Saya menonton film ini, mungkin karena terikat dengan salah satu musik favorit saya, “Over the Rainbow“. Setidaknya seminggu sekali, saya akan mendengarkan lagu ini di saat santai. Sayangnya, kali ini tidak muncul dalam film terbaru Disney, “Oz the Great and Powerful”.
Lalu apa yang ditawarkan film ini? Saya bisa katakan, “dunia baru” yang diciptakan benar-benar karya imaginasi yang tiada duanya, dibandingkan semua film yang pernah saya tonton. Ini seperti banyak dunia film dijadikan satu. Apakah mendekati film “Wizard of Oz” tahun 1939 yang pernah ditayangkan di televisi kita di masa lalu? Entahlah, saya lupa, terlalu kecil untuk mengingatnya, tapi saya rasa “keajaiban imaginasi” yang diberikan, nyaris sebanding.
Alur ceritanya sendiri menurut saya tidak begitu “wah”, tapi penggemar Wizar of Oz tentu saja tidak akan kesulitan menemukan alur cerita yang menghibur dan menarik bagi mereka.
Saya kira, kisah ini tidak akan ditemukan di buku Oz yang manapun, karena prekuel ini diciptakan untuk permulaan kedatangan “Oscar Zoroaster Phadrig Isaac Norman Henkel Emmannuel Ambroise Diggs” – atau Oscar Digss yang merupakan cikal bakal tokoh “Oz the Great and Powerful” yang akan ditemui oleh Dorothy Gale – tokoh sentral dalam silsilah buku-buku Oz.
Penyihir Oz di sini hanya sebagai pembuka, karena masalah yang sebenarnya di Land of Oz akan berlanjut pada kisah-kisah berikutnya, dimulai dari film tahun 1939 “Wizard of Oz”.
Hanya saja tampaknya, Disney akan membuat lanjutan dari kisah ini sendiri. Karena bagaimana pun juga, film “Wizard of Oz” merupakan hak cipta Warner Bross; bahkan Disney tidak bisa menampilkan banyak aspek di film ini karena terhalang oleh aturan hak cipta. Pun demikian, film ini tetap menarik.
Perbedaan yang mencolok, pada film yang produksi oleh MGM tahun 1939 itu, kisah Dorothy berpetualang di negeri Oz hanya sekadar mimpi belaka; sedangkan di film ini kisah Oscar Digss tidak ada terindikasi sebagai mimpi. Saya tidak ingat novel aslinya, tapi rasanya di novel asli pun dikatakan bahwa kisah ini bukan mimpi semata.
Menariknya, di awal film, semuanya hitam putih, seperti dunia era 1905 yang merupakan latar cerita ini dimulai, sekitar 16 tahun sebelum Dorothy memulai petualangannya. Tentu saja Dorothy tidak ada di film ini, tapi setidaknya kita bisa melihat calon ibunya dalam layar hitam putih di awal kisah.
Seperti halnya banyak kisah klasik, film ini berakhir bahagia. Tidak banyak yang bisa diceritakan, kecuali Anda menontonnya sendiri. Tidak ada salahnya menonton bersama keluarga di akhir pekan.
Tinggalkan Balasan