A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Entah kenapa – mungkin karena hukum alamnya – manusia juga memiliki kebiasaan menekan yang lemah. Walau bisa dikatakan untuk bertahan hidup, kadang kita berebut sumber daya yang terbatas. Namun semua itu tampaknya bukan berujung hanya pada sekadar tentang bertahan hidup.

Kadang untuk bahkan hanya sekadar untuk memenuhi kepuasan yang sama tidak esensial, manusia pun bisa menekan yang lemah – menekan sesamanya. Keuntungan material dan imaterial kadang menjadi segala-galanya yang dipuja, menyingkirkan apa yang disebut kemanusiaan itu jauh di belakang.

Larva on Notebook

Bahkan ketika orang menempatkan sebuah senyum “kewajiban” pada kliennya, maka itu adalah bentuk penekanan yang paling tak kentara.

Menekan yang lemah hanya memberi kepuasan bagi mereka yang melepas kemanusiaannya yang murni.

Jika kita merasakan kesetaraan akan kemanusiaan itu sendiri, maka kita tidak akan merasa lebih kuat ataupun ada yang lebih lemah di antara kita. Dan mungkin dengan demikian kita akan menemukan kealamian untuk tidak menekan sesama kita, karena penekanan bermakna kekerasan yang hanya saja tampak lebih lembut.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar