Pahami Pengobatan Herbal Anda

Sesekali dalam praktik sehari-hari, saya menemukan pasien yang datang dengan meminta obat-obatan tertentu saja, misalnya obat pusing atau obat mual. Jika saya tanya mengapa dia tidak ingin mengobati asal atau penyebab pusing dan mualnya, maka bisa jadi ditemukan dia sudah mengonsumsi obat sendiri atau mendapatkan obat-obat herbal dari penyembuh alternatif. Jika pasien tidak bisa menjelaskan komposisi obat herbal yang dia konsumsi, maka dengan berat hati saya tidak bisa memberikan terapi berdasarkan keilmuan saya di bidang kedokteran; karena hal tersebut bisa jadi membahayakan pasien.

Sebenarnya sikap tersebut bukan hanya untuk pengobatan herbal saja, bahkan pasien yang telah berobat ke dokter lain sebelumnya jika tidak bisa menjelaskan obat yang sedang dia konsumsi – memiliki potensi yang berbahaya jika diberikan obat lagi; paling sederhana bisa terjadi overdosis, atau malah efek yang buruk. Karena itu baik pengobatan medis maupun herbal, pasien wajib mengetahui dirinya sedang diobati dengan menggunakan apa?

Sekarang bukan zamannya lagi di mana pasien diam dan pasrah diberikan obat tanpa tahu obat apa yang dia dapatkan, baik dari dokter maupun pengobatan alternatif.

Pengobatan herbal memang tidak merupakan porsi besar dalam teknologi pengobatan kedokteran modern saat ini; alasannya sederhana, karena pembuktian ilmiah untuk itu masih kurang; dan untuk membuktikan secara ilmiah perlu dana yang cukup besar, saking besarnya APBN kita mungkin tampak bukan apa-apa.

Pun demikian pengobatan herbal cukup mendapatkan perhatian di negeri kita, warisan budaya ilmu pengobatan tradisional kita memberikan jamu sebagai gambaran penggunaan keragaman sumber hayati kita dalam dunia kesehatan. Hanya saja pemahaman tentang pengobatan herbal ini perlu dipertanyakan lagi, sejauh mana masyarakat memahami pengobatan herbal.

Sering kali masyarakat cuma coba-coba, dan sekadar percaya; jika tidak (belum?) sembuh di pengobatan medis, maka akan lari ke pengobatan herbal; demikian pula sebaliknya. Dan jika ditanyakan pada si pasien, dia sudah diobati apa saja? Apa manfaat pengobatan itu? Bahkan pertanyaan sesederhana itu tidak akan terjawab.

Pasien dan keluarga sering kali tidak ingin ambil pusing, yang penting berobat dan tujuannya sembuh (titik). Sikap seperti ini yang sering kali membuat susah berkembangnya upaya peningkatan kesehatan di negeri ini. Apalagi jika kemudian ditambah dengan sikap penyedia kesehatan yang juga acuh tak acuh, lengkap sudah hilangnya kontrol terapi yang efektif dan efesien di tengah masyarakat.

Kembali ke pengobatan herbal, atau dalam dunia kedokteran sering disebut obat botanikal atau pitoterapi. Sebagai pasien, Anda berhak memilih menggunakan pengobatan herbal, tentu saja pengawasannya akan berada pada ahlinya; tidak semua dokter menguasai pengobatan herbal, dan tidak semua penyedia pengobatan herbal adalah dokter. Pahami ini, dan jadikan pertimbangan Anda ketika memilih pengobatan herbal.

Terapi Herbal
Ilustrasi pitoterapi. Sumber: Beauty Spot.

Jika di dunia kedokteran modern, pasien berhak mengetahui apa saja kandungan obatnya, bagaimana khasiatnya dan efek sampingnya jika ada – serta dokter berkewajiban memberikan penjelasan; maka saya kira hak yang sama melekat pada mereka yang berobat di pengobatan herbal. Silakan bertanya pada ahli pengobatan herbal Anda, apa saja kandungannya dan apa yang diharapkan dari pengobatan tersebut. Tapi jika ternyata dalam kode etik mereka kandungan wajib dirahasiakan, maka saya tidak akan bisa berkomentar banyak.

Pengobatan herbal selalu aman? Ah, hilangkan saja paradigma dan kepercayaan buta tersebut. Bagaimana Anda tahu itu aman tanpa mengujinya secara ilmiah? Kecuali itu memang kepercayaan Anda sendiri. Dan jika menurut Anda itu aman karena Anda percaya itu aman, ya sah-sah saja, tapi segala konsekuensinya akan kembali pada diri Anda sendiri. Semua obat adalah pisau bermata dua; gunakan secara bijak, itulah jalan yang bisa menawarkan keamanan penggunaannya.

