Open source tidak selalu mendatangkan kebaikan, meskipun konsepnya dibangun berdasarkan upaya untuk mewujudkan kebaikan bagi bersama. Karena open source bermakna sebuah kode yang hak aksesnya terbuka bagi publik, siapa pun bisa mendapatkannya dan dapat mengembangkannya atau membuat kode turunannya dan menghasilkan piranti lunak tersendiri.
Linux adalah salah satu bentuk open source yang paling populer penggunaannya saat ini, sebut saja Ubuntu dan Android, dua raja dunia Linux yang sedang saling berebut hati para penggunanya. Meski pun demikian, keduanya malah dapat dikatakan membawa manfaat bagi mereka yang menggunakannya.
Namun bagaimana jika open source juga digunakan untuk mengembangkan senjata berwujud peranti lunak guna tujuan tertentu yang dapat dikatakan membahayakan, atau merugikan banyak pihak?
Jika melihat kejadian sekitar beberapa waktu ke belakang, mungkin Anda ingat dengan kasus di mana pusat pengayaan nuklir Iran lumpuh oleh serangan Stuxnet, worm yang dirancang dengan sangat cerdas – mampu melumpuhkan sasaran yang ditargetkan tanpa diketahui oleh sistem keamanan.
Jika Anda menyaksikan video di atas sampai tuntas, maka bisa dikatakan Stuxnet adalah sebuah karya yang mengagumkan. Dan memiliki potensi evolusi yang mampu dikembangkan.
Lalu apa hubungannya Stuxnet dan open source? Ya, karena diduga kodenya telah dilepaskan di Internet, dan setiap orang yang mendapatkannya dapat mengembangkannya, maka Stuxnet bisa dikatakan sebuah open source, tepatnya senjata open source.
Sejumlah proyek virus pada awalnya memang tidak open source, dan sebuah virus komputer di pasar gelap bisa dijual dengan harga jutaan hingga puluhan juta rupiah oleh pengembang kepada klien tergantung pada kemampuan virus tersebut. Namun beberapa pengembang ada yang berpikir untuk membuat proyeknya menjadi open source dengan harapan bisa membangkitkan kembali potensi virus lama yang sudah tidak dikembangkan.
Meski saya sendiri tidak begitu paham permasalahan ini, saya tidak terlalu khawatir. Kebanyakan virus, walaupun open source, biasanya didesain untuk menyebar dan menyerang sistem operasi berbasis Microsoft Windows. Saya sendiri yang lebih sering menggunakan Linux tidak akan terlalu khawatir (kecuali para pengguna Android, Anda wajib khawatir). Jika Anda khawatir dengan kemanan Linux, boleh saja menambah antivirus, meski tidak disarankan.
Tinggalkan Balasan