Pertanyaan sejenis ini sering diutarakan oleh banyak orang, dan saya rasa hal ini adalah sesuatu yang umum. Hingga kini HIV/AIDS belum ada obat yang dapat menyembuhkannya dari sisi medis, dalam artian seperti orang sembuh dari flu dan benar-benar tidak sakit lagi. Banyak orang kemudian mencari jalan-jalan alternatif, salah satunya adalah melalui buah merah asal Papua (Pandanus conoideus).
Lho bukannya sudah pernah diujikan pada beberapa penderita HIV/AIDS? Ya, saya rasa saya pernah membaca uji empiris pada beberapa sukarelawan yang bersedia melakukan uji. Dan banyak yang memperlihatkan perbaikan kondisi, ingat! Di sini yang dimaksud perbaikan kondisi bukanlah kesembuhan dari HIV/AIDS, dan memang tidak pernah disebutkan adanya kesembuhan dari HIV/AIDS oleh efek buah merah.
Dan bahkan ada kasus di mana penderita HIV/AIDS menghentikan pengobatan ARV-nya dan beralih ke buah merah, kondisinya kemudian memburuk dan meninggal.
Jika memang tidak terbukti menyembuhkan maka sebaiknya memang tidak dikatakan menyembuhkan. Saya sendiri tidak mengetahui bagaimana kelanjutan penelitian buah merah ini. Tapi yang jelas yang mengklaim bahwa buah merah sebagai obat yang menyembuhkan HIV/AIDS (dan pelbagai penyakit lainnya), hanyalah produsen dan pemasaran produk buah merah yang dijual di pasaran.
Gambar di atas saya cuplik dari salah satu situs penjual buah merah, tentu saja itu bukan klaim medis, namun klaim dari produsen. Tapi kadang saya heran, kok ada produsen yang berani memberi klaim seperti itu, atau mungkin dia belum membaca PP RI no. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan – Pasal 53, dan aturan lainnya yang berkaitan.
Tentu saja dari sisi edukasi masyarakat hal-hal ini seperti ini menyesatkan. Buah merah mungkin menyehatkan karena kandungan nutrisinya, namun apa kalah menyehatkan dengan wortel, jeruk, apel, mengkudu atau jambu yang ada di sekitar kita? Tapi mengklaim produk olahannya yang dijual sebagai obat yang menyembuhkan suatu penyakit yang belum terbukti (teruji klinis) kebenarannya tentu saja bisa dikatakan sebagai pembohongan publik.
Tapi jika Anda percaya dengan apa yang disampaikan produsen produk, tidak ada yang melarang untuk membeli produknya bukan?
Pun demikian, saya rasa tekanan bagi penderita HIV/AIDS dan keluarganya tidaklah sedikit. Selayaknya kita tidak memberikan informasi yang justru hanya memberi harapan palsu.
Saya harap jika produsen produk memang bersedia bertanggung jawab, mereka seharusnya juga melanjutkan penelitian tentang buah merah hingga ke tahap uji klinis yang memang bisa dipertanggung-jawabkan – walau itu berarti harus menyiapkan jutaan dolar untuk biaya penelitian, dan belum tentu mendapatkan hasil yang diharapkan. Adakah mereka memiliki sisi kemanusiaan untuk jujur pada sesama?
Saya tidak mengatakan buah merah buruk, hanya mempertanyakan kejujuran pihak produsen produk olahan buah merah. Jika Anda memiliki kesempatan, mengapa tidak bertamasya ke Papua dan membawa oleh-oleh dari negeri Cendrawasih itu berupa buah merah.
Nah, pasti akan ada banyak yang menawarkan Anda buah merah yang segar dan tentu saja dengan kandungan nutrisi yang masih utuh (gambar diambil dari metanews.com).
Tinggalkan Balasan