Memupus Paradigma Blogger Sejati

Pernah ada yang bergumam, “sebenarnya pingin juga nge-blog seperti teman-teman yang lain”. Saya kemudian balik bertanya, “lalu mengapa tidak?”, dia beralasan sering berada di luar rumah, tidak dekat dekat dengan komputer, jarang ada waktu untuk menulis, atau takut nanti kalau tidak ada yang berkomentar tidak sempat membalas, bahkan tidak sempat menjenguk balik blog teman-temannya sehingga merasa canggung.

Lalu saya tanya, mengapa tidak ponsel saja? Bukankah kesulitan yang pertama bisa diatasi, yaitu ngeblog tidak harus lewat komputer. Yah, dia ragu kembali, tetap saja pertimbangan lain lagi, rasa sungkan masuk di kalangan para blogger (narablog).

Saya pun bisa memahami dengan segudang alasan yang telah ia sampaikan sebelumnya. Sebenarnya ini adalah dosa para narablog lain yang menulis tentang “cara ngeblob yang baik dan benar”, “kewajiban seorang blogger”, “aturan seputar dunia blogger” atau hal-hal sejenisnya. Mereka telah membangun paradigma seorang blogger itu seakan-akan menjadi momok yang mengerikan.

Misalnya saja tips konyol seperti…

Blogger itu mesti punya identitas. Siapa bilang nge-blog ndak boleh anonim? Kalau itu seperti halaman pribadi buku harian, yah boleh saja kan orang menulis agar namanya tidak diketahui oleh orang lain. Dan juga tidak perlu pakai branding segala untuk sebuah blog, jangan dah dijadikan rumit.

Lupakan itu, jika Anda ingin memulai menulis blog, lupakan semua hal tentang membuat identitas, jadilah diri anda terlebih dahulu, karena itulah yang akan membuat anda mulai menulis dan melihat diri anda seperti yang Anda tuliskan. Tulisan Anda bisa menjadi cerminan bagi diri anda. Jika Anda menginginkan suasana privat, jangan sungkan untuk sembunyikan identitas dengan baik.

Blogger itu mesti rajin update tulisan. Walah…, tendang saja bokong narablog yang bilang begitu, siapa dia bisa “mestiin” orang lain buat rajin update tulisan, kalau mau setahun sekali, atau sewindu sekali, memangnya kenapa? Toh ndak ada yang maksa orang lain buat nunggu keluar tulisan berikutnya, ini bukan bisnis manga yang mesti jadwal keluarnya teratur.

Lupakan itu, di sini Anda bukan kuli tinta yang mesti mengejar berita dan sensasi. Di sini adalah ruang ekspresi kebebasan anda, tentunya yang bertanggung jawab. Jangan mau dijadikan budak tinta oleh paradigma semacam ini, atau Anda akan merasa menyeret beban menulis yang sangat berat di pundak anda. Menulis seharusnya membebaskan, bukan membelenggu!

Blogger itu mesti sigap balas komentar. Memangnya narablog itu suami siaga? Orang ndak hidup di dunia maya sepanjang waktu, ga harus “meleki” layar buat sigap berbalas tanggapan, kok malah terkesan seperti pemburu yang mengintai mangsa?

Lupakan itu, lakukan apa yang menjadi tugas anda di dunia. Jalani kehidupan dengan nyaman dan harmonis. Yah, sesekali jika Anda sempat dan merasa perlu, silakan menyapa tamu. Toh tidak ada yang salah dengan itu.

Blogger itu mesti rajin blogwalking. Jewer saja telinganya kalau ngomong begitu, memangnya ini kelas pagi yang setiap anaknya mesti absen di setiap pelajaran? Tidak ada aturan yang mewajibkan narablog untuk jadi kutu loncat ke sana sini, apalagi kemudian bilang “just say hello”.

Lupakan itu, Anda tidak harus menjadi seperti itu. Wong menulis saja ndak harus rajin, apalagi beranjang sana. Anda mungkin punya kesibukan dan hobi lain, jangan paksa diri untuk menuntut paradigma blogger yang super sosial dan solider, karena apa yang muncul nantinya bisa jadi bukan cerminan diri anda.

