Saya teringat beberapa pagi yang lalu saya tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan salah satu adegan anime tentang kesalahan taksonomi dua spesies kepiting. Entah apakah kesalahannya ada pada tingkat gena, keluarga atau ordo, yang jelas dinyatakan bahwa nasib salah satu kepiting seperti nasib si Pluto, terbuang dari kumpulannya – mengingatkan bait kedua dari pusi “Aku” karya Chairil Anwar.
Ya, insiden itu sudah lama, namun masih tetap membuat saya tergelitik sering kali sampai saat ini. Karena mungkin di negeri ini tidak banyak yang tahu apalagi peduli dengan apa yang disepakati IAU sekitar 5 tahun yang lalu. Meski sebenarnya itu bukan insiden tentu saja.
Pengetahuan modern sangat cepat berubah, mungkin itu sebabnya buku teks memerlukan pembaharuan yang lumayan cepat. Siapa yang sangka, setelah beberapa tahun meninggalkan bangku sekolah, ternyata sampai saat ini kita hanya memiliki 8 planet saja, 4 teristerial dan 4 lagi gas raksasa.
Nah, saya rasa itu lebih bagus daripada nanti anak-anak sekolah terancam menghapalkan ratusan nama planet baru di tata surya kita. Dan seperti juga tidak akan ada rencana untuk melakukan terraforming pada Pluto nantinya.
Banyak hal terjadi seperti nasib si Pluto, apalagi di dunia yang perkembangan ilmu pengetahuannya selalu memiliki potensi memunculkan lompatan kuantum. Kita mungkin belajar tentang A hari, dan besok sudah menjadi B. Hal-hal seperti ini tidak banyak, namun sering kali menempati celah yang penting.
Tidak lucu jika Anda seorang guru sekolah dasar kemudian mengajukan pertanyaan pada para siswanya yang imut “Anak-anak, siapa yang tahu nama planet kita yang kesembilan?” – jangan heran jika murid-muridnya yang manis kemudian hanya bisa melongo. Yah, kadang pembaharuan pengetahuan memang kejam, siapa tahu kita yang berikutnya bernasib seperti Pluto.

Tinggalkan komentar