Pagi ini di salah satu stasiun televisi swasta, ada perbincangan menarik tentang mobil nasional – buatan anak bangsa – yang kebetulan menjadi populer belakangan ini sejak didukung (secara formal) oleh Walikota Solo saat ini. Ini menarik tentunya, ini menarik tentunya, karena siswa-siswa SMK dengan cukup dukungan mampu menghasilkan sebuah kendaraan yang layak jalan – pasca uji coba, kecuali katanya belum diuji emisi.
Jika presiden yang berkata bahwa mobil ini bagus, mungkin saya masih akan meragukannya, namun karena sudah Pak Joko Widodo yang berkata demikian, maka saya akan berani mencobanya. Ha ha…, ini hanya masalah siapa yang merekomendasikannya.
Setelah uji kelayakan dan mampu diproduksi dengan harga bersaing, apalagi sebagian besar komponen merupakan hasil dari negeri sendiri. Saya kira mengapa tidak – bagi kita untuk mendukungnya. Jika negeri besar seperti Jepang dan Cina mendukung produk otomotif dalam negeri mereka, mengapa kita tidak bisa mendukung buatan negeri kita?
Industri dan kreativitas akan berjalan hanya jika memiliki dukungan dari pasar, termasuk konsumen di dalamnya. Tentunya, kita juga memiliki isu bahwa banyak kepentingan asing yang mungkin tidak menyukai kemandirian bangsa kita di bidang otomotif, namun jika konsumen dalam negeri bisa memberikan dukungan – maka ada harapan bahwa kita bisa mandiri suatu saat nanti.
Apalagi kemandirian di salah satu industri, akan memicu dan menjadi rantai kemandirian di industri lainnya. Bayangkan saja jika permintaan mobil buatan anak negeri meningkat, maka akan ada potensi memunculkan industri perakitan dan produksi komponen mobil di dalam negeri, seperti pabrik mesin mobil misalnya yang sampai saat ini kita tidak memilikinya.
Tentu saja di antara kucuran dukungan, biasanya ada pesimisme tentang mobil esemka ini. Pelan-pelan saja, jika kita tidak mulai melangkah sekarang, maka mungkin negeri ini telah lama berhenti untuk bergerak maju.
Jadi, siapa yang akan memilih mobil esemka?
Sumber gambar: detik.com
Tinggalkan Balasan