Blogger itu mesti berkemampuan menulis yang baik. Ha ha…, inilah yang membuat saya tertawa terbahak-bahak, kalau begitu mungkin kita – narablog semua – akan mendapat nobel sastra ya? Kalau begitu, mungkin saya bukanlah blogger sejati, soalnya tulisan ini begitu amburadul.

Lupakan itu, karena Anda mungkin akan mengurungkan niat mulai ngeblog melihat kengerian paradigma yang satu ini. Santailah, tulisan satu kata saja cukup, dan viola…, itu bisa jadi kata pertama anda yang selalu terkenang di internet. Kemampuan Anda menulis akan membaik dengan sendiri seiring dengan semakin banyaknya Anda menulis, tapi jika tidak juga bertambah baik…, ya itu namanya apa boleh buat, toh menulis itu tetap menyenangkan bukan?

Blogger itu mesti tahu sedikit banyak tentang banyak hal. Misalnya ada yang bilang harus tahu kode HTML, CSS, JQuery, Javascript, tahu bagaimana meningkatkan page rank dan/atau menyusutkan alexa rank. Ini mau jadi web developer atau jadi blogger sih?

Lupakan itu, dan tahukah Anda, hanya sedikit narablog yang paham tentang itu. Dan agak banyak yang sama sekali tidak tahu tentang hal itu, seperti saya contohnya. Dan ternyata lebih banyak lagi yang pura-pura tahu tentang semua itu. Jadi sebaiknya ndak usah dipusingkan, menulis saja dengan tenang.

Dan pada akhirnya percayalah, di luar sana masih ada banyak lagi paradigma yang dalam tanda petik diwajibkan bagi seorang narablog. Namun saya, tidak, Anda tidak wajib untuk semua itu. Tapi jika Anda senang mempertimbangkan saran dari berbagai narablog lainnya, mengapa tidak, toh itu akan membuka wawasan dan kesempatan bertukar pandangan.

Dan di akhir kata, lupakan semua yang saya uraikan di atas. Jika Anda ingin menulis, maka menulislah! Karena percayalah, yang Anda perlukan hanya menulis – bukan menjadi blogger sejati – dan selanjutnya, semua akan mengalir dengan alami.

23 tanggapan untuk “Memupus Paradigma Blogger Sejati”

  1. Waduh, jadi gak nyadar kalo komentar saya di atas terlalu nyolot mas. Setelah saya baca berulangkali, ternyata uraian pendapat mas Cahya pada tulisan di atas SANGAT BENAR. Para pemula yang tertarik ngeblog saya kira wajib membaca tulisan di atas. Intinya pada membebaskan dari belenggu mindset yang salah tentang tips ngeblog.

    Makasih buat tulisan inspiratifnya. Jadi bahan masukan yang bagus bagi saya yang suka nulis topik tentang blogging 🙂

    Suka

  2. Mas Is, tiap narablog akan menemukan perjalanannya sendiri-sendiri, saya rasa ya biarlah masing-masing orang mencicipi jalan yang dipilihnya.

    Kalau dia ingin belajar sesuatu yang baru dan menarik tentang dunia blog, ah…, pastinya blog kafegue.com sudah menyediakan banyak artikel menarik bukan? 😉

    Suka

  3. Sebenarnya tips blogging dibuat untuk lebih mempermudah langkah saja sih. Saya rasa tidak ada yang bermaksud memaksa. Wong emang gak bisa maksa kok. Tips itu sebatas anjuran saja. Semuanya dikembalikan pada pembaca dan disesuaikan dengan kondisi blog dan tujuan ngeblognya untuk apa.

    Andaikan tidak ada tips blogging, mungkin para newbie akan salah langkah atau kehilangan arah. Betul, yang penting nulis aja. Nulis ya nulis aja. Ngeblog ya ngeblog aja. Begitu kan? 🙂

    Itu berlaku untuk blog yang sekadar dibuat untuk sarana menulis atau sebatas sarana curhat. Tapi tidak buat blog yg ingin dijadikan lahan penghasil uang suatu saat. Bagi saya, tips-tips itu diciptakan untuk kepentingan jangka panjang. Mungkin ini yang belum terpikir oleh mereka yang cenderung "sinis" dengan tips-tips tersebut..hehehe. Jadi mikirnya pendek aja.

