A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

  1. Pendahuluan
  2. Memahami Sistem Kelistrikan Jantung
  3. Jenis-jenis Aritmia
    1. 1. Aritmia Supraventrikular
    2. 2. Aritmia Ventrikular
    3. 3. Bradikardia
    4. 4. Kanalopatik Jantung
  4. Patofisiologi Aritmia
  5. Epidemiologi dan Beban Global
  6. Diagnosis Aritmia
  7. Pengelolaan dan Terapi Aritmia
    1. Terapi Farmakologi
    2. Terapi Non-Farmakologi
    3. Defibrilasi Sekuensial Ganda
  8. Perkembangan Terkini: Terapi Terarah Genetik
  9. Kesimpulan
  10. Referensi
  11. Catatan Kaki

Pendahuluan

Jantung berdetak dengan ritme yang teratur sepanjang hidup kita, memompa darah ke seluruh tubuh dengan keteraturan yang luar biasa. Namun, pada sebagian orang, irama detak jantung ini dapat terganggu—kondisi yang dikenal sebagai aritmia atau cardiac arrhythmia1. Aritmia bukan sekadar jantung berdebar kencang saat gugup atau berolahraga, melainkan gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang dapat bervariasi dari yang ringan hingga mengancam nyawa.

Memahami aritmia menjadi semakin penting mengingat prevalensinya yang terus meningkat di seluruh dunia, terutama seiring dengan penuaan populasi dan meningkatnya faktor risiko kardiovaskular.

Memahami Sistem Kelistrikan Jantung

Untuk memahami aritmia, kita perlu mengenal terlebih dahulu bagaimana jantung bekerja. Jantung memiliki sistem kelistrikan alami yang mengatur detak jantung. Impuls listrik dimulai dari nodus sinoatrial2 (sinoatrial node atau SA node) di atrium kanan, kemudian menyebar ke seluruh atrium, dilanjutkan ke nodus atrioventrikular3 (atrioventricular node atau AV node), dan akhirnya ke ventrikel melalui berkas His dan serabut Purkinje.

Sistem komunikasi antar sel jantung ini sangat kompleks. Berdasarkan publikasi ilmiah dari PubMed, protein koneksin 40 (Connexin 40 atau Cx40) memainkan peran penting dalam komunikasi intersel dan sinkronisasi listrik jantung, terutama di atrium (DOI). Gangguan pada ekspresi Cx40 dapat mengganggu konduksi listrik atrium dan mempromosikan remodeling struktural atrium, yang berkontribusi pada patogenesis aritmia.

Jenis-jenis Aritmia

Aritmia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan karakteristiknya:

1. Aritmia Supraventrikular

Fibrilasi Atrium (Atrial Fibrillation atau AF) merupakan aritmia klinis yang paling umum terjadi. Pada kondisi ini, atrium bergetar secara tidak teratur dan tidak efektif, menyebabkan irama jantung yang kacau. Menurut data dari PubMed, beban global fibrilasi atrium onset dini (usia di bawah 65 tahun) telah meningkat secara signifikan dalam tiga dekade terakhir. Dari tahun 1990 hingga 2021, prevalensi yang disesuaikan dengan usia, insiden, dan tingkat Disability-Adjusted Life Years4 (DALYs) untuk AF onset dini meningkat dengan laju perubahan persentase tahunan rata-rata masing-masing 0,14%, 0,11%, dan 0,07% (DOI).

Flutter Atrium (Atrial Flutter) adalah kondisi di mana atrium berdetak sangat cepat namun dengan pola yang lebih teratur dibandingkan fibrilasi atrium.

2. Aritmia Ventrikular

Takikardia Ventrikular (Ventricular Tachycardia atau VT) adalah detak jantung yang sangat cepat yang berasal dari ventrikel. Kondisi ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih berbahaya.

Fibrilasi Ventrikular (Ventricular Fibrillation atau VF) adalah aritmia yang paling mengancam nyawa, di mana ventrikel bergetar secara tidak teratur dan tidak dapat memompa darah secara efektif. Kondisi ini dapat menyebabkan henti jantung mendadak5 (sudden cardiac arrest) jika tidak segera ditangani.

3. Bradikardia

Kondisi di mana jantung berdetak terlalu lambat, biasanya kurang dari 60 kali per menit. Salah satu bentuknya adalah blok jantung kongenital (congenital heart block atau CHB), sebuah aritmia janin langka yang diakibatkan gangguan pada sistem konduksi listrik jantung. Berdasarkan publikasi PubMed, CHB sering dikaitkan dengan autoantibodi maternal atau kelainan jantung bawaan (DOI).

4. Kanalopatik Jantung

Sindrom QT Pendek (Short QT Syndrome) adalah kelainan aritmia bawaan yang ditandai dengan repolarisasi yang dipercepat dan interval QT yang pendek pada elektrokardiogram. Kondisi ini membawa risiko tinggi aritmia atrium dan ventrikular, termasuk henti jantung mendadak. Mutasi genetik teridentifikasi pada 20-30% kasus, paling sering pada gen kanal kalium (KCNH2, KCNQ1, KCNJ2) (DOI).

