Bhyllabus l'énigme

A Cahya Legawa's Les pèlerins au-dessus des nuages


Tiga Orang Bodoh Itu

Saya tidak sedang ingin meninjau lagi film lawas ini, karena saya rasa sebagian besar orang pasti sudah menonton atau setidaknya tahu film keluaran tahun 2009 ini. Ya, film komedi India “3 Idiots” bahkan sudah sempat diputar oleh salah satu stasiun televisi swasta di negeri ini. Namun saya tertarik menontonnya lagi.

Film yang diadaptasi dari novel “Five Point Someone” ini memiliki unsur humanis yang unik dan menyentuh, bahkan bisa dikatakan sebuah humanis yang polos. Mengisahkan dua sahabat, Farhan & Raju yang melakukan perjalanan mencari sahabat mereka yang hilang, Rancho. Dalam perjalanan itu terdapat flashback bagaimana kehidupan (gila?) mereka bertiga dulu di kampusnya.

 

Film ini mengkritik bagaimana sistem pendidikan yang dibuat hanya berdasarkan orientasi terhadap prestasi, nilai dan predikat – yang sedemikian hingga membuat pelajar hanya belajar untuk mengejar semua itu, namun tidak pernah menaruh perhatian pada esensi pendidikan dan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dengan apik unsur komedi, musikal dan sentilan kecerdasan yang humanis disusun dalam film yang berdurasi nyaris 3 jam ini (170 menit). Saya menikmati lagi menonton film ini dalam kualitas HD, karena setahun yang lalu hanya menonton di komputer teman (yang memperkenalkan film ini pada saya) dalam kualitas yang kurang memuaskan.

Anda bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang film ini di IMDb atau Wikipedia. Saya memberikan nilai 9/10 untuk film ini, mungkin nanti akan menontonnya lagi, tapi mesti sediakan tisu atau sapu tangan, karena ada – he he… – ada beberapa adegan sedihnya.



13 tanggapan untuk “Tiga Orang Bodoh Itu”

  1. 3 Idiots. Saya suka film ini, terutama kata-kata, “All Iz Well”

    Suka

    1. Iya, idiom itu malah jadi terkenal sampai saat ini ????.

      Suka

    2. Saya sendiri suka sekali dengan idiom itu Mas Cahya. Oh ya saya izin bookmark blog mas Cahya ini. Tulisannya keren.

      Suka

  2. bagus juga buat jadi perenungan sistem pendidikan yang sekarang

    Suka

  3. Saya pernah baca resensi film ini beberapa kali namun sampai saat ini belum sempat untuk menontonnya. Sepertinya filnya memang menarik. Boleh nanti saya coba cari DVD-nya di jalan Mataram. Mas Cahya tahu kan tempatnya? Jangan bilang2 ke yang lain, ya kalau saya suka beli disitu. 😀

    Suka

  4. Bli, ini salah satu film favorit saya lho 🙂

    Saya ingat sekali. Saat itu saya di Kupang yg notabene ga ada bioskop, jadi saya sering bolak-balik ke rental VCD. Nah, satu waktu ada orang yg mengembalikan VCD film ini. Berhubung saya dapet bonus dan males milih film, maka saya ambil film itu.

    Eh, ga taunya bagus banget. Saya sampe nonton dua kali pada malam yang sama!

    Dan betul.. adegan sedihnya sangat menyentuh, terutama saat Bapaknya Rastogi di rumah sakit dan momen kelahiran cucu Pak Virus lewat vacum cleaner… 😦

    Suka

  5. Saya belum pernah menontonnya sedikitpun mas, hanya dengar dan baca ulasannya saja, itu pun bacanya beberapa detik yang lalu di blog ini :mrgreen:

    Jadi penasaran, mungkin nanti malam akan saya tonton filmnya, kebetulan "anak-anak" saya punya banyak kopiannya di komputer kantor. Biasa lah, hasil mengunduh bajakan 😆

    Suka

  6. Saya baru nonton sekilas aja di laptop teman. Tapi saya sudah punya kopiannya sih. Cuma sampai saat ini malah belum saya tonton secara utuh 🙂

    Lucu dan sekaligus sangat mengharukan. Itulah kesan saya selama menontonnya secara sekilas. Saya rasa Indonesia perlu juga membuat film yang mendidik seperti ini. Soalnya pengalaman saya selama 2 kali menginjak bangku kuliah, tak jauh beda dengan di film ini.

    Suka

  7. Jujur saya, saya belum pernah menonton film ini *katrok

    hanya sempat membaca resensinya sekilas.

    Suka

  8. Saya cuma sebentar nonton film ini di SCTV, duh…padahal penasaran ujung ceritanya seperti apa…cari DVDnya ah 🙂

    Suka

  9. wah, ini kali kedua saya membaca tentang film 3idiots, sepertinya saya akan meminta suami untuk mendonlot saja film ini hehehe

    terima kasih infonya yah 🙂

    Suka

  10. Saat dulu lagi heboh hebohnya, saya nggak nonton. Kemarin waktu diputar lagi di televisi, cuma nonton sebentar. Mudah-mudahan nanti bakal lebih sering lagi diputar di televisi.

    Saya ngakak waktu adegan Mamanya Raju lagi masak, Papanya yang eksim minta digarukin, itu alat yang buat masak dipakai. Hahaha…

    Belum sempet nonton bagian sedihnya sih. Itu Rancho ternyata ijazahnya dikasih ke anak orang kaya itu ya, Bli?

    *ke warung beli tisu*

    Suka

    1. He he…, ditonton saja langsung kisahnya Mbak, nanti malah tidak seru kalau diceritakan :).

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

About Me

Hello, I’m a general physician by day and a fiction and blog writer by night. I love fantasy and adventure stories with a cup of tea. Whether it’s exploring magical worlds, solving mysteries, or fighting evil forces, I enjoy immersing myself in the power of imagination.

I also like to share my thoughts and opinions on various topics on my blog, where I hope to connect with like-minded readers and writers. If you’re looking for a friendly and creative person to chat with, feel free to message me.

Buletin

%d blogger menyukai ini: