A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages

Jangan menyangkal kehidupan dari apa yang telah kita saksikan, walau mungkin bukanlah kebenaran yang absolut. Jika kita dengan seketika menolaknya, maka mungkin kita akan menghilang sebuah peluang untuk melihat fakta yang sesungguhnya dari setiap gerak kehidupan.

Seperti awan yang bersenandung di angkasa, kadang terseok bak orang tua, kadang berlari kencang seperti anak kecil yang berlari untuk mendekap ibunya. Namun jika kita memalingkan wajah dari awan-awan itu, mungkin kita tidak akan melihat betapa luasnya sang langit.

Manusia itu beragam, sejuta insan dengan sejuta karakter dalam sejuta gerak kehidupan. Kadang karena kita tidak memahaminya, kita sering menuntut orang menjadi seperti kita, yaitu SAMA!

Tapi tahukah kamu (dan juga saya tentunya) bahwa topeng-topeng dalam pementasan drama seni tradisional memiliki berbagai corak, dan berbagai karakter sesuai peranannya masing-masing, dan ternyata kita dan jauh berbeda. Katakanlah, apa bagusnya sebuah pertunjukkan dengan semua memakai topeng yang sama persis? Atau kita ingin menciptakan sebuah pantomim? Bahkan jika kadang dilihat, satu tokoh bisa mengenakan lebih dari satu jenis topeng sesuai alur ceritanya.

Ekspresi akan kehidupan berbeda-beda, satu mungkin membuat kita merasa seram, satunya lagi membuat kita tertawa geli atau yang lain yang membuat kita sedih dan terluka. Namun pertanyaannya adalah, haruskah kita membenci topeng-topeng yang membawa beragam ekspresi itu terpatri ke dalam sanubari kita?

Topeng

Manusia – entah apa karena sebentuk ego – selalu menuntut adanya keterbukaan dan kejujuran di antara sesama. Dia tidak suka jika ada yang datang dengan mengenakan topeng ke hadapannya. Jangan tanya saya, karena saya tidak tahu & saya memang tidak memahaminya.

Pun seorang mengenakan sejuta topeng, itu tetaplah bagian dari perannya dan itu tetap bagian dari dirinya. Seorang penari topeng akan melekat erat pada topengnya, ia akan menyatu dengan karakter yang tercermin apik pada wajah di hadapan wajahnya. Tiada ada jarak antara wajah yang sesungguhnya dengan topeng, bahkan sering kali ekspresi wajah di balik topeng akan menyerupai mimik topengnya, karena ia bisa bergerak dalam tarian yang alami.

Haruskah kita membenci sebuah topeng jika pembawanya menyajikan tarian yang memberatkan hati kita? Atau memberinya perhatian sehingga kita bisa melihat apa yang mungkin kita lewati, bukankah ada yang berkata kebahagiaan ada di mana-mana, sehingga mungkin kita melewatkannya dari pandangan kita dan hanya memungut pandang hal-hal yang memberatkan hati kita.

Mungkin kita sendiri mengenakan topeng tanpa kita sadari. Kadang kita menempatkan diri dalam sebuah peran kehidupan, terlalu menyatu ke dalam tarian kehidupan, mungkin kita lupa bahwa kita tengah mengenakan sebuah topeng. Sehingga orang-orang memanggil kita dengan nama yang melekat pada topeng kita, ataukah ada yang pernah memanggil menembus semua itu ke dalam batin yang murni?

Segala hal ini tidaklah rumit, hanya saja ketika memulainya – mungkin akan ada pertanyaan awal… “Siapa saya, siapa dia dan siapa mereka sesungguhnya?”

Commenting 101: “Be kind, and respect each other” // Bersikaplah baik, dan saling menghormati (Indonesian) // Soyez gentils et respectez-vous les uns les autres (French) // Sean amables y respétense mutuamente (Spanish) // 待人友善,互相尊重 (Chinese) // كونوا لطفاء واحترموا بعضكم البعض (Arabic) // Будьте добры и уважайте друг друга (Russian) // Seid freundlich und respektiert einander (German) // 親切にし、お互いを尊重し合いましょう (Japanese) // दयालु बनें, और एक दूसरे का सम्मान करें (Hindi) // Siate gentili e rispettatevi a vicenda (Italian)

7 tanggapan

  1. Cahya Avatar

    TuSuda,

    Semoga perbedaan karakter tidak memecah belah kebersamaan kita Dok :).

    Pak Aldy,

    Berwajah seribu? Rasanya seperti agen rahasia saja :D.

    Suka

  2. aldy Avatar

    Kalau cuma bermuka dua masih mendingan (heeh ?), ada yang berwajah seribu 😦

    Suka

  3. TuSuda Avatar
    TuSuda

    Iya, Setiap individu dengan karakternya masing-masing akan menunjukkan ekspresi yang berbeda dalam menanggapi kejadian.

    Suka

  4. Cahya Avatar

    Zippy,

    Jahat & baik kadang tidak ditentukan apa-apa yang tampak atau terpancarkan dari sebuah topeng bukan :).

    Nandini,

    Atau mungkin ada yang sengaja mengenakan banyak topeng untuk melupakan dirinya yang sesungguhnya? Keunikan manusia itu selalu penuh kejutan :).

    Pak Aldy,

    Topengnya kadang di depan dan di belakang, sehingga ada yang bilang banyak manusia sebenarnya "bermuka dua" :D. Ah, tapi kebanyakan sih sekadar gurauan.

    Suka

  5. Aldy Avatar

    <q>kita sendiri mengenakan topeng tanpa kita sadari</q>

    He…he…seperti iya Mas.

    Suka

  6. nandini Avatar

    Kadang karena terlalu sering berganti topeng, kita lupa yang mana diri kita sebenarnya… 🙂

    Suka

  7. Zippy Avatar
    Zippy

    Yang terpenting adalah ketika menggunakan topeng berkaraktek jahat, karakter itu tidak terus dibawa ke dalam kehidupan sehari2’nya 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Cahya Batalkan balasan