Seorang narablog tentu tahu bahwa penambahan gambar bisa menjadikan sebuah artikel dalam blog menjadi atraktif (menarik) dan informatif (memperkaya informasi). Bahkan tidak jarang memang ada narablog yang sengaja selalu mencari gambar-gambar menarik atau bahkan berkreasi dengan gambar-gambar unik di setiap tulisan barunya.
Tentu kali ini kita tidak akan membahas tentang photoblog di mana sebuah blog memang didesain dan ditujukan sebagai album foto. Karena sudah pasti semuanya berisi foto/gambar/citra sebagai konten utama, dengan teks hanya sekadar sebagai penjelasan.
Biasanya jika menggunakan konsep rata (align) kanan/kiri yang tidak sesuai dengan saran WC3, gambar umumnya diposisikan berseberangan (bukan bersebelahan) dengan bilah sisi (sidebar) – karena bilah sisi bisa mengurangi atensi pembaca terhadap adanya citra/gambar.
Jadi jika ada bilah sisi di bagian kanan blog, maka gambar diposisikan rata kiri pada umumnya dan juga sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan posisi gambar yang memiliki lineanya sendiri?
Apakah gambar diletakkan di awal, tengah atau akhir konten teks dalam sebuah blog?
Jika menurut saya itu tergantung pada halaman muka sebuah blog, jika beranda blog menggunakan tulisan tunggal, maka itu tidak terlalu masalah. Tapi mari kita lihat masing-masing prospek dari penempatan elemen gambar dalam sebuah blog.
Gambar sebelum kontek teks atau gambar di awal tulisan bisa menjadi pilihan paling banyak narablog saat ini. Karena memang elemen gambar di awal tulisan bisa “menangkap” perhatian pembaca dengan sangat baik. Pemilihan elemen gambar yang tepat dapat menjadi gerbang pembuka yang baik bagi tulisan selanjutnya.
Namun dalam kebanyakan blog yang menggunakan halaman muka berisi beberapa artikel terbaru baik hanya cuplikan (exerpt) atau pun dengan atau tanpa tulisan yang lengket (sticky post) di halaman muka. Maka menampilkan elemen gambar sebelum tulisan berarti menampilkan juga sejumlah gambar di beranda blog.
Jika berkas gambar berukuran besar atau memerlukan external HTTP request, maka pembukaan sebuah beranda blog akan menjadi lebih lama, bayangkan jika ada sepuluh cuplikan tulisan terkini di beranda blog, dengan sepuluh gambar yang harus dibuka. Ga apa-apa sih kalau internetnya kencang sampai tidak bisa ditangkap polisi, tapi bagaimana dengan yang internetnya lambat?
Sedangkan gambar itu akan tetap perlu dibuka kembali saat membuka halaman artikel tunggal (single post page), yang artinya menghabiskan lebar pita akses dua kali lebih banyak untuk membuka gambar yang sama.
Sehingga banyak yang bilang, meletakkan elemen gambar sebelum sebuah konten teks adalah kejahatan dalam prinsip green blogging. Belum lagi membuka halaman yang beranda lebih lambat other computing resources habis lebih banyak, dan lagi-lagi adalah kejahatan berat dalam semangat green computing.
Jadi memasang gambar sebelum tulisan artikel memiliki efek positif sebagai pemikat pembaca terbaik dan bisa memberikan gambaran pembuka bagi tulisan selanjutnya. Namun di sisi lain jika Anda menganut sistem ini, bersiap-siaplah dilantik menjadi anggota mafia kejahatan terhadap green blogging dan green computing.
Lalu bagaimana dengan elemen foto di tengah-tengah konten teks? Pertama selama tidak muncul di beranda, atau halaman hasil pencarian. Maka posisi tengah dapat dikatakan menghilangkan kekurangan yang terdapat pada memosisikan elemen gambar di awal tulisan. Namun juga tentu menghilangkan kelebihannya.
Kelemahan utama peletakan elemen gambar di tengah adalah kemungkinan terpotongnya pemaknaan konten teks, tapi jika dilakukan dengan tepat semisal mengawali pembukaan alinea baru dengan subtopik yang baru, mungkin tidak akan berasalah.
Kelemahan lain adalah pencarian gambar yang tepat untuk mewakili tulisan seluruhnya yang terasa kurang tepat jika diletakkan di tengah. Sehingga gambar di posisi tengah biasanya digunakan untuk mewakili subtopik tertentu dari tulisan. Di samping kelemahan, ini justru bisa menjadi kekuatan, beberapa gambar dengan urutan yang baik untuk mewakili tiap subtopik akan menjadi bantuan bagi pembaca untuk memahami tulisan.
Jadi peletakan elemen gambar di antara konten teks bisa menjadi suatu kelemahan dan kekuatan secara bersama-sama, semuanya tergantung kreativitas dan keefektifan seorang narablog untuk mengelola elemen yang satu ini.
Peletakan akhir biasanya paling jarang digunakan. Selain tidak begitu informatif, dan juga tidak atraktif. Narablog sendiri sebagian besar menghindari memosisikan elemen gambar di akhir tulisannya. Karena juga dapat menyebabkan misinterpretasi terhadap tulisan yang sudah ada di atasnya. Apalagi kalau ternyata gambarnya hanya tambahan saja.
Namun elemen gambar yang diposisikan paling akhir dalam konten sebuah blog dapat menjadi kekuatan resume terhadap konten teks yang ada sebelumnya.
Banyak para blogjumper yang melakukan blogwalking di blogsphere menerapkan metode fast reading, jadi asal baca judul selanjutnya seperti mesin pindai (scanning). Sehingga kadang tidak memetik pemahaman yang penuh akan tulisan blog, maka lahirnya komentar-komentar yang sulit diloloskan kemudian.
Jika seorang narablog menempatkan elemen gambar yang bisa menjadi resume tulisan blognya dengan baik di bagian akhir maka ini akan menjadi kekuatan tersendiri dalam konten blog tersebut.
Tinggalkan Balasan