Jika Anda telah berkomitmen untuk memilih pengobatan herbal, maka jalani komitmen tersebut; dan sebaiknya tidak dicampur dengan pengobatan medis. Sejumlah pengobatan herbal akan menimbulkan efek-efek yang sangat berbahaya jika dicampur dengan pengobatan medis.

Sebagai contoh, Anda mungkin pernah mendengar ginkgo biloba. Sejenis herbal yang digunakan untuk memerangi permasalahan yang berhubungan dengan otak dan daya ingat. Anda perlu tahu bahwa biasanya yang digunakan adalah ekstrak daunnya yang sudah terstandar sebagai obat yang diminum, dan tentu saja bukan disuntikkan (jika ada yang cukup gila menyarankan Anda untuk menyuntikkan ekstrak ginkgo). Anda juga perlu tahu, bahwa bijinya harus dihindari karena bisa mengandung senyawa kimia yang berbahaya, beberapa kasus kejang dan kematian muncul pada mereka yang makan biji ginkgo. Anda juga harus tahu bahwa ginkgo sebaiknya tidak dikonsumsi lebih dari 3 bulan secara berturut-turut. Anda juga wajib tahu bahwa ada efek samping yang perlu diperhatikan, seperti mual, muntah, denyut jantung yang tidak stabil, lumpuh, meskipun syukurnya jarang terjadi reaksi alergi yang mematikan. Tapi jika dicampur dengan obat-obat jantung seperti aspirin, maka ada peningkatan risiko terjadinya perdarahan di dalam tubuh, yang tentu saja berpotensi menyebabkan kematian.

Itu adalah contoh kecil dari apa yang wajib Anda pahami jika ingin memilih menggunakan obat-obat herbal, sebuah konsep yang tidak jauh berbeda ketika Anda memilih obat medis. Perbedaannya adalah, obat medis biasanya selalu disertai dengan khasiat dan efek samping serta peringatan; sementara obat-obat herbal lebih banyak saya lihat hanya disertai dengan iklan bisa menyembuhkan pelbagai penyakit tanpa efek samping sama sekali.

Suplementasi herbal, seperti jamu di tanah air telah menumbuhkan industrinya tersendiri. Kini saya rasa saatnya pengobatan herbal menjadi sesuatu yang lebih baik, lebih terstandar, dan lebih bisa memberikan informasi yang terbuka pada publik; karena mereka termasuk tulang punggung dunia kesehatan di negeri kita, yang memberikan nilai kesehatan dalam alternatif keterjangkauan yang lebih luas bagi masyarakat kita. Sehingga mereka yang menggunakannya akan menggunakannya karena mereka paham, bukan sekadar karena mereka percaya buta.

6 tanggapan untuk “Pahami Pengobatan Herbal Anda”

  1. OOT: Sedikit pengamatan pribadi (yang sangat subyektif): Semakin berumur seorang dokter, semakin pasif ia berinteraksi dengan pasien2nya. Saya lihat banyak dokter muda masih semangat dalam menjelaskan apa2 yang ditanyakan oleh pasien. Sementara dokter senior lebih banyak memberikan “efek diam” pasien. 🙂

    Suka

    • Mas Rismaka, mungkin karena perbedaan paradigma. Jelas dokter yang senior dulu tidak mendapatkan pelajaran tentang komunikasi pasien, dan paradigma di mana dokter menjadi sentral hubungan antara dokter pasien masih melekat.
      Sedangkan dokter muda lulusan baru sudah dibekali dengan ilmu komunikasi dan membawa paradigma bahwa dokter dan pasien adalah partner setara dalam mengupayakan peningkatan kesehatan. IMHO.

      Suka

  2. Tugas dokter pula lah menyadarkan pasien untuk lebih memperhatikan obat yang mereka minum (baik dan buruk resikonya)

    Suka

    • Iya, tentu saja Mas Rismaka. Dan karena begitu banyaknya jenis obat yang beredar, kadang dokter juga wajib meminta pertimbangan apoteker untuk melihat reaksi pelbagai campuran obat. Baik yang medis maupun herbal.

      Suka

  3. Setuju sekali bli Cahya. Pasien di Indonesia kadang tidak menyadari haknya dan tidak memperdulikan hal lain, yg penting sembuh. Begitulah

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.