Terkadang kepercayaan manusia mencari menipis dan lenyap bersama dengan hadirnya ambisi dalam kehidupannya, sedemikian hingga ambisi itu seakan meluas hingga ke tapal-tapal yang tak memiliki batasan.
Dikisahkan lah seorang kaya raya yang memiliki seorang putri, namun oleh suatu kondisi yang kita sebut keadaan, si anak ini tumbuh dengan memiliki hidung yang pesek. Dan laki-laki biasanya menjauhinya. Si ayah ingin anaknya mendapatkan seorang pasangan hidup, namun tentunya setiap orang yang dikenalkan pada putrinya akan menolak dengan berbagai cara. Saat itu belumlah ada apa yang kita kenal sebagai cosmetic surgery (bedah plastik kecantikan) seperti sekarang.
Namun tampaknya upayanya berhasil juga setelah ia membuat dan menyebarkan pengumuman bahwa orang yang bersedia menikah dengan putrinya akan mendapatkan uang dan harta dalam jumlah yang melimpah. Pernikahan pun diselenggarakan, dan mereka hidup menjadi pasangan yang baik, serta memiliki rasa bakti kepada Tuhan.
Pasangan ini sering kali bepergian untuk berziarah, dan mengunjungi berbagai tempat suci untuk melakukan kebaktian, mandi di berbagai sungai suci. Kepercayaan pada Tuhan semakin tumbuh pada diri mereka seiring dengan berjalannya waktu.
Suatu ketika mereka bertemu dengan orang suci, dari perbincangan orang suci itu mengatakan bahwa hanya Beliau yang menciptakan hidung pesek itu sajalah yang bisa mengubahnya. Hal ini terungkap karena walau pun mereka kaya, namun si wanita tidaklah selalu berbahagia. Wanita ini terbiasa merasa bahwa orang-orang yang memandangnya akan menertawakannya. Ia pun memberi saran pada suaminya sebaiknya mereka pergi ke Himalaya yang sunyi dan tinggal di setidaknya sebulan di sana, tinggal dalam kesunyian.
Suaminya pun setuju, dan mereka berangkat serta tinggal di Himalaya. Wanita tersebut memiliki hasrat yang luar biasa agar hidungnya normal sebagaimana orang-orang kebanyakan, sedemikian hingga ia berdoa dengan bersungguh-sungguh. Oleh karena nasibnya yang mujur, Tuhan menampakkan diri dan bertanya apakah yang diinginkannya. Ia pun meminta dianugerahi hidung yang besar dan bagus. Tuhan bersabda, jadilah demikian, dan menganugerahi hadiahnya.
Segera setelah Tuhan lenyap kembali, si wanita pun melihat wajahnya. Ia melihat hidungnya yang besar dan merasa lebih jelek daripada sebelumnya. Ia berdoa kembali dengan lebih bersungguh-sungguh, maka Tuhan menampakkan diri lagi dan bertanya apakah yang ia kehendaki. Katanya ia tidak menghendaki hidung yang besar tersebut. Tuhan bersabda, terjadilah demikian, dan mengabulkan permintaannya. Tiba-tiba ia sadar hidungnya telah lenyap sama sekali.
Kisah ini seakan mengingatkan kita kembali, bahwa manusia memiliki begitu banyak bentuk keinginan dan ambisi. Namun kebanyakan ambisi itu begitu abstrak, sebagaimana pula pikiran manusia yang tidak pernah tetap dan selalu bergerak. Jika pun Tuhan hadir di hadapanmu, bermain dan berbicara denganmu, namun engkau tak pernah tahu dengan sejatinya apa yang kau minta.
Adaptasi dari Chinna Katha I.7
Tinggalkan Balasan