A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Tahun ini genap tujuh puluh tiga tahun Indonesia menyatakan kemerdekaannya, sebagai sebuah negara dan bangsa yang besar, dari Sabang hingga Merauke. Sebagai warga negara yang lahir di era kemerdekaan, saya cukup beruntung ‘menikmati’ era ‘perdamaian’ dan ‘pembangunan’ di Indonesia. Akses terhadap kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan hingga hiburan rakyat bisa kami dapatkan walau secara sederhana.

Namun ketika masa-masa itu, ada hal-hal yang saya tidak ketahui, sejarah kelam negeri ini pasca kemerdekaan, hingga hal-hal terkait kesenjangan sosial. Yang semua itu perlahan saya ketahui setelah saya beranjak dewasa. Negeri ini besar, namun negeri ini kuat, namun juga rapuh.

Selayaknya ketika merah putih berkibar di seluruh penjuru nusantara, jiwa Indonesia hadir di setiap jengkal tanah air kita.

Sebagai warga negara, saya menyadari bahwa agar negara dapat hadir bagi rakyatnya, maka rakyat terlebih dahulu harus dapat hadir bagi negara.

Maka pertanyaan ini akan selalu ada dari waktu ke waktu, adakah saya – kita telah hadir bagi negara kita?

Dirghayu ke-73 bagi negeriku tercinta.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar