Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Netbook Pelajar HP Pavilion x360

Kemarin kami sempat memilih netbook/notebook yang akan digunakan istri untuk memulai kuliah pasca sarjana. Tentu saja perangkat komputer saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi seorang mahasiswa. Netbook Samsung yang sudah hampir berusia lima tahun sudah menunjukkan penurunan performa yang membuat tidak nyaman penggunaannya, sehingga kami memutuskan mencari netbook baru. Dan pilihan kami jatuh pada Netbook keluaran Hewlett-Packard, HP Pavilion x360 11-k145TU berwarna perak/silver.

Mengapa memilih komputer keluaran Hewlett-Packard? Jika saya sendiri tidak terlalu menyukai produk HP sebenarnya, saya lebih favorit pada produk Dell atau Fujitsu untuk urusan laptop dan netbook, tapi sayangnya anggaran untuk brand tersebut bisa sangat menguras kantong – sehingga kami pertimbangkan tidak cocok digunakan mahasiswa (dengan anggaran terbatas).

Pertama, HP merupakan pemain lawas di pasar netbook yang sudah dikenal namanya. Harga yang ditawarkan juga cukup bersaing. Dan kebetulan kami membelinya di pameran komputer/teknologi yang diadakan di Jogja Expo Center (Banguntapan, Bantul), di mana kami mendapatkan harga sekitar 15% lebih murah dari pada penawaran di toko daring (online shop) kebanyakan – itupun belum menawar lagi.

Istri meminta saya merekomendasikan sebuah netbook dengan syarat: layar kecil (11 – 12 inchi), ringan, baterainya awet (hemat listrik), menggunakan sistem operasi Windows (terbaru), bukan Lenovo (entah kenapa dia tidak suka brand satu ini), kalau bisa sudah layar sentuh (touch screen), tidak lemot, dan tidak terlalu mahal.

Bisa dibayangkan sulitnya mencari netbook jenis ini bukan?

Setelah mencari sejumlah spesifikasi yang ditawarkan pelbagai vendor netbook dengan mengecualikan harga yang tinggi, buatan Lenovo, dan yang belum terpasang sistem operasi Windows 10, maka saya mendapatkan sejumlah netbook dan HP seri x360 ada di dalamnya.

HP Pavilion x360 11-k145TU memiliki ukuran layar sentuh sepuluh titik 11,6″ dengan resolusi yang moderat di era ini (1366 x 768). Saya rasa ini sangat mencukupi dan membuat desain netbook menjadi mungil, belum lagi dengan bezel yang menyatu terlihat bersih dan rapi. Layarnya juga memiliki teknologi anti-glare, yang berarti jika digunakan di ruangan terbuka, seperti taman pada siang hari – akan tetap terasa nyaman.

Kode x360 menyatakan bahwa netbook 2 in 1 ini bisa dilipat 360° sehingga dapat menjadi seperti tablet besar. Misalnya untuk bermain layar sentuh seperti di ponsel Android bisa sangat enak, termasuk untuk membaca berita atau buku.

Lalu prosesor yang diberikan adalah Intel generasi keenam, yaitu Intel® Core™ m3-6Y30 Processor (4M Cache, up to 2.20 GHz). Prosesor 14 nm ini diperkenalkan pada caturwulan ketiga tahun lalu, dan dihargai sekitar tiga juta rupiah hanya untuk prosesor saja. Bisa mendukung RAM (jika ditingkatkan) hingga 16 GB (LPDDR3-1866, DDR3L-1600). Menggunakan daya sekitar 4,5 Watt.

Dengan menggunakan prosesor tersebut, saya sempat menguji dan menggunakan netbook ini selama enam jam bekerja dalam kondisi baterai saja sebelum tersisa sekitar 15%. Memang layak dikatakan sebagai netbook hemat daya.

Disandingkan dengan Intel® HD Graphics 515, dengan kemampuan: (1) Max Resolution (Intel® WiDi)‡ 1080p; (2) Max Resolution (HDMI 1.4)‡ 4096@2304@24Hz; (3) Max Resolution (DP)‡ 3840×2160@60Hz; (4) Max Resolution (eDP – Integrated Flat Panel)‡ 3840×2160@60Hz. Mendukung juga video 1080p dan DirectX 12. Anda bisa melihat sejumlah game dimainkan dengan baik menggunakan spesifikasi prosesor dan grafis ini melalui sejumlah contoh di YouTube.

Dengan membawa RAM 4GB Anda tidak akan berkata netbook ini lemot (kecuali dibandingkan dengan komputer yang memang didesain untuk game dan grafis super berat).

Sudah membawa sistem operasi Windows 10 Home. Walau sayangnya belum ditingkatkan ke versi 1511, 10586. Yang merupakan upgrade utama untuk Windows 10 pada akhir tahun yang lalu. Dan untuk meningkatkan ke Windows 10 versi ini, sampai sekarang saya belum bisa menuntaskannya, karena sepertinya berkas yang perlu diundah sangat besar, dan saya belum menemukan cara untuk melakukan force update pada Windows 10 (yang menurut saya merupakan salah satu hal yang paling menyebalkan pada Windows 10).

Jika Anda tiba pada tahapan ini, maka bersyukurlah jika memiliki koneksi internet yang cepat dan tidak dibatasi oleh kuota.

Saya rasa, laptop mungil ini sudah memenuhi semua yang diminta oleh istri untuk persiapan kuliahnya besok. Lalu apa yang belum? Ya tentu saja mengisi perangkat lunak (software) ke dalamnya.

Untuk aplikasi perkantoran saya tidak memilih memasangkan Microsoft Office 2016 – karena anggaran kami terbatas. Tapi saya memberikan FreeOffice 2016 sebagai gantinya yang bisa menyesuaikan dengan berkas-berkas Microsoft Office. Saya juga menambahkan LibreOffice sebagai perkantoran, karena saat ini berkas terbuka merupakan standar nasional dan internasional.

Saya juga memberikan Scribus untuk membantu membuat dokumen publikasi. Dan untuk mengerjakan berkas statistik, kami tidak mungkin membeli lisensi SPSS yang mahal itu. Oleh karenanya saya sisipkan alternatif PSPP yang merupakan open source alternatif. Untuk membuat bagan diagram alir, saya tambahkan Pencil. Aplikasi grafis, walau tidak dirasa terlalu perlu, saya tambahkan GIMP 2 (alternatif bagi Adobe Photoshop) dan Inkscape (alternatif bagi CorelDraw).

Untuk keamanan, saya masih memilihkan Avast Free Antivirus. Dengan sejumlah aplikasi perkakas tambahan seperti: CCleaner, Peazip, ISO Workshop, True Burner. Sedangkan untuk multimedia saya menambahkan aplikasi pemutar suara/musik AIMP dan untuk video/film menggunakan VLC Media Player.

Maka saya rasa netbook ini telah siap pakai.

Sebagai tambahan, hal lain yang saya juga sukai adalah HP Pavilion x360 memiliki palm rest yang relatif sejuk, sehingga untuk mengetik lama akan sangat nyaman. Serta dukungan port RJ 45 yang pada netbook kovertible jarang tersedia, namun kadang sangat esensial. Memiliki dua buah porta USB 3.0 sangat menyenangkan.

Saya tahu dengan harga yang setara, kami bisa mendapatkan notebook dengan spesifikasi lebih tinggi. Tapi untuk HP Pavilio x360, saya rasa harganya (yang kebetulan dapat lebih murah saat pameran) bisa dikatakan sesuai dengan nilai yang didapat.

Iklan


14 tanggapan untuk “Netbook Pelajar HP Pavilion x360”

  1. hmm… kayaknya bisa jadi pertimbangan. tpi aku lebih seneng laptop pakai ssd. ada yg ssd tapi nggak isi port lan..

    Suka

    1. Kalau hanya akan digunakan dalam jangka waktu di bawah 10 tahun, HDD masih pilihan O.K.

      Disukai oleh 1 orang

    2. iya sih.. tapi pakai ssd lebih kenceng

      Suka

  2. sepertinya ini laptop idaman saya, tapi kalau engga salah ada yg i3 core deh, tapi sayangnya di sini udah abis 😦 … 😀 .. yah seiring umur (dan juga kantong) saya lebih mementingkan kegunaan dan juga ekonomis sebuah barang 😆 .. No More Macbook Dream … yang penting kalau untuk laptop pribadi itu bisa nge-Linux *tetep :mrgreen:

    Next Time Baby! kalau Asus ini udah tidak bisa lagi berlinux ria maka saya akan mengganti dengan yang seperti ini, mengingat keyboard HP ataupun Acer jauh lebih nyaman daripada Asus yg memang jauh lebih murah sih ….

    Suka

    1. Jangan lupa SSD 😊

      Walau pakai DOS, yang penting SSD – biar bisa berumur panjang. Tapi biasanya yang KO duluan malah mainboard 😡

      Suka

    2. SSD lebih panjang dari HD Konvensional? bukannya masa guna SSD lebih rendah dari HDD?

      Suka

    3. Masa? Kok seingat saya SSD lebih awet dibanding HHD? 😮

      Suka

    4. kurang tahu teknologi sekarang ya mas :mrgreen: … saya pernah baca di CHIP 2009 lalu (kalau engga salah) SSD saat itu memiliki lifespan yg lebih rendah dari HDD konvensional … mungkin sudah berubah juga teknologinya …

      Suka

    5. Saya bandingkan flash disk sama disket 😃

      Suka

    6. ya gak bisalah :mrgreen: kan beda jenis … yg satu teknologi zaman kuda, yg satu udah usb … 😆 …
      tapi saya pernah punya pengalaman sama SSD jadul (2011) di Vaio … saya dapat pinjaman kantor, disuruh milih antara Vaio 11 inchi dgn dell 14 inci 2 kilo ya saya pilih yg kecil 😆 …
      emang sih pertama kali make (tahun 2013, laptop bekas boss) cepet banget. terutama untuk booting ke win7 dibawah 30 detik (intel i5 core ULV loh), dibanding yg conventional yg udah i5 Core pun masih lelet.

      tapi seiring waktu, mungkin karena di abuse sama saya :mrgreen: donlot torrent 10GB tiap hari, copy paste, cut ke harddisk external saya, itu laptop semakin lambat, dan akhirnya sebelom setahun sama kantor di tarik 😆
      sayang banget 😦

      Suka

    7. ternyata emang sudah berubah bli teknologinya 🙂 sukurlah saya bisa tenang kalau nanti beralih ke SSD … http://www.makeuseof.com/tag/hard-drives-ssds-flash-drives-how-long-will-your-storage-media-last/

      Suka

    8. Tapi ya itu Mas, mahal…

      Suka

    9. Iya, harga 256GB bisa seharga netbook yg kita punya :mrgreen:

      Suka

    10. He he… Kalau beli dalam dua tiga tahun ke depan. Anggarannya cuma bisa sebatas HHD Mas 😆

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: