A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

The A-Team: Ketika Rencana Kembali Bersatu

“There Is No Plan B”

Jika Anda pernah menonton serial televisinya belasan tahun lalu, maka mungkin ini adalah salah satu favorit masa kecil saya. Entah kenapa, di antara semua serial Barat yang ditayangkan waktu itu, The A-Team memiliki daya tarik tersendiri—meski bacaan terjemahan subtitle-nya saja masih bikin saya keteteran.

Kini, puluhan tahun kemudian, sutradara Joe Carnahan membawa kembali tim legendaris ini ke layar lebar dengan tagline yang tegas: “There Is No Plan B”.

Dari Layar Kaca ke Layar Lebar: Sebuah Perjalanan Panjang

Film The A-Team yang dirilis pada 11 Juni 2010 ini sebenarnya sudah dalam tahap pengembangan sejak pertengahan 1990-an. Proyek ini berkali-kali terhenti, berganti penulis, dan mengalami berbagai revisi konsep. Pada tahap awal, sempat beredar rumor bahwa Bruce Willis dan Jim Carrey akan terlibat—bayangkan kombinasi yang akan tercipta!

Namun akhirnya, dengan produser besar seperti Ridley Scott dan Tony Scott di belakangnya, serta dukungan dari Stephen J. Cannell (pencipta serial asli yang juga memproduksi film ini sebelum meninggal), proyek ini akhirnya terwujud dengan cast yang luar biasa.

Joe Carnahan sendiri—sutradara independen yang dikenal melalui film-film seperti Narc (2002) dan Smokin’ Aces (2006)—membawa gaya sinematik yang energik dan sedikit chaos ke dalam dunia The A-Team. Ia menulis skenario bersama Brian Bloom dan Skip Woods, menciptakan origin story yang sama sekali baru dari yang pernah ditampilkan di serial TV.

Mengenang Serial Klasik: Warisan Cannell dan Lupo

Serial TV The A-Team yang asli adalah produk era 1980-an yang ikonik. Diciptakan oleh Stephen J. Cannell dan Frank Lupo atas permintaan Brandon Tartikoff (presiden NBC Entertainment waktu itu), serial ini awalnya tidak diprediksi akan sukses. Tartikoff menggambarkannya sebagai kombinasi The Dirty Dozen, Mission: Impossible, The Magnificent Seven, Mad Max, dan Hill Street Blues—dengan tambahan “Mr. T mengendarai mobil”.

Namun prediksi George Peppard (pemeran Hannibal Smith asli) terbukti benar. Episode reguler pertama yang tayang setelah Super Bowl XVII pada 30 Januari 1983 mencapai rating 26,4% dan langsung masuk Top 10 Nielsen. Serial ini berjalan selama lima season (1983-1987) dengan total 98 episode, menjadi salah satu dari tiga acara—bersama The Cosby Show dan Miami Vice—yang menyelamatkan NBC di era 1980-an.

Yang unik dari serial aslinya adalah violence yang “cartoonish”—banyak tembakan, ledakan, dan mobil terbalik, tapi hampir tidak ada yang benar-benar terluka parah. Stephen J. Cannell sendiri mengakui bahwa ini menjadi running joke bagi tim penulis: mereka sengaja menguji batas kredibilitas dengan membuat orang selamat dari kecelakaan helikopter atau tank terbakar. Seperti Tom and Jerry versi manusia dewasa.

Empat Keping yang Sempurna

Film 2010 ini membawa kita ke origin story tim—bagaimana mereka bertemu dan membentuk unit legendaris. Tim terdiri dari empat tokoh dengan kepribadian yang sangat berbeda:

Colonel John “Hannibal” Smith (Liam Neeson) adalah pemimpin, master strategist yang selalu punya rencana. Neeson membawa gravitas dan karisma yang berbeda dari George Peppard—lebih serius namun tetap mempertahankan esensi karakter yang selalu “love it when a plan comes together.”

Lt. Templeton “Faceman” Peck (Bradley Cooper) adalah charmer tim, ahli dalam con games dan negosiasi. Cooper membawa energi yang fresh—kombinasi antara kepercayaan diri Dirk Benedict dari serial asli dengan sedikit vulnerability yang membuat karakternya lebih relatable.

