Beberapa waktu belakangan saya membaca koran lokal yang selalu diisi dengan tulisan mengenai Pantai Plengkung, salah satu pantai yang paling diburu oleh para peselancar dari setiap penjuru dunia. Pantai ini terletak di salah satu sisi Taman Nasional Alas Purwo yang cukup terkenal di ujung Timur dari Provinsi Jawa Timur.
Pantai Plengkung tidak hanya dikenal sebagai pantai yang indah, namun bersama Alas Purwo sendiri menyimpan banyak misteri dan kisah mistis sejak zaman dahulu. Sehingga menjadi tujuan perjalanan ekowisata maupun wisata religi.
Dar tempat saya berada di Kota Genteng, Alas Purwo dicapai melalui Grajakan, sekitar 2-3 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Jaraknya mungkin hanya 26 dari Grajakan, namun medan yang tidak bisa dikatakan mudah meskipun di musim kemarau membuat waktu tempuh tidak bisa dipersingkat.
Jalanan beraspal, namun juga berbatu membuat motor tua saya sering terseok. Kendaraan saya memang tidak didesain untuk medan berat seperti ini, sehingga diperlukan konsentrasi tinggi meskipun hanya dengan laju 20-30 Km/jam. Sedikit melamun bisa berakhir fatal, namun justru di sini letak kenikmatan perjalanan ini. Tidak setiap hari kita bisa melaju di bawa kanopi atau di sekitar hutan dengan kondisi jalan yang melonjakkan adrenalin.
Kondisi jalanan pada gambar di atas mungkin adalah kondisi terbaik yang dapat ditemukan. Sisanya? Anda sendiri yang mesti datang untuk menikmatinya. Hanya saja tidak disarankan bagi mereka yang memiliki masalah tulang belakang dan sejenisnya untuk mengendari sepeda motor ke lokasi ini.
Jika menikmati perjalanan ini, maka tidak akan terasa sudah sampai di pos keamanan pertama memasuki Taman Nasional Alas Purwo. Tandanya adalah gapura penyambut yang dibangun cukup besar. Apa yang menanti setelah ini adalah hutan hujan tropis dengan kanopi-kanopi rindangnya, dan tentu saja jalanan yang berlapis batu semakin banyak, dan kadang dedaunan hutan yang merangas berserakan dengan romantisnya.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Padang Pelepasan Sadengan, seluas kurang lebih 80 Ha, hewan-hewan liar diupayakan kembali pada habitatnya.
Untuk lebih mudah mengawati kawanan banteng liar atau rusa liar, saya menaiki sebuah menara pengawas yang bisa memperlihatkan seluruh pada pelepasan dengan tenang dan santai. Suasana hutan dari kejauhan dengan hewan-hewan liarnya tampak seperti sedang bersafari saja. Meski awan bergulung tebal, kebanyakan dari mereka justru akan mencari sengatan matahari pagi.
Anda mungkin memerlukan teropong jika mengamati hewan-hewan ini dari kejauhan, atau Anda akan kesulitan melihat apa yang terjadi di seberang savana saja. Dan peralatan seperti ini sebaiknya dipertimbangkan untuk dibawa serta saat akan berkunjung ke sini.
Kunjungan berikutnya adalah istirahat sejenak di Pantai Tri Angulasi (atau menurut penduduk lokal disebut Pantai Tanggul Sari). Pantai dengan pasir putih seperti di Kuta, hanya saja mungkin tidak banyak yang bisa dilihat di sini.
Sepanjang perjalanan, ada sejumlah hewan yang bisa ditemukan, misalnya rusa yang tiba-tiba menyeberang jalan, atau sekadar sekelompok lutung (Trachypithecus auratus) yang bergelayutan di antara kanopi yang merangas, atau kera abu-abu (Macaca fascicularis) yang begerilya di lantai hutan. Saya memastikan kendaraan tidak terlalu mengebut, dan saya agak mengerti mengapa sebaiknya jalanan di sini tidak dibuat terlalu mulus.
Oh ya sebelum saya lupa, pastikan kaca mata, sarung tangan, jaket, dan masker digunakan selama perjalanan menuju Pantai Plengkung atau di dalam Alas Purwo bagi mereka yang mengendarai sepeda motor.
Sayangnya, Pantai Plengkung tidak dapat diakses langsung dengan menggunakan kendaraan pribadi. Maka mobil bak terbuka adalah salah satu kendaraan hutan yang tersedia di dana. Dengan menyusuri bawah kanopi yang terkadang bolong disirami terik mentari dan debu, cukup membuat perjalanan ini terasa sangat off-road. Namun setibanya di lokasi tidak akan merasa kecewa (kecuali yang sudah merasa sangat lelah mungkin).
Sebenarnya Pantai Plengkung juga bisa diakses dari Bali melalui jalur laut dengan perahu motor, sehingga ada banyak peselancar yang mengenal pantai ini dengan sebutan G-Land, datang ke sini dari Bali langsung.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Pantai Plengkung, misalnya istirahat sejenak dan membuka bekal makan siang. Melihat-lihat pasir gotri yang terkenal itu. Kadang ada beberapa perahu nelayan yang lewat, mungkin berasal dari wilayah Muncar; kadang penduduk lokal yang datang mencari kerang.
Namun yang jelas, terumbu karang, air yang jernih, biota laut yang menggemaskan, dan tentu saja gulungan ombak yang menawan hati. Maka lelah hari ini pun terbayarkan.
Karena lokasinya yang jauh, jarang ada yang ingin berwisata hanya sehari di sini, namun karena saya tidak banyak memiliki waktu luang – ya apa boleh buat. Biasanya mencari penginapan, karena banyak juga hotel lokal di sini. Apalagi bagi Anda yang ingin mencoba ombak Plengkung untuk berselancar – konon merupakan yang terbaik kedua di dunia setelah Hawaii.
Tinggalkan Balasan