Bagi mereka yang memiliki hewan peliharaan pastilah terdapat kegemarannya masing-masing. Hobi setiap orang berbeda dan beragam. Mulai dari koleksi ikan hias, burung yang berkicau, hewan-hewan eksotis yang diburu para kolektor. Kita menyukainya setidaknya karena satu hal, mereka menarik bagi kita.
Namun demikian, aku bukanlah salah satu pendukung pembudidayaan hewan hias, binatang peliharaan, atau pun perburuan spesies langka. Walau pun bukan juga aktivitas perlindungan hak-hak hewan, namun aku lebih suka melihat yang berada tidak dalam penangkaran (baca: penyangkaran). Akibat hobi tangkar menyangkar ini, hewan-hewan telah diburu, dan diambil paksa dari habitat aslinya, di mana mereka hidup bebas, sehingga kita juga bertanggung jawab atas kepunahan dan penurunan drastis populasi binatang-binatang unik ini di alam bebas. Jangan lupa, seluruh kehidupan di muka bumi terkait dalam sebuah rantai yang saling terhubung, memerlukan, dan menyeimbangkan, karena itulah kita belajar mengenai jaring-jaring kehidupan saat di sekolah. Keegoisan kita untuk memiliki akan membuat rantai itu rusak, keropos atau bahkan putus, sehingga akan mengganggu keseimbangan yang ada di alam, sebuah keseimbangan yang dibangun dalam waktu jutaan tahun, a beautiful balance. Pun demikian, aku sama sekali tidak menentang domestisasi (bener ga ya nulisnya) hewan-hewan yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, kepentingan kehidupan tentunya. Masyarakat sedari dulu melakukannya dengan tanpa merusak alam, seperti kerbau yang digunakan untuk menggarap sawah, merpati guna mengirimkan pesan, dan sebagainya, namun aku katakan tidak pada hal-hal yang tidak termasuk dalam kode etik domestisasi, misalnya jangkrik atau ayam untuk aduan.
Tentunya juga ada domestisasi yang dikenal sebagai felix domesticus, itulah salah satu yang paling kusukai. We are cat lover. Sayangnya aku sama sekali tidak memelihara kucing, hal ini sederhana jika kukatakan tidak akan mengambil sesuatu yang tak bisa kujaga, mana ada mahasiswa yang sempat hidup dalam kos-kosan sempat-sempatnya memelihara kucing (walau sebenarnya sih ada bagi yang memiliki sokongan moneter cukup, atau bagi yang dengan senang hati meluangkan waktunya untuk hewan-hewan manis ini). Terkadang kami hanya membiarkan mereka berlalu lalang di sekitar hunian, memberikannya makan jika sempat, tempat berteduh, tapi setelah itu akan melenggang pergi. Tentu saja jika bisa meluangkan waktu bersama spesies yang memiliki banyak legenda ini adalah hal yang menyenangkan, dan tentu saja bukan berarti kita tak memperhatikan bahwa apa yang disebut masyarakat sebagai wild cat (~ kucing liar), acap kali menjadi reservoir alias perantara bahkan inang dari berbagai kuman penyakit, anggap saja yang paling trend adalah toxoplasma, yang jika menginfeksi pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian janin. Aware with the consequences we can share something precious. Walau pun demikian tidak semua orang menyukai kucing (ini termasuk sebagian dari kebebasan beraspirasi dan menyatakan pendapat), seperti ketika seorang sahabat yang menegur tetangga saat membeli seekor Persian, “Ya… ampun, kucing koq wajahnya jelek banget”, tentu saja ia akan mendapat jawaban, “Iya lah, yang jelek itu bikin mahal”. Aku hanya bisa tertawa dalam hati, soal penyayang binatang boleh sama, tapi selera hmmm…, masing-masing orang mungkin memiliki pilihannya.
Suci,
Ah, bilang saja pingin lihat foto dia lagi :p
Sekarang mungkin lebih imut dari piggy :lol:.
SukaSuka
ye…ngeles aja… harusnya kmu poto sama tokek, tikus , n cicak… warisan pria ganteng itu.. hohohoho…
SukaSuka
Mana si chihuahua…?
SukaSuka
Suci,
Oh, dia sedang puasa, ndak mau diganggu katanya :p.
SukaSuka