Pasca memasang openSUSE 13.1 versi KDE 64-bit, polesan yang dibawa memang sudah apik, seperti “kue yang lembut”; hanya saja saya sendiri memiliki selera pribadi sehingga bisa betah menggunakannya. Saya mengubah beberapa setelan yang sekiranya bisa memenuhi apa yang ingin saya “lihat” sebagai tampilan desktop saya, dan tentu saja ini sangat pribadi sifatnya. Anda dan saya mungkin memiliki selera yang berbeda.
Tema yang saya ambil saat ini lebih pada tema yang “gelap” atau “dark”, karena efek yang baik biasanya lebih mudah tampak jika tema dibuat gelap. Seperti teater, lebih menyenangkan menonton pada kondisi gelap. Hanya saja untuk urusan membaca teks, mengetik dan sebagainya, tentu saja tetap dikerjakan pada ruang putih.
Style
Saya masih mempertahankan “Oxygen”, hampir tidak ada yang diubah kecuali bagian “Fine Tunning” pada efek grafisnya memilih “High display resolution and Low CPU”. Maklum pengguna CPU kelas bawah yang cupa 1 GHz saja.
Colors
Kombinasi warna sebagaimana yang saya tulis sebelumnya, belum berubah. Pilihan warna gelap pada “openSUSE dark alternate” seperti pas sekali dengan selera saya.
Icons
Ikon mungkin sesuatu yang menyulitkan untuk ditentukan. Tapi di luar sana ada banyak ikon yang bisa digunakan. Untuk tema yang gelap, saya mencari ikon monokromatik keabu-abuan, dan kebetulan sekali saya menemukan yang sesuai dengan yang saya butuhkan. Nouve KDE Grey adalah pilihan yang saya gunakan.
Apakah ada pilihan lain? Ya ikon-ikon lain yang minimalis bisa dipertimbangkan misalnya, Faenza (Faenza-Black), FaenK, Faience, kAwOken, Nitrux, atau yang tampaknya akan cukup menjanjikan adalah Matrilineare yang memadukan ikon Elementary dan Faenza. Bukankah masih banyak pilihan?
Memasang ikon ternyata cukup mudah di KDE, karena sudah ada File Manager dalam akses mode Super User. Tinggal salin dan tempel.
Fonts
Saya berusaha tidak mengubah sistem font rendering di KDE (alasan klasik karena memang tidak bisa). Saya cuma memilih jenis fonta saja, yang jelas menghindari fonta berbau “serif”, sehingga pilihannya akan jatuh ke jenis “sans”. Mencontoh dari yang diterapkan pada Elementary OS Luna, saya kebanyakan menggunakan Droid Sans sebagai fonta sistem, dan hasilnya cukup menyenangkan. Walau kadang tangan terasa gatal ingin menggotong Calibri dkk ke dalam KDE.
Pilihan lainnya adalah bereksperimen sendiri, openSUSE menyediakan repositori fonta di M17N untuk bisa diakses oleh para penggunanya. Ini adalah pilihan bagi para pengguna yang lebih canggih, sementara saya berkutat saja pada apa yang ada.
GTK
Untuk aplikasi-aplikasi GTK, tema yang digunakan baik untuk tema GTK2 maupun GTK3 tetap menggunakan Oxygen, fonta yang dipilih adalah Droid Sans 9. Hanya saja GTK3 tidak ada pada bawaan KDE openSUSE, bawaannya adalah Adwaita yang merupakan pasangan asali desktop GNOME 3. Jadi GTK3 perlu dipasang melalui OBS terlebih dahulu, atau dari manapun yang bisa kita peroleh.
Untuk tema ikon disamakan dengan ikon dari Nouve, lalu jika terjadi fallback, biarkan ikon GNOME yang digunakan.
Lain-lain
Untuk dekorasi jendela masih tetap menggunakan FormaN (bisa diunduh lewat pencarian tema), lalu untuk tema desktop tidak lagi menggunakan “Air openSUSE”, tapi menggunakan “openSUSE”, karena warnya lebih tampak lebih solid, dan saya menyukainya.
Saya juga mengubah tampilan application launcher menu menjadi tampak klasik, hanya saja sekarang saya lupa bagaimana saya mengubahnya bisa tampil seperti itu. Jadi, tampilannya akan menjadi seperti berikut ini.
Kelihatannya memang penuh, tapi kalau kosong masih cukup terlihat lega. Dibandingkan dengan tampilan Ubuntu yang dulu saya desain agar tampak lebih terang, kali ini cukup berubah 180° tampilannya.
Untuk widget bisa disesuaikan, saya sendiri tidak masalah. Malah sedikit widget rasanya akan lebih baik.
11 tanggapan untuk “KDE openSUSE dan Selera Pribadi”
ikon ini sudah semuanya disupport kan yah aplikasinya? engga enak aja nanti kalau ada yang belang-belang hehehe
SukaSuka
hehehe … menunya masih di setting ala KDE 3xx nih … ada apa dengan yang modern bli? serasa di XFCE jadinya 😀 …
oiya, bli, berhubung lagi membahas celeron on linux, udah nyobain nonton film 1080p belum di laptop mini ini? bisa kah? leggy? atau lancar jaya?
SukaSuka
Saya alergi sama menu yang modern :).
Kalau di sini masih bisa kok Mas muter film 1080, enak tampilannya. Tapi tergantung berkasnya. Kalau ditambah banyak berkas audio yang besar, pasti tersendat-sendat, misalnya 1080 edisi 4-8 GB, pasti kalah. Tapi kalau edisi 1-3 GB masih bersahabat.
SukaSuka
Wah melegakan sekali 😀 Dan berkas ini di mainkan di linux OS kan ya bli? berarti drver VGA-nya sudah matang
SukaSuka
VGA-nya masih pakai Intel. Ndak masalah, ya itu asal ndak terlalu besar berkasnya.
SukaSuka
yep, bli official nih, disqus tidak bisa diakses di forefox T_T …
SukaSuka
Bisa kok Mas, pakai Firefox edisi berapa? Biasanya kena hambat sama pengaya (add-on), saya juga kadang mengalaminya. Ini saya akses di Firefox baik-baik saja.
SukaSuka
yang terbaru, aneh ini bisa lagi? … mungkin memang ada yang bentrok dengan addon namun saya belom tahu yang mana
SukaSuka
Biasanya add-on yang ngatur privacy. Yang menghalangi widget, atau tracking dari jejaring sosial. Bisa seperti ghostery, adblock plus (kalau bagian privacy-nya diaktifkan), avast (kalau bagian penghalang tracking-nya diaktifkan).
SukaSuka
saya lebih suka gnome karena kesederhanaannya, malah sampe sekarang baru modif wallpaper saja. dulu perna coba kde, tapi kurang nyaman 😦
SukaSuka
Melvin, kembalikan ke selera saja. Sama seperti saya kalau pakai E17, banyak yang bilang itu dekstop yang bagus, tapi entah kenapa saya selalu merasa kurang cocok :).
Linux is about choice, jadi yang mana saja O.K. asal pas di selera.
SukaSuka