A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Sudah hampir 10 tahun sejak dua saingan besar, Human Genome Project dan dan Celera Genomics secara bersama-sama mengumumkan penyelesaian rancang (draf) sekuensi mereka pada Juni 2000. Bahkan saat itu adalah sebuah konferensi raksasa yang dihadiri oleh Presiden AS – Bill Clinton dan Perdana Menteri Inggris – Tony Blair.

Banyak orang yang berharap setelahnya – mungkin juga karena pidato gedung putih – bahwa ini merupakan tanda awal di mana era kedokteran molekuler akan memberikan jalan-jalan baru pencegahan, diagnosa, pengobatan hingga penyembuhan berbagai penyakit.

Ada banyak proyek biologi raksasa yang juga kemudian secara tidak langsung mendukung seperti “International HapMap Project” yang memetakan titik-titik di mana genome manusia bisa berbeda. Ada juga proyek ENCODE (Encyclopedia of DNA Elements), yang bertujuan untuk mengenal (identifikasi) setiap fungsi elemen dalam genome manusia.

Saya pernah membaca di salah satu editorial majalah teknologi kedokteran – BioPhotonics bahwa kini para ilmuwan sedang berusaha mengembangkan sejenis terapi masa depan dari teknologi kedokteran molekuler. Bayangkan diri anda sedang bersama seorang ibu yang mengandung janinnya – calon buah hatinya. Dan Anda memiliki teknologi genome yang bisa memindai sekuensi DNA janin itu secara sempurna, Anda akan melihat bahwa janin ini memiliki sekuensi DNA seperti ini, dari sana akan bisa dilihat bagaimana pertumbuhan anak ini kelak, penyakit-penyakit apa saja yang mungkin dideritanya. Sehingga urutan terapi-terapi untuk penyakit yang bahkan belum sempat diderita si janin yang belum lahir ini, telah disiapkan jauh-jauh hari sebelum ia lahir ke dunia.

Namun kemajuan teknologi ini dalam dekade pertama human gnome project tidak menunjukkan banyak kemajuan, para ahli berkata walau ada terapi genetik yang telah diujikan untuk defek-defek genetik tertentu, maka itu pun masih seperti tetes air dibandingkan banjir yang sedang menjadi euforia banyak kalangan akan manfaat teknologi.

Bagaimana dengan di Indonesia, sudahkah Anda merasakan manfaat dari kemajuan teknologi molekuler ini?

Untuk mengetahui lebih detail tentang Proyek Genome Manusia, silakan mengunjungi “The Human Genome at Ten”.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

10 tanggapan

  1. Cahya Avatar
    Cahya

    Mohon maaf, beberapa komentar di halaman ini terhapus karena kerusakan pada sistem sinkronisasi pengaya Intense Debate 😦

    Suka

  2. Puskel Avatar

    Iya, Sebatas pengetahuan saat ini baru mengetahui adanya tes DNA yang digunakan untuk kepentingan identifikasi individual, yang sering dilakukan oleh tim dari forensik dan/atau penyidik

    Suka

  3. TuSuda Avatar
    TuSuda

    Sejak ada penemuan kloning bagian tubuh tertentu, pemanfaatan teknlogi biologi molekuler khususnya tes DNA mulai semakin populer untuk proses identifikasi, walaupun memerlukan biaya yang mahal.

    Suka

  4. orange float Avatar
    orange float

    justru saya baru kali ini dengar istilah ini. hebat juga ya sebelum lahir aja si bayi bisa diketahui penyakitnya paan

    Suka

  5. aldy Avatar
    aldy

    Hanay bisa menunggu dan menikmati hasilnya jika ada, biarlah para ahlinya yang bekerja 😉

    Suka

  6. Asop Avatar
    Asop

    Wow, semoga proyek ini bisa berguna buat kalangan umum…. 🙂

    Suka

  7. delia Avatar
    delia

    Ehmmm sebagai orang awam …sepertinya Indonesia belum merasakan langsung manfaat teknologi tersebut… 😦

    Suka

  8. wigati Avatar
    wigati

    sebagai orang awam, jd berandai2…kalo bs ketauan segala kemungkinan penyakitnya, nanti2 dunia gak perlu banyak dokter dong ya..

    Suka

  9. narno Avatar
    narno

    meskipun saya kuliah di biologi namun penguasaan saya tentang biologi molekuler sangat lemah, kerepotan untuk merangkai serpihan-serpihan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan bioteknologi kedokteran

    Suka

  10. rismaka Avatar
    rismaka

    Intro: Dari zaman kuliah sampai sekarang, saya paling lemah dengan ilmu biomolekuler. Padahal bidang keilmuan saya adalah biochemistry yang seharusnya jauh lebih menguasainya ketimbang dokter sekalipun.. 😦

    Mengenai tulisan di atas, saya sempat bertanya2, mungkinkah suatu saat manusia bisa menciptakan manusia yang sempurna secara fisik dengan adanya “International HapMap Project” ini?

    BTW kalaupun seandainya project tsb berhasil (sukses), tetap saja sepertinya kebanyakan rakyat Indonesia belum bisa menikmati teknologi tsb, teknologi yang saat ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan berduit saja 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke delia Batalkan balasan