Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


I Just Don’t Care That Much

When I visited Bali (as a fake tourist), I got called from my old friend (but old nemesis too), she asked me to come by since I emailed her that I will be in Bali before. Ha ha…, I thought and still think it was funny I’ve visited her house, meeting her parents and families. We are – say if I ever has a single nemesis in seven worlds, it would be her – as Indonesia people would called “musuh bebuyutan”, even tough I can’t denying years before that tragedy, she was the single guardian of my heart, my best friend, my dearest & trusted one. And she was the only candidate who capable of ruining my lovely life as single happy gentlemen :p

Well, this time I shall not talk about this model & idol, but a line of our conversation…

She looked in to my eyes and asked, “I heard you never going to temple and praying every holiday? You should go to temple every time you have a chance. You can’t be like this, you know.”

I just smiled and nodded smoothly and slowly, just resembling myself to the Penguins of Madagascar on the last scene of Madagascar’s first movie – “just wave and smile boy…, just wave and smile…”

She must be heard some gossip about my slackness for a faith, haha, especially when someone read this article in Bahasa, the gossip shall spread very fast 😀

Everybody who knew me for some time would see that I have no particular care for such things so-called God or Religion. That is why some pals would call me as an atheist – a joke that I’m happy would joke them back – well, I just don’t care that much.

Most people afraid if they don’t pray good enough according to they believe or their faith. They fear if they don’t call God’s name, they afraid if God left them behind, or they make God disappointed. So they who surprised by my answer I just don’t care that much would ask back much, much questions or they would keep silent.

Why would I? Will God mad at me if I don’t give a care enough? Then God nothing better than my beloved mom, who never insane when I had a flaw in consideration of her.

Or should I pray to God to ask for something? Well, let me see, hmm…, I really don’t have anything to ask for seriously. Food, there are two apples for breakfast, Tahu, Tempe, and spinach for lunch, and I rarely got supper, well I still can find some eggs. And the same goes for clothes and shelters. So what should I ask for more, even I have more than I need to live?

And others would tell me to pray that I thanks for all that, because believe it, God provides it for humans. Ah…, well, I just don’t care that much. If there is something I would do for thanking are, stop polluting my beloved planet, care for garbage, help promote green world, promoting family planning – the otherwise human race will start starving soon because of our own greed for resources.

I am I wrong if I say people are funny when they pray that God can provide “a bit more,” and keep the stockpile intact, while they didn’t stop to corrupt the earth?

I am I wrong if I say people are funny when they pray that God can keep their life a life of good, harmony, and peaceful life, while tomorrow they yelled full of hatred to others, deceiving their closest one to get some more pennies? Or punch people who opposed their faith in the of God just as free as God just has given them right to did it for the right thing?

One the time comes, and I am going to be needed, if God really does exist, God, oneself shall call me, well, I think I have no reason to refuse, since that kind of my characters. If that happens, it’s mean my time already over, well…, Every living thing shall meet the same. There is nothing to worry about, just wave and smile boyjust wave and smile.

  Copyright secured by Digiprove © 2010 Cahya Legawa



15 tanggapan untuk “I Just Don’t Care That Much”

  1. dr.Cahya, I really appreciate your belief. I agree that nothing needs to be sought again to God. Because everything is automated. The results of good and bad deeds are stuck in our bodies, and God must have seen it.

    So, do we have to go anywhere?

    Suka

  2. wah saya bisa sedikit2 aja Bahasa Inggrisnya jadi agak lambat untuk memahami cerita di Atas … Maaf Yah …

    Suka

  3. (*hanya bisa diam merenung…*)
    saya ndak punya kapasitas mencampuri kalau sudah bicara dengan yang diatas, masing-masing punya profile-nya sendiri 😉

    Suka

  4. Agung Pushandaka Avatar
    Agung Pushandaka

    Do what you believe, brother.. 🙂

    Suka

  5. Mr. Jarwadi, am I? 😀

    dr. Suci, (OOT) You should ask dr. Pari, he surely knows a place that need a medical doctor in Bali 🙂

    Suka

  6. dan akupun memang percaya bahwa TUHAN itu ada di hati kita …

    Suka

  7. Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.

    Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

    Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

    Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.

    “Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

    “Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.

    Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,

    Adakah yang sakit??,

    Adakah anak terlantar??

    Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.

    Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

    Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

    Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

    Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

    Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

    Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.

    “Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

    “Tidak!” elak si konsumen.

    “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, si konsumen menambahkan.

    “Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.

    ” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

    “Cocok!” kata si konsumen menyetujui.

    “Itulah point utama-nya!.

    Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !

    Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.

    Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

    Si tukang cukur terbengong !!!

    Only God knows Why.. 😀

    Suka

  8. Mohon maaf saat ini hanya meyampaikan undangan-pernikahan-sang-sahaja-dengan-pagi-beningbila memang memungkinkan untuk datang di persilahkan, salam sehat selalu , semoga diberkahi, amien

    Suka

  9. ehm.. masalah keyakinan adalah sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Ia adalah sesuatu yang ada di dalam hati seseorang.

    Ada satu quote yang cukup menarik. Kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenali Tuhanmu.

