Senin siang saya didatangi oleh Ibu Kost, beliau membawa satu buah amplop ukuran folio ganda dan tampak begitu antusias. Pertama kata-kata beliau yang saya tangkap adalah “Ada kiriman…” saya kemudian pikir kenapa kiriman bukannya surat? Lalu lanjutannya, “… dari Pekalongan.” Lalu dengan cepat pikiranku beralih, ah iya, itu sudah jelas.
Aku membaca alamat pengirimnya dari Mbak Lia – tentunya tidak lain pemilik AliazBlog – di Pekalongan. Sebuah baju batik berwarna dasar hijau tua yang sangat khas motif kota Pekalongan terbungkus rapi dalam lembar plastik transparan. Saya melepas dari bungkusnya dan melihat serta mengagumi desainnya yang unik.
Lalu saya memberikannya pada Ibu Kost untuk melihat sejenak, yah…, saya mengerti mengapa beliau begitu antusias, karena mungkin butik kecil-kecilan miliknya di depan sana. Tampaknya ia berminat jual beli berbagai busana, termasuk Batik Pekalongan.
Saya mendapatkan batik ini dari Mbak Lia, dalam rangka “Ekspresi Puisi Cinta Satu Bait” yang diikuti oleh begitu banyak narablog sebagaimana yang dapat dilihat di halaman “Puisi Cinta Satu Bait” yang lebih dari seratus judul. Hingga akhirnya, “7 Untai Awan Kosong” yang saya tulis dipilih Mbak Lia pada “5 Puisi Terpilih (Sesi 1)”.
Saya sebenarnya tidak pernah mengikuti kompetisi. lomba blog atau pun sejenisnya. Namun saya memiliki ketertarikan dalam sastra, jadi waktu itu saya berpikir tidak ada salahnya untuk turut serta.
Namun celetuknya kemudian membuyarkan perjalanan pikiran saya yang “ngalor-ngidul”, dia bilang bahwa rasanya batik ini agak kekecilan buat saya. Kaget juga, karena saya juga agak ragu saat memberikan ukuran baju dulu pada Mbak Lia. Maklum selama 6 tahun di Jogja saya tidak pernah membeli baju sendiri, baju kuliah dan sehari-hari hampir semua dikirimkan dari Bali oleh orang tua, dan percayalah pakaian saya tak banyak berubah dari dulu, sehingga teman-teman sering protes kalau baju saya yang itu-itu saja.
Saya sampai tidak sadar berapa ukuran baju saya. Kemudian saya lihat batik itu berukuran L. Saya pun mencobanya…
Tapi…, humps…, sesak dan sangat nge-pas. Aku kaget dan bilang, apa bajunya menyusut di perjalanan, namun sial – Si Arie melihatnya dan dengan spontan bilang, “Bukan bajunya yang nyusut, tapi badanmu yang ngembang!” Gubrak…, tak elak seisi kost pun tertawa terbahak-bahak. Rasanya aku siap dijadikan pengganti Po untuk syuting film animasi Kungfu Panda yang berikutnya.
Ibu Kost pun menyarankan diberi sama adik saja yang masih pas, hiks…, walau harus menelan ludah, rasanya kalau dipakai adik saya pasti akan lebih pas dan mantap.
Karena tidak mungkin saya berpose dengan batik yang super nge-pas dan membuatku tampak chunky. Akhirnya petang hari saya menghubungi foto modelku untuk bersedia jadi model kali ini – dan saya pun meluncur ke lokasi pemotretan setelah dapat persetujuan dari manajernya, maklum, sayang kan kalau sudah cerita tapi tidak diperlihatkan citranya aslinya.
Silakan lihat Batik Pekalongan bersama modelnya Nara… (silakan klik untuk melihat gambar dalam ukuran besar)
Bagaimana, warna dan coraknya unik dan menarik bukan? Indonesia memang memiliki ragam busana yang luar biasa.
Maaf, saya tidak bisa menjadi model, bukan fotogenik masalahnya.
Terima kasih Mbak Lia sudah memberikan hadiah istimewa ini
Tinggalkan Balasan