Hampir dua dekade pertama kehidupan saya, saya besar di Bali, dan hampir dua dekade berikutnya, saya menetap di Yogyakarta. Saya akan mengungkapnya sebagai berikut.
Sore itu, langit Yogyakarta diselimuti awan jingga yang indah. Matahari perlahan tenggelam di cakrawala, menyisakan cahaya keemasan yang memantul di permukaan sungai yang mengalir jernih.
Di antara sawah terasering yang hijau, terdengar suara seruling yang merdu. Suaranya menembus keheningan sore hari, membawa kenangan masa lalu.
Aku teringat saat masih kecil, bermain layangan bersama teman-teman di sawah ini. Kami akan memanjat pohon kelapa untuk menerbangkan layang-layang kami setinggi mungkin. Saat angin bertiup kencang, layang-layang kami akan terbang tinggi, seolah-olah menyentuh langit.
Suara seruling itu membawaku kembali ke masa-masa itu. Aku membayangkan diriku kembali menjadi anak kecil, bebas bermain dan bergembira.
Aku melihat beberapa anak sedang bermain layangan di sawah. Mereka tampak begitu bahagia, tertawa dan berlarian mengejar layang-layang mereka.
Aku tersenyum, melihat mereka. Mereka mengingatkanku akan masa kecilku yang penuh keceriaan.
Suara seruling itu terus terdengar, membawaku kembali ke masa lalu. Aku menutup mata, menikmati suaranya yang merdu.

Kenangan yang Tak Terlupakan
Suara seruling itu telah lama hilang, tetapi kenangan masa kecilku di sawah ini akan selalu terukir di hatiku. Kenangan itu adalah kenangan yang tak terlupakan, penuh keceriaan dan kebahagiaan.
Kenangan itu mengingatkanku akan betapa indahnya masa kecilku, saat aku masih bebas bermain dan bergembira. Kenangan itu juga mengingatkanku akan pentingnya menikmati hidup, sekecil apa pun itu.
Saat aku mendengar suara seruling itu, aku selalu merasa damai dan bahagia. Suara itu membawaku kembali ke masa lalu, ke masa-masa yang penuh keceriaan dan kebahagiaan.

Tinggalkan komentar