Patofisiologi Aritmia

Aritmia terjadi akibat gangguan pada pembentukan atau penghantaran impuls listrik jantung. Beberapa mekanisme yang mendasari meliputi:

Otomatisitas Abnormal: Sel-sel jantung di luar SA node menghasilkan impuls listrik secara spontan, menciptakan detak jantung yang tidak normal.

Aktivitas Pemicu: Depolarisasi tambahan yang terjadi sebelum sel jantung selesai memulihkan diri sepenuhnya.

Mekanisme Reentry: Impuls listrik berputar dalam jalur sirkular, menciptakan aktivitas listrik yang terus menerus dan tidak normal.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa proses inflamasi memainkan peran penting dalam patogenesis aritmia, khususnya fibrilasi atrium. Studi menggunakan Positron Emission Tomography6 (PET) dari PubMed menunjukkan bahwa pasien dengan AF memiliki nilai Standardized Uptake Value7 (SUV) maksimum yang secara signifikan lebih tinggi di atrium kiri, apendiks atrium kiri, atrium kanan, dan apendiks atrium kanan, menunjukkan adanya aktivitas inflamasi yang meningkat (DOI).

Epidemiologi dan Beban Global

Aritmia, khususnya fibrilasi atrium, menimbulkan beban kesehatan yang signifikan secara global. Yang mengejutkan, peningkatan beban penyakit tidak hanya terjadi pada populasi lansia. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa populasi pertumbuhan menyumbang 89% dari peningkatan kasus AF onset dini, diikuti oleh penuaan (17%) dan peningkatan prevalensi spesifik usia (7%). Tekanan darah sistolik tinggi menjadi faktor risiko utama, berkontribusi 13,04 DALYs per 100.000 populasi (DOI).

Hubungan antara AF onset dini dan kardiomiopati juga semakin diakui, dengan AF onset dini dipandang sebagai penanda potensial kardiomiopati yang memerlukan perhatian khusus dalam strategi pencegahan dan penanganan.

Diagnosis Aritmia

Diagnosis aritmia melibatkan beberapa pemeriksaan:

Elektrokardiogram (EKG): Pemeriksaan standar yang merekam aktivitas listrik jantung. EKG dapat mendeteksi berbagai jenis aritmia dan kelainan konduksi.

Holter Monitor: Perangkat EKG portabel yang dipakai selama 24-48 jam atau lebih untuk merekam irama jantung sepanjang aktivitas sehari-hari.

Event Recorder: Alat yang dapat diaktifkan pasien saat merasakan gejala untuk merekam irama jantung pada saat tersebut.

Studi Elektrofisiologi: Prosedur invasif yang menggunakan kateter untuk memetakan sistem listrik jantung secara detail.

Pencitraan Lanjutan: Ekokardiografi, MRI jantung, atau PET scan dapat membantu mengidentifikasi kelainan struktural atau proses inflamasi yang mendasari aritmia.

Pengelolaan dan Terapi Aritmia

Pengelolaan aritmia disesuaikan dengan jenis, keparahan, dan kondisi medis yang mendasari:

Terapi Farmakologi

Obat Antiaritmia: Berbagai kelas obat dapat digunakan untuk mengontrol irama jantung atau memperlambat detak jantung. Untuk Sindrom QT Pendek, kuinidin (quinidine) merupakan agen yang paling mapan untuk perpanjangan QT dan supresi aritmia (DOI).

Antikoagulan: Untuk mencegah pembentukan bekuan darah pada pasien fibrilasi atrium, mengurangi risiko stroke.

Terapi Non-Farmakologi

Kardioversi: Prosedur untuk mengembalikan irama jantung normal menggunakan kejutan listrik atau obat-obatan.

Ablasi Kateter: Prosedur invasif minimal yang menggunakan energi (radiofrekuensi atau krioablasi) untuk menghancurkan area kecil jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.

Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD): Perangkat yang ditanamkan untuk mendeteksi dan menghentikan aritmia ventrikular yang mengancam nyawa. Rekomendasi pemasangan ICD untuk pencegahan primer bervariasi antar panduan internasional, dengan tingkat kesepakatan yang rendah ditemukan antara pedoman European Society of Cardiology (ESC) 2023 dan pedoman American Heart Association/American College of Cardiology (AHA/ACC) 2024, terutama pada kasus kardiomiopati hipertrofik (DOI).

Pacemaker: Perangkat yang ditanamkan untuk membantu mengatur detak jantung pada kasus bradikardia atau blok jantung.

Defibrilasi Sekuensial Ganda

Untuk fibrilasi ventrikular yang refrakter, yang tidak merespons upaya defibrilasi standar, Double Sequential External Defibrillation8 (DSED) telah diusulkan sebagai strategi alternatif. Uji klinis acak DOSE VF menunjukkan perbaikan hasil pada pasien dengan fibrilasi ventrikular refrakter yang tidak merespons upaya defibrilasi standar (DOI).