    Kembali lagi pada apa yang sering dianggap sebagai "aturan". Menurut saya, itu bukan aturan. Tapi sekadar TIPS. Apa sih kuasa penulis "aturan" itu untuk memberlakukan aturan? Mereka juga tak punya wewenang untuk memaksa kan? Jadi kurang tepat rasanya kalau kita anggap sebagai aturan. Lebih tepatnya mungkin disebut sebagai tips saja.

    Saya rasa itu cuma masalah pengemasan gaya bahasa tips yang diuraikan. Mungkin terkesan menggurui sehingga dianggap sebagai aturan 🙂

    Suka

  4. Mas Cahya, ho oh. 🙂 Gak ada yang ngatur kan? Tidak ada pemaksaan. 🙂 Wong bukan mereka juga yang bayar hosting dan biaya domain kita. :p

    Suka

  5. @Hariez, saya biasa-biasa saja Mas, makasih 🙂

    @jalinankata, ya nanti akan terbentuk citra sendiri untuk blognya, kan tidak perlu pencitraan lagi 🙂

    @Pak Aldy, ini saya tulis saat mengingat diri saya yang baru mulai nge-blog saja kok. Nanti pasti masing-masing akan menemukan jalannya di dunia blog 😉

    Suka

  6. Mungkin yang membaca tips ‘konyol’ itu menganggap tips tersebut untuk blog personal ya? Hehehe.. Kalau blog personal mah, siapa yang mau ngatur. Milik sendiri kok. 😀

    Suka

  7. apa kabar Pak ??? lama saya tak mengudate dan libur dari media blog, ternyata saya tertinggal jauh dari berita ya 😀

    well…saya sangat setuju sekali dengan pendapat Anda pak, dimana seorang Blogger adalah penulis bebas se bebas-bebasnya tanpa harus mengikuti aturan-aturan seperti yang banyak diungkapkan sebagian orang yang katanya blogger sejati. Menurut saya seorang blogger sejati hanya ingin berbagi bukan ini dan itu, bukan begitu Pak ??

    salam hangat

    Suka

  8. @Budiastawa, kalau senyum-senyum sendiri, nanti bukan saya lho yang malah jewernya… 😀

    @ningrum, yah, ngeblog juga kadang kan naik dan turun mood-nya, jadi ya saya juga seperti itu… 😉

    @Lea, itulah saya sebutkan membuat blog tidak perlu branding, kenapa tidak buat yang sederhana seperti Rhamdani’s Blog, itu kan mudah diingat 🙂

    Suka

  9. Cahyaaaaaa…thanks ya!!
    timbul semangat lagi untuk bikin blog yang belum jadi2 nih… 😀
    tapi masalahnya sudah 2 kali bikin akun d wordpress ko LUPA melulu ya..heran, btw punya obat anti pikun gak dok?? 😦

    Suka

  10. @Agung Pushandakan, saya sebenarnya pingin bilang, why so serious.. eh takutnya nanti dibilang Jocker lagi, ha ha… yup just take it easy 🙂

    @Ardianzzz, ya saya setuju "tergantung" adalah hal yang mengembalikan semuanya. Maka dari itu saya menambahkan cuplikan latar belakang pendek di awal tulisan yang menjadi pembatas ide tulisan ini, sehingga saya berharap ia tidak menjadi "tergantung"… 😀

    Ah…, ya saya suka bagian yang terakhir itu, tidak usahlah yang personal memaksakan diri seperti pro, mungkin itu juga mengapa wp.com melarang iklan dan jual beli bagi yang menggunakan akunnya.

    @Agung, nah…, itu justru lebih kreatif lagi 😀 – ide tulisan bisa muncul dan datang dari mana saja kan 🙂

    @.gungws, mau bagaimana lagi, kadang kalau tidak sempat – walau suka, ya saya juga ndak bisa datang kan 😀 (atau sebaliknya, he he…)

    Suka

  11. walah kalo mau nulis sudah punya beban atau pusing dengan syarat-syarat yang gak musti itu, ya bakalan gak nulis-nulis.
    hehehe *saya juga dah lumayan lama gak nulis, tapi alasannya bukan itu lho* ^_^

    Suka

  12. Iyah, blogger terlalu menganggap serius status mereka. Sehingga beberapa orang yang tertarik untuk ngeblog, malah mundur teratur karena terbebani dengan status blogger yang belakangan menjadi semakin 'penting'. Saya sendiri sih menganggap diri saya sebagai blogger cuma karena punya blog. Saya ndak butuh syarat lain untuk menganggap diri saya sebagai blogger.