    Kalau kita mau merenungkan, sebenarnya keberadaan Tuhan itu bisa kita tangkap, lewat hal-hal di sekitar kita. Ada malam, ada siang.. Dunia yang berputar 24 jam sehari semalam, apakah itu suatu kebetulan saja atau ada yang mengaturnya?

    Begitu banyaknya manusia, tidak ada satupun yang berkarakter sama, kembar siam sekalipun. Apakah itu juga suatu kebetulan atau ada yang mengatur???

    Ah.. itu hanya pendapat saya saja. saya pribadi sedang terus berusaha mengenal Tuhan dengan lebih dekat. Karena tak kenal maka tak sayang.. Dan saya pribadi merasa butuh untuk mengenal Tuhan lebih dekat. Ada kehampaan bila jauh dari Tuhan.. Saat kondisi iman saya baik, saya merasa urusan hidup saya jadi ringan. Tetapi saat saya jauh dari Tuhan saya merasa berat untuk melangkah. Bukan berarti Tuhan yang membutuhkan saya, tapi sayalah yang butuh Tuhan.

    Maaf ya Cahya, bila komentar saya kurang berkenan. Just my opinion n my personal experience ajah =)

    Suka

  10. Lea, ceritanya menarik 🙂

    Selalu ada perdebatan hangat di antara mereka yang percaya adanya Tuhan, dan mereka yang tidak percaya dengan adanya Tuhan. Tapi malangnya, di dunia ini selalu ada sifat kekanakan yang menjadikan itu alasan untuk saling menghakimi, saling membenci, hingga saling melukai.

    Saya sudah lelah mendengar semua berita tentang seputar hal-hal seperti itu. Itu mengapa “I just don’t care that much”.

    Saya tidak ingin menempatkan adanya kepercayaan akan sesuatu atau menentang adanya kepercayaan akan sesuatu sebagai landasan saya. Karena saat orang berbicara tentang yang benar dengan jujur maka saya rasa kepercayaan adalah hal yang sia-sia – IMHO.

    Katakanlah saya orang yang buta, maka saya tidak melihat bahwa matahari terbit di Timur, dan saya hanya tahu orang-orang berkata demikian. Haruskah saya percaya, atau haruskah saya tidak percaya?
    Mengapa saya mesti disibukkan oleh hal-hal itu, sederhana saja, saya tidak tahu, itu cukup bagi saya.
    Dan jika nanti saya melihat matahari terbit dari Timur, ya maka saya lihat matahari terbit dari Timur, tapi kembali, haruskah saya percaya atau haruskah saya tidak mempercayai apa yang saya lihat? Mengapa saya harus menambahkan kepercayaan bahwa matahari terbit dari Timur?

    Yup, thats why I don’t care that much…

    Suka

  11. Hmm, kelihatannya dirimu terlalu skeptis, kak Cahya.

    Aku memang juga tidak begitu teratur sembahyang, namun secara pribadi kalau aku merasa begitu sendiri dan rindu dengan penciptaku dan mamaku, aku pasti akan berdoa. Aku tidak lagi menggunakan mantra untuk itu. Kalau aku lagi mikir pake bahasa Indonesia, aku akan berdoa pake Bahasa. Kalau di kepalaku ada English, aku berdoa dengan English.

    Karena bagaimanapun, pasti ada yang benar menciptakan dan menjaga kita di dunia ini, kan? Harmoni semesta, mungkin?

    Suka

  12. jalinankata, mereka bilang memahami ketuhanan dalam keterbatasan manusia itu sulit, entahlah, tapi bukankah masih mungkin kita memahami diri kita sendiri?

    Apa setiap tindakan kita adalah hal yang sungguh-sungguh kita inginkan? Jika dengan memahami diri kita mungkin mengenal Tuhan, maka mungkin kita harus berhenti membohongi diri…

    Kadang terdengar sederhana…, namun susah…

    Jika saya ditanyakan apa alam semesta ini ada yang mengatur…? Ah…, saya akan jawab saya tidak tahu, karena itulah apa adanya saya, saya tidak tahu sama sekali. Haruskah saya memaksakan diri berkata sesuai apa yang pernah disampaikan pada saya, padahal saya tidak melihatnya langsung? – katakanlah demikian – maka sudahkah saya jujur pada diri saya atau belum.

    Jika saya tidak jujur, jangankan mengenal Tuhan, mengenal diri saya pun rasanya saya tidak bisa secara personal & intim.

    Ah, saya ini hanya bisa basa-basi, namun sudah menerima banyak masukkan, terima kasih untuk masukkannya Mbak 🙂

    Suka

  13. panah hujan, bukankah bagus seperti itu 🙂 – if someone could find inner peace within prayer – I think it is a good thing…

    Namun jika saya diizinkan bertanya, mengapa merasa sendiri, mengapa merasa rindu?
    Apa Tuhan begitu jauh bagi seseorang, apa kehidupan begitu jauh bagi seseorang? Mengapa?

    Suka

  14. hehehehe… nice topic..
    btw…kerja pak..!!! ngumpet mulu’…
    yuk nyari kerja yuk…ke Bali juga boleh..
    hahahaha..(ngarep.com)

    Suka

  15. Oh I found A man with franky speaking minded like mas Cahya

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: