Mengapa Membeli Monitor Bekas

Sudah melirik meja kerja saya yang sebelumnya? Karena istri menambah mengonggokkan dua buah alat fitnes besar ke ruangan yang sama, tempat saya jadi kecil dan sempit. Terlalu banyak layar justru membuat pusing. Sehingga saya merasa perlu sesuatu yang membuat suasana agak lapang.

Mengapa tidak menambah satu monitor lagi seperti ketika dulu saya bekerja dengan nyaman?

Tapi saya tidak punya banyak yang bisa saya belanjakan. Saya sebenarnya ingin sekali punya monitor keluaran BenQ yang cerdas itu. Yang aman di mata dan nyaman digunakan dalam jangka waktu lama. Apa daya, dompet tak sampai.

Akhirnya saya pun melirik sejumlah monitor bekas yang dijual di niaga elektronik Tokopedia.

Saya bolak-balik beberapa pekan, belum juga ketemu yang saya inginkan. Value for money-nya banyak yang tidak nyaman untuk diklik. Dan ternyata tidak banyak yang menjual monitor secondhand.

Saking lamanya ndak pakai komputer, saya mungkin lupa, kalau monitor tidak rusak-sak, ndak bakalan diganti tuh.

Akhirnya saya menemukan sebuah toko yang jualannya hanya dua biji monitor, dan baru dipakai sebulan katanya. Saya curiga itu barang sejenis bekas review di YouTube atau sejenisnya. Para pengulas gawai biasanya menjual barang mereka di niaga elektronik ketika telah selesai diulas. Karena fungsinya mungkin sudah tidak mereka perlukan.

Beda sama saya, yang beli barang untuk dipakai, baru kemudian diulas di blog.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada monitor LG 25″ layar lebar, barang bekas dengan harga miring. Singkat kata, lansung saya ambil dan minta dikirim pakai kargo, biar hemat.

LG 25UM58 UltraWide

Walau bekas, tapi seperti baru. Mengingatkan saya ketika beli ponsel Realme XT bekas juga dulu, yang sudah delapan bulan saya pakai dengan sangat puas.

Saya berharap monitor bekas ini juga nantinya awet. Karena saya tidak punya anggaran lagi jika ternyata tidak awet.

Saya memang sengaja mengincar monitor yang jenis ultra-wide, karena sekalian beli satu monitor serasa dapat dua. Toh, harganya aslinya di pasaran tidak jauh berbeda. LG 25UM58 adalah monitor layar ultralebar yang paling murah di pasaran, sudah beredar sejak beberapa tahun yang lalu. Dan saya bisa dapat harga yang jauh lebih murah, dari orang yang berbaik hati mau melepas monitor bagus ini.

Saya sudah cek untuk kondisi fisik dan pemakaiannya. Kondisi fisik sangat baik, serta selama pemakaian dalam beberapa jam non-stop tidak ada kendala.

Barang bekas bukan berarti tidak baik untuk digunakan. Fungsinya seringkali mengejutkan, karena bisa lebih baik dari dugaan semula.

Sayangnya, pembelian monitor ini tidak tanpa kekurangan. Karena saya juga berarti harus menyiapkan papan tik dan tetikus tersendiri, yang menyulut emosi istri, karena dianggap pemborosan 😭. Membuat saya tidak habis pikir bagaimana nasib para suami yang besok dapat kiriman PlayStation 5.

2 tanggapan untuk “Mengapa Membeli Monitor Bekas”

    • Betul, itu bikin deg-degan. Apalagi kalau dapat penawaran harga yang sangat miring. Antara tergiur dan ragu. Bisa bikin kepala senut-senut, setelah beli belum tahu barangnya bakal bagus atau ndak. Akhirnya, nunggu barang datang sampai unboxing, bikin hidup seperti rollercoaster 😂

      Suka

Tinggalkan Balasan ke q.thrynx Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.