Perkembangan Terkini: Terapi Terarah Genetik

Era baru terapi untuk aritmia bawaan telah dimulai dengan kemajuan pemahaman genetik dan mekanisme penyakit. Menurut publikasi terbaru dari PubMed, beberapa agen terapi novel telah dikembangkan dan diuji dalam model praklinik, dan beberapa telah mencapai tahap uji klinis bahkan persetujuan klinis dengan hasil yang menjanjikan (DOI).

Terapi baru ini berasal dari berbagai kelas terapeutik, termasuk:

  • Molekul kecil (small molecules)
  • Oligonukleotida antisense (antisense oligonucleotides)
  • RNA interferen kecil (small interfering RNAs)
  • Terapi gen yang dimediasi virus adeno-associated
  • Penyuntingan gen in vivo (in vivo gene editing)

Secara kolektif, terapi-terapi ini menjanjikan revolusi dalam pengelolaan pasien dan keluarga mereka yang terkena dampak kardiomiopati dan sindrom aritmia bawaan.

Kesimpulan

Aritmia merupakan spektrum gangguan irama jantung yang luas, mulai dari yang bersifat jinak hingga yang mengancam nyawa. Kemajuan dalam pemahaman patofisiologi aritmia, termasuk peran inflamasi, kelainan genetik, dan remodeling struktural, telah membuka jalan bagi pendekatan diagnostik dan terapeutik yang lebih presisi.

Beban global aritmia, terutama fibrilasi atrium onset dini, terus meningkat dan memerlukan strategi pencegahan yang lebih baik. Faktor risiko seperti hipertensi, kardiomiopati, dan predisposisi genetik harus diidentifikasi dan dikelola secara optimal.

Terapi aritmia telah berkembang pesat, dari obat-obatan konvensional hingga terapi gen yang canggih. Pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli jantung, ahli elektrofisiologi, ahli genetik, dan profesional kesehatan lainnya sangat penting untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan personal.

Deteksi dini, penilaian risiko yang akurat, dan intervensi yang tepat waktu tetap menjadi kunci untuk meningkatkan hasil klinis dan kualitas hidup pasien dengan aritmia. Penelitian yang berkelanjutan dan kolaborasi internasional akan terus membentuk masa depan pengelolaan aritmia yang lebih baik.


Referensi

Artikel ini disusun berdasarkan publikasi ilmiah terbaru dari PubMed dan sumber-sumber terpercaya:

  1. Ryan T, Roberts JD. Emerging Targeted Therapies for Inherited Cardiomyopathies and Arrhythmias. Heart Fail Clin. 2026;22(1):107-117. DOI
  2. Shojaei S, et al. The role of cardiac positron emission tomography in prediction of atrial fibrillation rhythm: A systematic review and meta-analysis. Heart Lung. 2025;75:125-135. DOI
  3. Jimenez E, et al. Congenital Heart Block. Clin Perinatol. 2025;52(4):709-729. DOI
  4. Tan RB, Shah MJ. Cardiac Channelopathies in the Pediatric Patient: Short QT Syndrome. Card Electrophysiol Clin. 2025;17(4):645-650. DOI
  5. Kirkegaard BL, et al. Double sequential defibrillation: is it ready for prime time? Curr Opin Crit Care. 2025;31(6):701-706. DOI
  6. Yan F, et al. Connexin 40 in atrial fibrillation: pathophysiological roles and regulatory mechanisms. Ann Med. 2025;57(1):2578728. DOI
  7. Lu Y, et al. Global burden of early-onset atrial fibrillation and flutter: Population based study. Int J Cardiol. 2025;442:133862. DOI
  8. Scolari FL, et al. Low Agreement Among Guidelines for Primary Prevention Implantable Cardioverter-Defibrillator Recommendations in Hypertrophic Cardiomyopathy. Am J Cardiol. 2024;236:86-91. DOI

Catatan Kaki

  1. Aritmia jantung (cardiac arrhythmia): Gangguan irama atau kecepatan detak jantung yang tidak normal ↩︎
  2. Nodus sinoatrial: Sekelompok sel khusus di atrium kanan yang berfungsi sebagai “pacu jantung” alami, menghasilkan impuls listrik yang mengatur detak jantung ↩︎
  3. Nodus atrioventrikular: Sekelompok sel yang mengatur penghantaran impuls listrik dari atrium ke ventrikel ↩︎
  4. Disability-Adjusted Life Years (DALYs): Ukuran beban penyakit yang menggabungkan tahun hidup yang hilang akibat kematian dini dan tahun hidup dengan disabilitas ↩︎
  5. Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest): Kondisi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak secara efektif ↩︎
  6. Positron Emission Tomography (PET): Teknik pencitraan yang menggunakan zat radioaktif untuk memvisualisasikan aktivitas metabolik dan inflamasi dalam jaringan ↩︎
  7. Standardized Uptake Value (SUV): Nilai standar yang mengukur tingkat penyerapan zat radioaktif dalam jaringan pada pemeriksaan PET scan ↩︎
  8. Double Sequential External Defibrillation (DSED): Teknik defibrilasi menggunakan dua defibrilator secara berurutan untuk fibrilasi ventrikular yang sulit diatasi ↩︎

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

Tinggalkan komentar