Sgt. Bosco “B.A.” Baracus (Quinton “Rampage” Jackson) adalah mekanik genius dan muscle tim. Mengisi sepatu Mr. T bukanlah tugas mudah—ikon mohawk dan rantai emas itu sangat melekat di budaya pop. Jackson membawa interpretasi yang lebih grounded namun tetap intimidating. Menariknya, Mr. T sendiri awalnya ditawari cameo tapi menolak karena merasa tidak pantas muncul di film jika bukan sebagai Baracus. Kemudian setelah premiere, ia menyatakan kekecewaan bahwa film ini terlalu fokus pada seks dan kekerasan—meski pengacaranya kemudian mengklarifikasi bahwa Mr. T belum menonton filmnya.

Captain H.M. “Howling Mad” Murdock (Sharlto Copley) adalah pilot berbakat yang (mungkin) gila. Copley—yang baru saja breakthrough melalui District 9—mencuri perhatian di setiap scene-nya. Kegilaannya yang teatrikal, termasuk imitasi Mel Gibson di Braveheart lengkap dengan kuda tongkat, membuat dia menjadi aset terbesar film ini.

Seperti keping puzzle yang sulit disatukan, tapi ketika digabung menjadi sesuatu yang luar biasa—itu tagline yang sempurna untuk tim ini.

Origin Story: Meksiko, Irak, dan Pengkhianatan

Film dimulai dengan spectacular introduction di Meksiko. Hannibal mencoba menyelamatkan Face dari kenekatan rencananya sendiri yang berujung berurusan dengan militer korup Meksiko di bawah Jenderal Tuco. Di tengah pelarian, Hannibal merekrut B.A. yang kebetulan lewat dengan GMC Vandura-nya—mobil van ikonik yang menjadi trademark serial TV.

Untuk menyelesaikan misi penyelamatan, mereka membutuhkan pilot terbaik. Maka Hannibal merekrut Murdock langsung dari rumah sakit jiwa—dan di sinilah dimulai fobia terbang B.A. yang legendaris. Scene helikopter medis yang digempur habis-habisan oleh helikopter tempur Tuco, dengan manuver gila Murdock menghindari tembakan senapan mesin dan rudal, adalah introduction yang sempurna untuk karakter “Howling Mad” ini.

Cerita kemudian melompat delapan tahun ke depan—dan 80 misi sukses kemudian—di mana tim sudah menjadi unit Special Forces elit yang sangat dihormati, bertugas di Irak. Di sinilah plot utama dimulai: mereka ditugaskan oleh agen CIA bernama Lynch (Patrick Wilson—yang brilian sebagai agen licin dan misterius) untuk mengambil kembali pelat cetak mata uang AS yang dicuri oleh insurgent Irak, beserta satu miliar dolar tunai.

Meski diperingatkan oleh Captain Charissa Sosa (Jessica Biel)—mantan kekasih Face—untuk menjauhi misi ini, dan bahkan Commanding Officer mereka, Major General Morrison (Gerald McRaney), menyarankan untuk tidak melakukannya, Hannibal tetap setuju melakukan black ops mission tidak resmi ini.

Misi berhasil—tapi kemudian menjadi bumerang. Uang, pelat, dan kendaraan Morrison diledakkan oleh Brock Pike (Brian Bloom) dan anak buahnya dari perusahaan keamanan swasta Black Forest. Tanpa Morrison yang bisa membuktikan otorisasi misi, keempat anggota tim divonis sepuluh tahun penjara dan dishonorably discharged.

Aksi Gila-gilaan yang Terencana Apik

Enam bulan kemudian, Lynch mengunjungi Hannibal di penjara dengan informasi bahwa Pike mungkin mencoba menjual pelat tersebut. Hannibal membuat kesepakatan: reinstatement penuh dan rekam jejak bersih untuk timnya sebagai ganti pelat.

Dimulailah rangkaian pelarian spektakuler: Hannibal kabur dengan berpura-pura mati dan hampir dikremasi, lalu membebaskan Face, B.A., dan Murdock. Satu masalah kecil: B.A. kini menganut pasifisme dan menolak membunuh atau menyakiti siapa pun—twist yang menarik untuk karakter yang dikenal sebagai “Bad Attitude”.

Dan kemudian datanglah scene yang paling diingat dari film ini: pertempuran udara dengan tank.

Saat melarikan diri dengan pesawat angkut Lockheed C-130 Hercules dari Jerman, mereka diserang oleh dua pesawat tempur drone Amerika (unmanned aircraft yang dikendalikan dari jauh). Dalam situasi mustahil, mereka terjun dengan tank berparasut dan melakukan baku tembak di udara—scene yang begitu absurd namun dieksekusi dengan begitu serius sehingga justru menjadi hilariously awesome.

Mereka selamat dengan cara yang tidak biasa—dan itulah esensi The A-Team.

Humor dalam Chaos

Salah satu keunggulan terbesar film ini adalah unsur komedi yang kental namun organik. Ini bukan komedi yang dipaksakan atau slapstick—humor muncul dari situasi dan interaksi karakter itu sendiri.

Anda tidak akan tertawa terbahak-bahak seperti menonton 3 Idiots, tapi jika Anda punya selera humor yang bagus, Anda bisa tersenyum geli dari awal hingga akhir. Keunikan cara mereka keluar dari masalah di medan pertempuran—dengan rencana yang brilliant namun absurd—hampir selalu memberi kesan humoris.

Carnahan juga pintar dalam menyusun narasi: penciptaan rencana diceritakan bersamaan dengan pelaksanaannya. Kita melihat flashback singkat yang menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi di balik setiap aksi, membuat kita memahami chess game yang dimainkan Hannibal tanpa membuat film terasa too expository.

Nostalgia dan Cameo

Film ini tetap mempertahankan beberapa elemen nostalgia dari serial TV. Selain GMC Vandura yang ikonik, ada juga cameo dari pemeran asli: Dwight Schultz (Murdock asli) dan Dirk Benedict (Face asli) muncul dalam extended cut—sayangnya dipindah ke post-credits di theatrical release karena masalah pacing.

Catchphrase legendaris Hannibal—”I love it when a plan comes together”—juga tetap ada, diucapkan dengan sempurna oleh Neeson di momen yang tepat.

Respon Kritik dan Box Office

Film ini dibuka dengan $26 juta di weekend pertamanya di Amerika—sedikit di bawah prediksi awal $30-35 juta, dan kalah dari The Karate Kid remake yang meraup $56 juta. Total worldwide gross mencapai sekitar $177 juta dengan budget $80 juta—angka yang respectable tapi tidak cukup spektakuler untuk menjamin sekuel.

Respon kritikus terpecah. Beberapa memuji visual yang energik, chemistry cast, dan action sequences yang over-the-top. Yang lain mengkritik cerita yang terlalu muddled, editing yang shoddy di beberapa bagian, dan plot holes yang—seperti dikatakan satu reviewer—”cukup besar untuk dilewati tank yang terbakar.”

Rotten Tomatoes memberikan rating 48% dari kritikus—mixed reception yang cukup tipikal untuk film action blockbuster. Namun audience score lebih generous, dengan banyak penonton menganggapnya sebagai pure entertainment yang fun.

Bradley Cooper kemudian menyatakan pada Maret 2011 bahwa film tidak menghasilkan revenue cukup untuk sekuel. Liam Neeson bahkan mengaku pada 2012 bahwa dia sendiri agak bingung dengan filmnya: “Saya menontonnya sekitar dua bulan lalu dan merasa sedikit membingungkan padahal saya ada di filmnya. Saya tidak bisa mengetahui siapa yang siapa dan apa yang dilakukan pada mereka dan mengapa.”

Joe Carnahan akhirnya mengonfirmasi pada 2013: “For the record guys and as much as I appreciate all the A-TEAM love. There will NOT be a sequel.”

Overkill is Underrated

Seperti salah satu moto yang sering diucapkan Hannibal Smith, “Overkill is underrated”—dan Carnahan benar-benar menerapkan filosofi ini. Film ini adalah maximalist action extravaganza yang tidak pernah menginjak rem.

FX berlimpah—kadang sampai mengalahkan karakter—namun tetap excellent dengan beberapa bagian minor yang agak kurang. Editing tight, sinematografi stylish. Ini adalah black-and-white, switch-off-your-brain-at-the-door Hollywood popcorn flick—dan film ini tidak berpura-pura menjadi yang lain.

Untuk jenis film action-comedy yang pure entertainment, ini adalah contoh yang solid. Plot cerita padat dan penuh intrik. Jika Anda ingin plot yang lebih detil, Wikipedia punya breakdown lengkap.

Penilaian Pribadi

Untuk jenis film laga aksi yang menghibur, saya memberikan nilai 4,7 dari 5,0.

Film ini tahu persis apa yang ingin dicapainya: fun, loud, explosive, dengan chemistry cast yang kuat dan action sequences yang memorable. Apakah sempurna? Tidak. Apakah menghibur? Absolutely.

