Anda mungkin mengenal kisah-kisah Tansen, nama lengkapnya adalah Miyan Tansen atau Ramtanu Pandey (1439/1506 – 1586/1589), ia adalah salah satu dari komposer musik terhebat di era musik klasik Hindustan. Ia juga seorang vokalis dengan bakat luar biasa, dan merupakan bagian kebanggaan dari Navaratnas (sembilan mutiara) oleh Kaisar Akbar dari Kekaisaran Mughal.
Sebagai ahli musik istana yang termasyhur, Akbar sangat senang mendengarkan saat-saat Tansen menyanyi. Jika ia menyanyikan raag Meghamala, maka awan-awan akan menebal di langit. Jika ia menyanyikan raag Varuna, maka hujan lebat akan turun. Bila ia menyanyikan Nagasvara, maka ular-ular akan datang dari segenap penjuru dan berkumpul. Tidak salah jika Kaisar Akbar sangat bangga dengan ahli musiknya.
Suatu hari, sang kaisar sedang berdoa, namun di kejauhan didengarnya tembang yang dilantunkan seorang Haridasa – penyanyi pengembara – pengemis yang menyanyi diiringi alat musik berdawai tunggal. Namun entah mengapa, lantunan lagu itu membuat hati sang kaisar tergerak & terharu pun terpesona.
Ia bertanya kepada Tansen, mengapa lagu itu begitu memikat hatinya, melebihi lagu-lagu Tansen yang sering ia bawakan di istina kekaisaran?
Tansen menjawab dengan hormat, “Yang Mulia, saya menyanyi sambil memandang wajah anda untuk melihat tanda-tanda penghargaan dengan harapan Yang Mulia akan menganugerahkan batu permata indah atau beberapa bidang tanah. Namun Haridasa ini menyanyi sambil memandang wajah Tuhan tanpa keserakahan untuk kekayaan material atau ambisi akan barang-barang duniawi. Itulah perbedaannya Yang Mulia.”
Tinggalkan Balasan