    Blogging? Take it easy.. 🙂

    Suka

  13. dr. Cahya [ijinkan saya tersenyum-senyum malu dulu…] Emangnya ada yang bergumam begitu, dok? Setelah dipikir2 bener juga kata dokter Cahya; tidak ada aturan baku dalam ngeblog dan tidak ada kewajiban. Tapi seharusnya tidak ada tendang bokong dan jewer telinga juga sih 😀

    Suka

  14. @Pandu, orang biasanya menulis untuk dirinya, tidak mesti khusus untuk pembaca. Tidak harus menunjukkan apa pun pada pengunjung. Tapi rasanya – IMHO – dengan menulis untuk diri sendiri dulu, kita secara tidak langsung memahami pendapat dan tanggapan orang lain yang juga mengungkapkan perasaannya.
    Saya hanya suka menuangkan, tapi ya kembali, karena ini untuk saya sendiri saya tidak tahu apakah orang lain akan suka atau tidak.

    @Decy, wah, bagaimana ya Mbak. Ndak ada yang mau sepertinya membayar saya untuk menulis, dan saya pun rasanya ndak rela menjual tulisan walau tulisan itu jelek sekalipun 🙂

    Suka

  15. iya aku rasa semuanya bener , lagian menurut aku ngeblog itu bukan kewajiban, selama blognya ga ngasih aku gaji bulanan heheheh 😛 * bcanda..

    Suka

  16. Benar mas saya sendiri awalnya ragu banget untuk nulis, bisa ngak ya ? tapi saya buang itu semua, EGP yang penting menulis, nah begitu pertama kali menulis, muculnya comment dari catatan.legawa.com, dari sanalah saya bersemangat untuk menulis walau isinya ngak karuan yang penting kepala sedikit ringan, heee
    Terima kasih mas (pak dr) telah membantu saya.

    Suka

  17. *angguk-angguk* setuju…
    seperti twitter,jikalau suka, mampirlah lagi, jikalau tidak, ya ga usah repot. hehe

    Suka

  18. Haha saya ikut yang sok sibuk dengan beberapa hobby saja dech 😀
    futsal, tenis, badminton, ngoprek motor dll.
    Tapi bisa juga buat modal postingan lho

    Yaa, jika sudah menulis dan menulis lagi, lama-lama bisa kreatif dengan sendirinya(nebeng laptop siBos) hehe 😀

    Suka

  19. Tergantung juga sih, kita membuat blog untuk apa. Jika tujuannya adalah untuk personal blog mungkin sah-sah saja. Tetapi bagaimana jika kita menggunakan media blog sebagai sumber informasi, dan kita mendapatkan keuntungan dari sana misalnya periklanan..
    Saat ini banyak sekali web yang memilih menggunakan blog engine macam wordpress untuk mempublikasikan konten mereka. Mereka professional, mereka mendapatkan keuntungan dari bisnis periklanan. Untuk itu mereka harus konsisten dalam menjaga kualitas blognya terutama pada konten.
    tetapi dapat kia lihat blog-blog dalam negeri kebanyakan. Meskipun mereka mengklaim sebagai problogger, tetapi nuansa personal masih sangat kental pengaruhnya (misalnya tentang curhat kehabisan ide untuk posting dsb…).
    Saya perpendapat bahwa blogging bukan lagi sebuah kegiatan mencatat dengan media web. tetapi lebih mengarah pada self publishing.
    Ngeblog secara tradisional dan bebas (personal blog) bukanlah sebuah kesalahan, tidak juga bukan sesuatu yang memalukan. Tetapi yang perlu diingat adalah bagaimana kita memposisikannya. Jika memang blog kita adalah blog personal (mengandung konten yang bersifat pribadi misalnya) ya jangan dipaksa untuk menjadi professional atau diprofessional-professionalkan.. kasihan yang pengen pasang iklan
    🙂

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.