Bagi yang sudah menonton, Anda pasti tahu serunya film ini. Bagi yang belum, ini adalah kesempatan untuk melihat bagaimana Tim Alfa mengeksekusi rencana gila-gilaan mereka dengan presisi yang (hampir) sempurna.

Dan yang paling baik dari semua itu? Kali ini saya nonton gratis di bioskop 😁


Trivia Tambahan:

  • Extended Cut dirilis pada 14 Desember 2010 di DVD dan Blu-ray dengan durasi 133 menit (13 menit lebih panjang dari theatrical cut)
  • Film ini diproduksi dengan bantuan komik prequel berjudul “The A-Team: War Stories” yang ditulis oleh Carnahan dan Chuck Dixon, featuring one-shots untuk masing-masing karakter
  • Jon Hamm (Mad Men) memiliki cameo sebagai “the second Lynch”—referensi ke dialog bahwa Lynch “comes from a long line of Lynches”
  • Film ini adalah salah satu proyek terakhir yang diproduksi oleh Stephen J. Cannell sebelum meninggal pada 30 September 2010
  • Jazwares merilis action figures dari keempat karakter utama plus GMC Vandura

Rating: ⭐⭐⭐⭐½ (4.7/5)

Cocok untuk: Penggemar action yang tidak terlalu serius, fans serial TV asli dengan ekspektasi realistis, siapa saja yang ingin 2 jam hiburan tanpa beban.

Tidak cocok untuk: Yang mencari cerita mendalam dan character development kompleks, yang sensitif terhadap plot holes, atau yang mengharapkan film setia 100% pada serial aslinya.

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

14 tanggapan

  1. Voll™ Avatar
    Voll™

    wah,,kangen ni film diputer di tv lagi nih

    Suka

  2. lea ramdhani Avatar
    lea ramdhani

    hehe..maklum tipi addict 😀

    yoha..andaikan dibuat pelemnya pun pasti bakalan rumit deh secara Macgyver (Richard Dean Andersen) udah pensiun dan uzur..hehe 😛

    Suka

  3. Cahya Avatar

    Lea, kok tontonanmu banyak amat sih, kayanya cuma MacGyver ya yang belum ada film barunya sekarang?

    Suka

  4. Cahya Avatar

    Mbak Isnuansa, hmm…, rasanya juga banyak yang tidak tahu tentang film ini di era 80-an, kalau tidak salah dulu di TVRI ya 🙂

    Suka

  5. isnuansa Avatar
    isnuansa

    Hmmm, saya belom pernah nonton tuh Bli *kuper*

    Suka

  6. lea ramdhani Avatar
    lea ramdhani

    untuk pelemnya saya belum nonton nih..dulu serial tipinya jg jd favorit..tiap kali saya denger kata the A-team bayangan yg pertama kali muncul pasti wajahnya B.A …serem tapi lucu!!
    jd ingin bernostalgia dengan serial tipi jadul..masih inget gak sama MacGyver, Knight Rider, Friday the 13th,quantum leap, Mission impossible, the wizards, my secret identity and more..*best serial tv pada jamannya

    Suka

  7. Cahya Avatar

    Mbak Ulan, ha ha…, iya itu dulu pas masa kecil lagi imut-imutnya, sekarang nonton malah sudah amit-amit 🙂

    Suka

  8. ulan Avatar

    bikin memori remind ya, aku belom nonton, jadi pengen beneran

    Suka

  9. Cahya Avatar

    Asop, waduh ke mana saja dua dekade ini 😀 – Ha ha…, sayangnya saya bukan gamer 😉

    Suka

  10. Asop Avatar

    Wah, saya baru tahu lho dulu ada film A-team. 😀

    Ada satu tokohnya yang mirip sama Soap MacTavish dari game Modern Warfare. Rambutnya mirip. 😆

    Suka

  11. Cahya Avatar

    Bli Wira, seperti saya perlu mencotek catatan Bli itu, jadi penasaran sama daftarnya 🙂

    Suka

  12. imadewira Avatar

    sejak tahu akan ada film layar lebar untuk film the A team ini, langsung saya catat untuk dipinjam nanti di rental

    Suka

  13. Pandu Avatar

    Wah itu film sangat saya suka pak dr. vidionya kok ngak bisa di play ? apa kom..saya yang tidak suport ?

    Suka

  14. Cahya Avatar

    Mas Pandu, ah ya, sangat nostalgia. Mungkin karena video-nya HD atau memang rusak, nanti saya ganti pakai yang biasa 🙂

    Suka

Tinggalkan komentar