…, denger Slackware saja sudah bikin merinding Mas, mending saya mainnya sama Windows saja daripada dipaksa hadap-hadapnya sama Slack, ndak apa-apalah nguras kantong sedikit :D.
SukaSuka
mana semangatmu anak muda! 😆
SukaSuka
Mas Rangga, saya sudah beruban :D.
SukaSuka
Ayo dicoba pasang di HDD sekalian. Windows7, openSUSE & Arch (triple boot), Nanti saya ikut. 😀
SukaSuka
Tidak Mas Agung, saya sudah angkat bendera putih 😆 – saya masih belum mau menambah uban di kepala saya ini :D.
SukaSuka
Baca tentang Arch Linux, benak saya langsung teringat dengan Bli Dani 😉 (saking kentalnya beliau dengan distro yang satu ini). Setahu saya, penggunaan Arch Linux memang membutuhkan kemampuan lebih. Ia mungkin tak terlalu memanjakan pengguna awam seperti halnya Ubuntu.
SukaSuka
Ya Mas Is, saya sebelum pasang juga konsultasikan sama Bli Dani :).
SukaSuka