Ini tentang dua film yang saya tonton di teater belakangan ini, si agen rahasia MI7 yang dipanggil lagi untuk bertugas (setelah dipecat) dalam Johnny English Reborn, dan kisah para ksatria berpedang pelindung Raja Prancis dalam The Three Musketeers.
Pertama adalah film spionase komedi agen mata-mata Inggris yang kocak, Johnny English Reborn. Tentunya semua pasti tahu Rowan Atkinson si pemeran Mr. Bean merupakan pemeran karakter Johnny English dalam film ini. Karena kegagalan masa lalu Johnny English dipecat dan mengasingkan diri ke pegunungan Tibet untuk menempa diri, inilah kisah pembuka pada film ini.
Meskipun dinamakan Johnny English Reborn, namun masih tetap menyerupai film pertamanya, dengan kekocakan yang serupa, khas Rowan Atkinson. Hanya saja sedikit pembaruan di mana sekarang Johnny English cukup cakap dalam hal bela diri dan lebih bijak dalam menerapkan strategi yang tepat, pun demikian masih juga dapat melakukan kesalahan konyol yang membuat penontonnya geregetan.
Ada banyak kritik terhadap film ini, seperti misalnya film tidak berhasil mengeluarkan kualitas komedi Rowan Atkinson yang genuine. Dan ya memang, tidak selucu yang saya harapkan, pun demikian tidak seburuk yang saya duga, bahkan secara keseluruhan saya menyukai film ini. Memang saya sayangkan jika karakter Johnny English dibuat menjadi sebuah karakter dengan dikotomi kelemahan dan kelebihan yang terlalu ekstrem, sehingga kadang menjadi hanya sekadar konyol daripada lucu.
Jangan lupa juga, di film ini muncul Lily Atkinson, putri Rowan Atkinson, namun mungkin Anda perlu menebak terlebih dahulu yang mana. Ada juga aktris Rosamund (Mary Elizabeth) Pike, yang pernah tampil di film James Bond – Die Another Day.
Rowan Atkinson sebagai Johnny English mungkin tidak selucu ketika ia memerankan Mr. Bean. Namun saya rasa film berdurasi 101 menit ini cukup sayang jika dilewatkan begitu saja.
Film berikutnya adalah The Three Musketeers, diangkat dari novel klasik karya Alexandre Dumas – Les Trois Mousquetaires. Ini adalah kisah petualangan (sekaligus roman) pemuda desa – D’Artagan – yang hendak bergabung menjadi seorang musketeer (les mousquetaires de la maison militaire du roi de France).
Musketeers adalah sebutan bagi pasukan khusus pelindung Raja Prancis (1660 – 1814) yang terdiri dari infanteri dan kavaleri. Mereka bersenjatakan rappier (pedang tak bermata) dan musket – sejenis senjata laras panjang yang kemudian berevolusi menjadi senapan (rifle), sehingga mendapatkan sebutan musketeers. Dan uniknya, Musketeers hanya bertugas untuk melindungi raja saat berada di luar istana, sehingga Anda mungkin melihat dalam film ini tidak ada musketeers yang berada bebas di dalam istana tanpa undangan raja.
Plotnya masih menyerupai kisah dalam novelnya, hanya saja tentu dengan efek-efek yang memukau. Tapi demikian, alur ceritanya tidak sama persis dengan yang ada di novel, jika Anda pernah membaca novelnya – pasti akan langsung tahu.
Untuk sebuah film petualangan yang diangkat dari novel roman, saya kira unsur laga dan pertarungan lebih banyak mendapatkan porsinya dibandingkan sisi romansanya yang masih terkesan datar dan hadir sebagai penghias saja. Pun demikian, jalan cerita yang ditawarkan sangat apik, bahkan konsep pertarungan yang disajikan juga tak kalah menariknya.
Meski demikian, ada banyak kritik untuk film ini, bahkan penilaiannya lebih buruk dibandingkan film Johnny English Reborn. Mungkin dikarenakan adanya banyak kesalahan dalam faktual, seperti misalnya rappier yang banyak digunakan untuk menebas, padahal faktanya digunakan untuk menusuk; atau kesalahan-kesalahan geografis yang terlihat kental untuk era di mana kisah ini berlangsung. Namun jika Anda mengesampingkan semua detail itu, termasuk adanya kapal udara, Anda akan menikmati kisah petualangan klasik yang mendebarkan.
Tinggalkan Balasan