Tahun ini, lanjutan film animasi Cars oleh Disney dan Pixar diluncurkan kembali. Meski sudah mulai tayang pada 24 Juni yang lalu, namun di Indonesia sendiri baru mulai ditayangkan beberapa waktu yang lalu. Tentu saja seperti biasanya, saya tidak ingin melewatkan film besutan Pixar. Apalagi film animasi yang bernuansa spionase ala agen Inggris double O seven tidak banyak ada.
Agak berbeda dengan film pertamanya, di mana Lightning McQueen yang menjadi tokoh sentral untuk memenangkan Piston Cup. Kali ini mobil derek dua – Mater yang tampaknya dijadikan sebagai tokoh utama. Dia adalah penyebab terjadi pelbagai masalah di sekitarnya dan di sekitar McQueen.
Karena ulah Mater, Tim McQueen masuk untuk menjawab tantangan Francesco Bernoulli si mobil balap Formula 1 untuk mengikuti balapan World Grand Prix yang diadakah di 3 negara berturut-turut, yaitu Jepang, Itali dan Inggris.
Di luar kisah tim ini, plot cerita mengarahkan pada upaya Finn McMissile si agen rahasia Inggris untuk mengungkapkan upaya jahat sekelompok mobil termasuk si jenius Professor Z (mungkin mengambil inisial merek mobil mini Jerman, Zundap Janus) di dalamnya. Namun tampaknya usaha ini sulit, beberapa agen ada yang tewas terbunuh, hingga suatu ketika Mater secara tidak sengaja terlibat di dalamnya, dan secara tidak sengaja juga menyebabkan McQueen kalah di balapan pertamanya.
McQueen marah, dan Mater pergi meninggalkan tim balap dan malah terlibat dalam aksi spionase Finn McMissile yang dibantu agen Holley Shiftwell. Pada akhirnya, Mater mengetahui bahwa dalam komplotan yang ingin diungkapnya, mereka akan membunuh sahabat baiknya McQueen di balapan terakhir.
Ada banyak adu kecepatan, desingan peluru, ledakan roket hingga deduksi agen-agen lapangan yang memenuhi film ini yang bahkan unsur dramanya malah terkesan minim. Peralatan-peralatan spionase canggih juga disertakan di sini, bahkan mungkin lebih canggih dari yang pernah dimiliki James Bond.
Meski demikian agen Finn McMissile adalah Aston Martin DB5 yang menjadi trademark mobil James Bond. Meski demikian mobil aslinya tidak memiliki peluncur roket, hanya sejenis senjata mesin/otomatis.
Saya suka animasi 3D khas Pixar yang memberikan kesan wah pada setiap film animasinya, meski kalau bisa dikatakan jalur ceritanya tidak terlalu banyak yang mengejutkan karena hampir bisa ditebak – apalagi bagi para penggemar James Bond yang sudah pernah menonton World is not Enough. Dan tampaknya film ini tidak begitu mendapat penilaian dan kritik yang baik dari para kritikus film, bahkan mungkin menjadi film Pixar pertama yang mendapat kritik terburuk secara kolektif, namun setidaknya tidak seburuk penilaian dan kritik yang diterima oleh film The Three Musketeers.
Sayangnya tokoh Hudson Hornet tidak tampil lagi, namun terdapat museum Hudson Hornet di Radiator Springs sebagai penghormatan terhadap mendiang Paul Newman yang meninggal tahun 2008 yang lalu. Dan ada banyak ikon yang mengaitkan Cars 2 dengan film Pixar lainnya, misalnya adegan di Paris terdapat atap bertuliskan Gastow’s yang merupakan parodi dari Gusteau’s – restoran pada film Ratatouille.
Saya rasa dibalik memang kesederhanaan jalan ceritanya, dan tidak ada sesuatu yang begitu baru, film Cars 2 tetap merupakan film keluarga yang bagus.
17 tanggapan untuk “Spionase ala Cars 2”
Kok dari reviewnya kayaknya kurang menarik ya? 😀
Cars 1 padahal keren, apalagi keluaran Pixar 😀
Gak jadi nonton di bioskop ah.
*lha emang di Jayapura gak ada bioskop* 😆
SukaSuka
Zippy, Cars the Movie is cool, Cars 2 even cooler 😀 – its just opinion, don’t get dragged along. He he…, coba Ibu Kota pindah ke Jayapura, pasti langsung ada bioskop :D.
SukaSuka
Saya kurang tertarik dengan film-film jenis animasi, Mas. Tapi tidak menolak nonton kalau diminta harus menemani anak-anak saya untuk nonton film begini 🙂
SukaSuka
Saya juga tidak menolak jika ada yang mau mentraktir :D.
SukaSuka
Keponakanku yang umurnya 3 tahun tuch yang ngefans banget sama Cars, semua tokohnya dia tahu. Aku? Hands up! :))
SukaSuka
Deva, he he…, coba dia bisa hapal nama pahlawan nasional :)).
SukaSuka
Hahaha barusan aku ceritain komentar kamu ke kakak iparku, dia langsung bilang “pura-pura batuk dech kakak” :))
SukaSuka
Kurang maniak sih ama film animasi 3D. Tapi kadang juga suka nonton, terutama serial Upin Ipin (saya suka karena kebersahajaan cerita dan pesan moral di dalamnya, selain 2 tokoh utamanya yang gemesin) 😉
SukaSuka
Mas Is, seleranya beda :))
SukaSuka
seharusnya gw gak mampir ke blog ini dan baca tulisan ini. sekarang nyesel karena baca spoiler. huhuhuhuhu.
SukaSuka
Wah, maaf Mas, mestinya saya memberi peringatan dulu di awal tulisan, tapi tenang kok, plot utamanya kan tidak saya bocorkan ;).
SukaSuka
Mas Cahya, saya lebih tertarik nonton Johnny English Reborn dan The Perfect House. 😀
SukaSuka
Mas Asop, sabarlah, Johnny English ya nanti kalau sudah ada yang mau mentraktir :D.
SukaSuka
karena memang sudah tidak mungkin untuk nonton di bioskop, langsung aja ah,nyari di ranah abu abu. 🙂
SukaSuka
Mas Alief, awas lho, gambarnya juga ikutan abu-abu :lol:.
SukaSuka
saya terkesima selalu sama project2animasi pixar 😀
SukaSuka
Pak Jarwadi, tapi sepertinya yang satu ini biasa saja, tidak seheboh era “Finding Nemo”, tapi ya animasinya yang memang mantap :).
SukaSuka